Cara
Menjelaskan Isi Artikel
berisi informasi atau pengetahuan yang sangat
berarti bagi pembaca. Mengingat artikel termasuk karangan bebas, artikel bisa
mengangkat berbagai macam tema. Ada artikel yang menyangkut masalah sosial dan
kemanusiaan, budaya, ekonomi, politik, atau teknologi. Pada pelajaran ini Anda
akan menjelaskan isi artikel yang telah Anda baca.
A. Bacalah
artikel berikut ini!
Alat Swasensor dari Bekasi
Seorang
pemerhati siaran televisi membuat penyensor tayangan. Kendali siaran kini ada
di rumah.
”Ayah
kalau mati jadi setan.”
Ucapan itu keluar dari mulut anak berusia hampir empat
tahun. Ini bukan kutuk-serapah.
Nadanya
terdengar dia tahu segalanya. Setelah diselidiki, si kecil mendapat ”ilmu
pengetahuan” itu dari televisi.
Kisah semacam ini tidak asing bagi Budi Adjie,
Ketua
Komunitas Peduli Tayangan Televisi ( Kompetisi). Oleh karena itulah, Budi
memutuskan melahirkan alat penyensor tayangan televisi. ”Ibarat dalam perang,
alat ini antirudal,” kata lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung
angkatan 1980 itu mengenai barang buatannya. Antirudal?
Demikianlah
Budi memisalkan ciptaannya yang diberi nama Senta TV–kependekan dari sensor
tayangan TV. Ini bukan tanpa sebab. Bagi Budi, tayangan televisi yang mengandung
unsur kekerasan, pelecehan, hingga mistik berbalut agama mirip sekali dengan
rudal.
Tayangan
itu mengunjungi setiap rumah, mempengaruhi otak seluruh keluarga tanpa pandang
bulu. Acara televisi itu datang dengan leluasa, tanpa halangan, sungguhpun
tidak diinginkan. ”Alat ini menghadang tayangan yang tidak tepat itu. Caranya
dengan menangkis dan merusak sinyal televisi yang datang.
Ibarat
antirudal, Senta menembak sinyal yang datang sampai rusak, hingga tidak dapat
dipakai pesawat televisi. Masih akan ada sisa-sisa sinyal yang muncul di layar,
tetapi tidak bisa ditonton.
Budi
mengutak-atik sensor televisinya selama tiga setengah tahun, sejak pertengahan
2003. Tentu saja dia tidak memiliki laboratorium mewah, tetapi di bengkel kerja
berukuran 2x3 meter di samping rumahnya di Bekasi, Jawa Barat.
Kini
ia sudah mengantongi hak paten untuk Senta TV, selain paten untuk mekanisme
penyensorannya. Toh ia belum puas. Ia mengatakan, alat seukuran telepon meja
itu masih bisa dibuat lebih kecil lagi. ”Jika diproduksi massal, kelak
ukurannya menyusut separuhnya,” katanya. Bahkan, jika ada produsen televisi
yang berminat bekerja sama, alat ini akan dirakit langsung dalam pesawat
televisi dan dioperasikan melalui remote
control.
Gagasan
mencipta Senta TV memercik saat di televisi ramai polemik goyang ngebor penyanyi dangdut Inul Daratista.
Kelompok pendukung dan penentang Inul sama-sama berunjuk rasa. Bagi Budi, cara
itu tidak sesuai. Ia memilih merespons dengan cara lain. ”Saya punya keahlian.
Ini yang bisa saya sumbangkan,” ujar pendiri kompetisi ini.
Senta
TV terdiri atas empat komponen: perusak sinyal, penyimpan data, aktivator, dan
layar penunjuk operasi (lihat infografik)
. Komponen utama pada alat ini, yakni perusak sinyal, diaktifkan aktivator
berdasarkan perintah yang tersimpan pada perekam.
