isi bab 2 penulisan karya ilmiah

Tags

BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Kerangka Teori
1.      Paper bag
Dikutip dari id.wikipedia.org/wiki/Paper_Bag pada tanggal 5 Januari 2014 mengenai arti, sejarah, bahan, dan fungsi lain dari paper bag adalah sebagai berikut:
Pengertian paper bag
Paper bag adalah tas kertas yang di pakai sebagai wadah atau kemasan sebuah produk barang. Berbentuk kantong yang mempunyai tali pegangan di atasnya.
Sejarah Paper bag
Margaret E. Ksatria (1838-1914) adalah seorang karyawan di sebuah pabrik kantong kertas ketika ia menemukan bagian mesin baru untuk membuat dasar persegi untuk kantong kertas. Knight dapat dianggap sebagai ibu dari tas belanjaan, ia mendirikan Perusahaan Paper bag Timur pada tahun 1870. Pada tanggal 20 Februari 1872, Luther Crowell juga mematenkan mesin yang diproduksi kantong kertas.
Bahan Paper bag
Paper bag terbuat dari kertas art carton atau bisa juga kertas kraft. Paper bag yang terbuat dari art carton lebih keras dan tebal. Sedangkan Paper bag yang terbuat dari kertas kraft lebih tipis.






Fungsi Lain Paper bag
Paper bag atau biasa disebut kantong belanja sekarang tidak hanya berfungsi sebagai kertas pembungkus saja. Ada sisi lain yang menjadi nilai tambah bagi konsumen, yaitu penampilan. Penampilan yang bagus dan unik untuk sebuah paper bag merupakan sebuah keuntungan dari segi promosi. Konsumen diharapkan akan selalu mengingat produk yang kita jual dengan mencantumkan nama dan logo perusahaan pada paper bag tersebut.
2.      Pisang:
Seluk beluk pisang
Menurut Nasin El-Kabumaini dan Tjetjep S. Ranuatmaja (2008:7) pisang adalah tanaman berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan Gedang.
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi                      : Spermatophyta
Sub Divisi               : Angiospermae
Kelas                       : Monocotyledonae
Keluarga                 : Musaceae
Genus                     : Musa
Spesies                    : Musa spp.
Pisang (Musa paradisiaca) tergolong keluarga Musaceae. Keluarga Musaceae terdiri dari beberapa genus, meliputi 60 spesies. Genus Musa merupakan genus terpenting, karena diantaranya terdapat spesies penghasil buah. Sedangkan genus lain, kebanyakan dimanfaatkan sebagai tanaman hias saja. (Nuryani, Sri dan Seodjono 1991:8)

Setijati Sastrapradja dkk (1980:105) dalam bukunya yang berjudul “Buah-buahan” menyatakan bahwa tanaman ini hidup berumpun, tingginya tiga sampai lima meter, berbatang semu, licin, dan banyak mengandung air. Daunnya tersusun memutar. Perbungaannya muncul dari ujung batang. Saat akan berbunga dapat terlihat dengan makin mengecilnya daun yang tumbuh dekat pucuk. Ujung tandannya merupakan kumpulan bunga-bunga jantan mandul yang umum disebut jantung. Buahnya juga tersusun dalam bentuk sisir. Setelah berbuah tanaman tersebut kemudian mati. Pisang terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu yang buahnya enak bila langsung dimakan dengan tanpa dimasak terlebih dahulu seperti antara lain pisang ambon putih, pisang ambon lumut, pisang raja sere dll. Kelompok yang kedua yaitu yang buahnya baru enak dimakan setelah masak terlebih dahulu. Contohnya pisang bangkahulu, pisang tanduk dll. Kelompok yang ketiga yaitu yang bias dimakan begitu saja dan juga enak sesudah dimasak, seperti halnya pisang raja bulu, pisang kepek dll-nya.
  Perbanyakannya umumnya melalui tunas akar. Dapat dipanen setelah berumur 9-18 bulan. Saat panen sangat bervariasi tergantung iklim setempat.
Komposisi batang pisang
Norbertus Kaleka dan Edi tri Hatono (2013:9) menyatakan bahwa batang pisang mengandung bahan kering 3,6-9,8%, protein kasar 2,4-8,3%, lemak kasar 3,2-8,1%, serat kasar 13,4- 31,7%, selulosa 19,7-35,2%, hemiselulosa 4,9-18,7%, dan lignin 1,3-9,2%. Pada batang pisang kapok, kandungan selulosa antara 63-64% dan lignin 5%. Panjang serat pada batang tersebut antara 1,92-4,17 mm, diameter serat 28,11-37,50 µm, dan tebal dinding serat 12 µm.