Mula-mula
data tentang tayangan yang perlu disensor dimasukkan ke perekam melalui
seperangkat tombol di bagian atas alat ini. Untuk memudahkan penyimpanan data
itu, alat ini bisa dihubungkan dengan komputer melalui sambungan kabel sembilan
port. Data tersebut berisi saluran
televisi, jam, dan hari tayang (untuk sensor mingguan) dan tanggal tayang untuk
sensor acara non-reguler. ”Pemilik Senta TV bisa mengatur sendiri data sensor
itu,” kata Budi.
Alat
penyensor ini mampu menghancurkan 40
kanal siaran televisi dalam waktu bersamaan selama 24 jam. Karena
ukurannya kecil dan terhubung ke televisi dengan kabel, alat ini juga bisa
disembunyikan dari anak-anak sehingga mereka merasa tidak ada campur tangan
orang tua pada ”gangguan” di televisi.
Budi
yakin, para pengelola televisi dan rumah produksi film atau sinetron akan
berpikir lebih panjang untuk menyiarkan atau membuat acara jika alat ini sudah
dimiliki setiap rumah. ”Mereka akan meminta badan sensor untuk menilai apakah
acara yang akan digarap layak ditayangkan,” kata Budi.
Badan
sensor yang dimaksud Budi bukan semata Lembaga Sensor Nasional milik
pemerintah. Kelak Senta TV akan mendorong lahirnya agen sensor swasta, baik
perorangan yang kompeten maupun organisasi masyarakat–seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama–maupun media massa. Badan sensor
inilah yang akan menjadi pemasok data sensor untuk direkomendasikan kepada
masyarakat.
Ia
mengatakan, orang atau lembaga yang punya perhatian mendalam terhadap tayangan
televisi memberikan penilaian dalam bentuk data sensor. Data dari berbagai
versi itu, misalnya versi MUI atau NU, nantinya akan disebarluaskan oleh
distributor untuk dimasukkan ke Senta TV sesuai dengan pilihan pemilik.
Memasukkan
data sensor ke Senta TV yang terdiri atas rincian acara untuk belasan bahkan
puluhan kanal tentu sangat merepotkan. Data tersebut bisa diunduh melalui
internet atau telepon. Waktu pengunduhan, kata Budi, diperkirakan berlangsung
dua hingga tiga menit. Nah, pemilik akan dikenai tarif pulsa premium Rp2.000
hingga Rp3.000 per menit. Bayangkan jika ada satu juta pemilik Senta TV,
miliaran rupiah bisa terkumpul setiap pekan. Sebagian dana ini akan digunakan
untuk membayar orang-orang yang mengamati dan membuat rekomendasi sensor itu.
Budi
percaya, jika ada uang mengalir, sistem itu akan hidup. Akan tetapi, harapan
itu baru bisa terwujud jika Senta TV sudah diproduksi massal. Di sinilah
masalahnya.
Pernah ada tawaran untuk memproduksi Senta secara massal.
”Ada pengusaha di Cina, Senta TV akan diproduksi di sana, tetapi saya belum
yakin,” katanya.
Kepala
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Said Djauharsyah Jenie, menganjurkan
Budi menghubungi kalangan industri agar bisa memproduksi alat itu. Budi sudah
melakukan itu, tetapi hingga saat ini belum ada investor yang berminat.
Sambil
menunggu, Budi terus menyempurnakan alat yang sudah menguras biaya hampir Rp150
juta itu. ”Kalau nanti tidak ada yang berminat, saya akan berusaha memproduksi
sendiri alat ini,” ujarnya. Apa boleh buat, kendali untuk sementara masih di
stasiun televisi. Jika sukses, tampaknya alat swasensor ini akan lebih efektif
jika tidak dilembagakan dalam sebuah kantor pemerintah.
Sumber: Tempo, 18
Februari 2007
B.
Tentukan pokok-pokok isi bacaan ”Alat Swasensor dari
Bekasi”!
C.
Sampaikan secara lisan isi artikel tersebut kepada teman
sebangku Anda. Usahakan secara bergantian. Perhatikan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar!
D.
Kemukakan hal-hal menarik dalam artikel yang telah Anda
baca. Sertai pula alasan mengapa hal tersebut menarik menurut Anda!