Batang pisang mengandung mineral kalium sebesar 3,67-8,60%, kalsium 0,45-1,54%, fosfor 0,13-0,14%, natrium 0,03-0,18%, dan magnesium 1,36%. Kandungan mineral pada batang pisang memberikan informasi penting bahwa batang semu tersebut mengandung unsur hara yang berguna untuk tanaman atau nilai gizi bagi pertumbuhan ternak seperti sapi kerbau, kambing, atau domba.
Batang pisang mempunyai ukuran berbeda-beda tergantung kultivar, kesuburan tanah, iklim, dan ketinggian tempat.
1.      Kelompok pisang ambon mempunyai tinggi 2,5-3 meter dengan lingkar batang 40-60 cm. kelompok pisang ambon terdiri dari ambon puith. Ambon kuning, ambin hijau, ambon lumut, ambon badak, ambon angling, dan ambon cavendish.
2.      Kelompok pisang raja mempunyai tinggi dua meter dengan lingkar batang 40-50 cm. batang ini berwarna hijau dengan bercak cokelat kehitaman. Kelompok pisang raja adalah pisang songit, raja bulu, raja sere, udang potho, dan lain-lain.
3.      Kelompok pisang mas mempunyai tinggi 2,5-3 meter dengan lingkar batang 20-28 cm. Batang berwarna bercak cokelat tua kemerah-merahan. Kelompok pisang mas adalah pisang lampung, susu, empat puluh hari, muli, dan pisang seribu.
4.      Kelompok pisang kepok mempunyai tinggi tiga meter dengan lingkar batang 40-50 cm. Batang berwarna hijau dengan sedikit atau tanpa cokelat kehitaman. Kelompok pisang kapok adalah kapok kuning gajih putih, gajih kuning, saba, siem, cangklong, dan pisang kates.
5.      Kelompok pisang tanduk mempunyai tinggi tiga meter dengan lingkar batang 63-90 cm. Batang berwarna cokelat muda dengan bagian atas berwarna merah jambu. Kelompok pisang tanduk adalah pisang agung, byar, galek, karayunan, candi, kapas, dan pisang nangka.
6.      Kelompok pisang uli mempunyai tinggi 2-2,5 meter dengan lingkar batang 25-35 cm. Batang berwarna hijau pucat kemerah-merahan. Pisang yang masuk ke dalam kelompok ini adalah janten, lidi, jari buaya, kayu, dan pisang ampyang.
7.      Kelompok pisang klutuk mempunyai tinggi tiga meter dengan lingkar batang 60-70 cm. Batang berwarna hijau tanpa bercak cokelat kehitaman. Beberapa contoh pisang klutuk adalah pisang batu, klutuk wulung, dan pisang manggala.
Sejarah penyebaran pisang:
Rismunandar dalam karyanya yang berjudul “Bertanam Pisang,” telah menuliskan sejarah penyebaran pisang sebagai berikut:
Oleh ahli-ahli sejarah dikatakan bahwa Asia Tenggara Negara aslinya tanaman pisang. Dalam sejarah dikatakannya pula, bahwa tanaman pisang mendapat nama latinnya dalam tahun 64-14 SM. Ia diberi nama Musa Paradisiaca. Nama Musa diambil dari nama seorang dokter dari Kaisar Octavius Augustus, yang bernama Antonius Musa.
Di zaman tersebut rupanya dokter A. Musa ini banyak jasanya dalam menganjurkan memakan pisang kepada kaisarnya demi kesehatan beliau.
Dalam sejarah disebut-sebut pula bahwa Alexander de Groote (Iskandar di Nata) dari Negara Griek dalam tahun 327 SM, dalam penyerbuannya ke Hindia, sangat kagum melihat betapa suburnya hutan pisang di Lembah Indus.
Dikatakan bahwa orang-orang Indonesia berjasa dalam berkembangbiaknya tanaman pisang di Pulau Madagaskar dalam tahun 500. Dalam tahun 650 pahlawan-pahlawan agama Islam dari Negeri Arab telah menyebarluaskan tanaman pisang di sekitar Laut Tengah.
Penyebaran tanaman pisang ke Negara Amerika Serikat dan Tengah berasal dari pantai Afrika Barat kira-kira tahun 1500. Baru tahun 1800 dari Amerika Tengah dikirimnya buah pisang ke USA.

Manfaat
Kegunaan pisang yang paling utama ialah dapat dimakan. Buahnya dimakan dengan berbagai cara, dimakan langsung sebagai buah meja, dibuat bermacam-macam kue, digoreng, direbus dll. Umbut batang dapat pula dimakan. Secara tradisional batang pisang dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, untuk bahan dekorasi, pembungkus (tembakau dll.), dsb. Demikian juga daunnya. (Sastrapradja, Setijati dkk, 1980:105)
3.      Plastik dan Limbah Plastik
Jenis-jenis plastik
Kusmiyati (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Yuk, Kenali Jenis Plastik Agar Tidak Salah Pilih Kemasan Pangan” menyebutkan jenis-jenis plastik sebagai berikut:
1.   Polyethylene Terephthalate (PET)
              Jenis plastik ini pada kemasan kerap dituliskan dengan tanda segitiga bernomor satu biasanya pada botol kecap, saus sambal dan air mineral.
              PET memiliki ciri jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, serta mudah lunak (berubah bentuk) jika terpapar suhu 80 derajat.

2.   High Density Polyethylene (HDPE)
              Jenis ini berlogo segitiga bernomor dua biasanya ada dalam botol kemasan produk-produk olahan susu. Ciri HDPE yakni keras hingga semi fleksibel, tahan bahan kimia dan kelembaban, permeabel terhadap gas, permukaan berlilin (waxy), buram (opaque), mudah diwarnai, diproses dan dibentuk serta melunak pada suhu 75 derajat.

3.   Poly Vinyl Chloride (PVC)
              Jenis ini biasanya berbentuk wadah yang biasa digunakan untuk nasi uduk, nasi goreng dan mi serta pada cling wrap (plastik pembungkus yang dijual gulungan). Jenis plastik ini memiliki ciri kuat, keras, bisa jernih bentuk dapat diubah dengan pelarut, dan melunak pada suhu 80 derajat celcius.
              PVC mengandung komponen berbahaya sehingga penggunaannya dapat diaplikasikan dengan benar agar tidak memperburuk kesehatan.
              Komponen berbahaya yang terkandung dalam PVC yaitu Vinyl Chloride Monomer (VCM), Ester ftalat (DEHP, DIDP), senyawa Pb (timbal), dan semi karbazid (SEM). Dari komponen tersebut bahaya utamanya ada pada karsinogen kelas satu, Endocrine disrupter, persistent dan penurunan IQ.
             
4.   Low Density Polyethylene (LDPE)
              Jenis ini biasanya digunakan pada plastik pembungkus dan kantong buah atau sayur di supermarket. LDPE bergambar segitiga bernomor empat dengan ciri mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya dan melunak pada suhu 70 derajat celcius.



5.   Poli Propylene (PP)
              Biasanya untuk mengemas minuman gelas dan toples-toples dengan ciri keras tapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140 derajat celsius.
              Digambarkan dengan logo segitiga bernomor lima.
6.   Polystyrene
              Jenis ini memiliki ciri kaku, getas, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk dan melunak pada suhu 95 derajat celcius.


7.   Plastik Lainnya
              Ditandai dengan logo segitiga bernomor tujuh pada kemasan yang biasaya berjenis polikarbonat (PC) dengan ciri tidak mudah pecah, ringan, jernih,secara termal sangat stabil, migran yang diwaspadai yaitui Residu Bisfenol A (BPA) dengan bahaya Endocrine Disrupter.
              PC biasanya digunakan untuk galon air mineral 19 liter, botol air minum, dan botol susu bayi.
8.   Peralatan Makan Melamin
              Ada dua jenis melamin yaitu melamin formaldehid (berikatan kuat sehingga formaldehid tidak mudah lepas) dan urea formaldehid (ikatan tidak kuat mudah melepaskan formaldehid).
              Peralatan ini memiliki ciri keras, kuat, mudah diwarnai, bebas rasa dan bau, tahan terhadap asam dan alkali, migran yang perlu diwaspadai yaitu monomer formaldehid, monomer melamin dan bahayanya karsinogen kelas satu, iritatif, dan kerusakan ginjal.
                 Limbah Plastik
        Cecep Dani Suryono (2012:92) dalam bukunya yang berjudul “Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah” menuliskan bahwa bahan baku plastik yang dikonsumsi di Indonesia antara tahun 1993-1999 mencapai 12-15% per tahun. Setelah terjadi kerusuhan pada tahun 1997, kebutuhan bahan baku plastik agak menurun karena lemahnya daya beli masyarakat. Produk-produk plastik tersebut setelah tidak dipakai lagi akan dibuang oleh konsumen menjadi sampah.
        Menurut data di bawah ini persentasi plastik dari tahun ke tahun makin meningkat. Pada tahun 2002 diperkirakan mencapai hampir 9%. Misalnya kota Jakarta, dengan penduduk sebanyak sembilan juta jiwa, dan jumlah sampah per hari sekitar 5.000 ton maka jumlah sampah plastik yang ditimbun mencapai sekitar 400 ton.
       
        Dengan jumlah yang besar tersebut, plastik berpotensi mengurangi kualitas lingkungan karena:
1.      Plastik merupakan bahan yang tidak dapat membusuk sehingga jika ditimbun dalam penimbunan akhir akan memberikan banyak masalah antara lain menyita lahan pembuangan dan mengotori lingkungan sekitar.
2.      Jika tercecer di badan air, plastik cenderung menyumbat aliran.
3.      Jika terbakar pada jenis plastik tertentu menimbulkan asap yang mengandung bahan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
       
        Tabel persentase perkiraan sampah dari tahun 1981-2002
Kompenen
Unit
Tahun
1981
1983
1985
1989
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Organik
%
79,49
77,9
73,97
79,37
74,6
75,38
75,18
74,99
74,60
74,22
Kertas
%
7,97
6,7
8,28
8,57
10,18
10,50
10,71
10,93
11,15
11,37
Kayu
%
3,65
2,97
3,94
0,75
0,98
0,39
0,20
0,02
0,02
0,02
Tekstil
%
2,4
1,98
3,05
0,79
1,57
1,20
1,13
1,06
1,00
0,93
Karet
%
0,47
0,94
0,52
0,33
0,55
0,41
0,39
0,37
0,35
0,33
Plastik
%
3,67
5,13
5,64
6,51
7,86
8,11
8,30
8,50
8,69
8,88
Logam
%
1,37
1,93
2,04
1,45
2,04
1,89
1,89
1,90
1,90
1,90
Gelas
%
0,5
0,65
1,55
1,57
1,75
1,93
1,99
2,05
2,10
2,16
Baterai
%
0,48
1,8
0,97
0,48
0,29
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Lain-lain
%
­-
-
-
0,16
0,18
0,18
0,18
0,18
0,18
0,18
Jumlah
%
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
       
       








Komposisi sampah plastik di Jakarta dan Surabaya berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh BPPT (dalam % berat):
Komponen
Surabaya
Jakarta
Plastik:
LDPE
PP
HDPE
PVC botol
PVC film
PET
Stryrofoam
Lain-lain

1,01
2,64
3,97
-
0,15
0,09
0,08
0,54

0,78
2,03
3,05
-
0,12
0,07
0,07
0,41
Dari data di atas, jenis plastik yang ditemui dalam sampah perkotaan antara lain Low Density Polyethylene (LDPE), Poly Propylene (PP), High Density Polyethylene (HDPE), Poly Vinyl Chloride (PVC), Polyethylene Terephtalate (PET), Stryrofoam, dll. Sampah plastik dari jenis PP dan HDPE paling banyak ditemui. HDPE banyak digunakan untuk produk plastik yang memerlukan kekuatan dan tahan bahan kimia seperti ember, jerigen, botol plastik dan kantong plastik, blister (pembungkus snack), dll. Beberapa dari jenis plastik tersebut mempunyai nilai pasar, akan tetapi kebanyakan plastik yang terdiri dari bungkus snack tidak mempunyai nilai pasar.











B.     Kerangka Berpikir
Kantong plastik telah marak penggunaannya di berbagai kalangan masyarakat, baik desa maupun kota. Limbah yang dihasilkan oleh kantong plastik perlu waktu sangat lama, yaitu sekitar 200-400 tahun untuk dapat terurai dalam tanah. Akibatnya yang ditimbulkan selama proses penguraian ini beragam zat kimia yang ada di dalamnya akan mencemari tanah. Buruknya, limbah kantong plastik ini juga tak bisa dibakar. Jika dibakar, hasil pembakaran sampah mengandung racun kimia berbahaya seperti CO (karbon monoksida) yang bisa menyebabkan penyakit saluran pernapasan dan kanker paru-paru, bahkan kematian. Jika limbah ini dibiarkan begitu saja, akan menimbulkan berbagai kerusakan seperti mengurangi kualitas tanah, menyumbat saluran air, menyita lahan pembuangan, dan lain-lain.
Di sisi lain, pisang menduduki peringkat pertama dalam urutan produksi buah di Indonesia. Tapi perlu diketahui bahwa buah pisang hanya bisa dipanen sekali. Setalah itu hanya meninggalkan limbah berupa batang pisang. Batang pisang yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan yang lainnya hanya dibiarkan membusuk begitu saja. Padahal dari batang pisang ini dapat dibuat menjadi barang yang berguna. Salah satunya adalah paper bag batang pisang.
Dari paper bag inilah diharapkan agar dapat mengurangi jumlah limbah batang pisang yang dihasilkan oleh tanaman pisang sekaligus dapat mengurangi penggunaan kantong plastik.
C.    Hipotesis

Menurut Komaruddin dan Yokee Tjuparmah S. Komaruddin (2006:81) hipotesis adalah jawaban sementara atas suatu masalah. Hipotesis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah penulis menduga bahwa paper bag batang pisang bersifat ramah lingkungan dan dapat digunakan sebagai pengganti kantong plastik sekaligus mengurangi limbah plastik.              

Artikel Terkait