PENGERTIAN PENDAPATAN
Terdapat
beberapa sumber yang menjelaskan mengenai definisi dari pendapatan, diantaranya
adalah menurut FASB dalam SFAC No. 6, IAI yang mengadopsi definisi dari IASC,
dan APB No. 4. dari beberapa sumber tersaebut dapat didaftar beberapa
kharakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Kharakteristik
tersebut adalah kenaikan aset, operasi utama berlanjut, penurunan kewaiban,
suatu entitas, produk perusahaan, pertukaran produk, menyandang beberapa nama,
dan mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Pendapatan
dapat diadakan ada jika terjadi suatu transaksi atau kejadian yang menaikkan
aset atau menimbulkan aliran masuk kas. Paton dan Littleton menyebutkan
transaksi, kejadian dan peristiwa yang dapat menambah aset, yaitu: transaksi pendanaan
yang berasal dari kreditor dan investor, laba yang berasal dari kegiatan
investasi, misalnya penjualan aset tetap, hadiah, donasi atau temuan, revaluasi
aset yang telah ada, dan penyediaan dan / atau penyerahan produk (barang atau
jasa). Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian
dengan konsep aliran masuk.
Tidak
semua kenaikan dari aset dapat disebut sebagai pendapatan. Kegiatan sentral
menerus atau berlanjut merupakan kharakteristik yang membatasi kenaikan aset
sebagai pendapatan. Menurut kharakteristik operasi utama berlanjut, pendapatan
merupakan produk perusahaan yang dihasilkan sebagai upaya produktif. Produk
yang dihasilkan oleh perusahaan bisa diklasifikasikan sebagai pendapatan
operasi dan non operasi.
Kharakteristik
lain yang membentuk definisi pendapatan adalah penurunan kewajiban. Penurunan
Kewajiban terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya
misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan. Penerimaan ini merupakan
kewajiban sampai ada kegiatan dari perusahaan berupa pengiriman barang atau
pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi
kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kata
entitas atau perusahaan dimasukkan dalam pendefinisian suatu pendapatan, hal
ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefiisian.
Pendapatan merupakan kenaikan aset, dimana aset tersebut dikuasai oleh
perusahaan. Akan tetapi, antara perusahaan dan pemilik mempunyai hubungan
hutang piutang sehingga pada aset naik sebagai pendapatan, utang perusahaan
kepada pemilik juga naik dalam jumlah yang sama.
Paton
dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Pendapatan
dikatakan sebagai produk perusahaan karena pendapatan terbentuk bersamaan atau
selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan
produk kepada pelanggan. Paton dan Littleton juga memasukkan kharakteristik
pertukaran dalam pendefinisian pendapatan. Hal ini dikarenakan pendapatan harus
dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan
moneter yang paling obyektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan
hasil dari transaksi atau pertukaran antar pihak yang independen. Pendapatan
juga merupakan suatu konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun, sehingga antara perusahaan dagang atau
jasa bisa memiliki nama yang berbeda dalam pendefinisian pendapatan.
Banyak
argumen yang diajukan mengenai pembedaan definisi antara pendapatan dan untung.
FASB membatasi pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan dengan
operasi utama. Sedangkan IAI dan APB tidak memebdakan pendapatan dan untung,
dan keduanya digabung dalam konsep income. Seperti halnya pendapatan,
terdapat kharakteristik yang membentuk pengertian untun, yaitu kenaikan
ekuitas, transaksi periferal atau insidental, dan selain yang berupa pendapatan
atau investasi oleh pemilik. FASB melalui SFAC No. 6 merinci lebih lanjut
mengenai transaksi, kejadian atau keadaan yang menimbulkan untung, yaitu
periferal dan insidental, transfer nontimbal-balik, penahanan aset, dan faktor
lingkungan.
PENGAKUAN
PENDAPATAN
Pengakuan
adalah pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem
pembukuan sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan.
Pendefinisian pendapatan harus dipisahkan dari pengetian pengakuan pendapatan.
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh
karena itu secara konseptual, pendapatan hanya diakui kalau memenuhi kualitas
keterukuran dan keterandalan. Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam
bentuk kriteria pengakuan pendapatan.
Untuk
menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pembentukan
pendapatan, terdapat dua konsep penting yang perlu dipahami yaitu pembentukan
pendapatan dan realisasi pendapatan. Pembentukan pendapatan merupakan suatu
konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya
pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan
terbentuk, terhimpun atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau
totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil
transaksi tertentu. Sementara itu, konsep Realisasi Pendapatan menjelaskan
bahwa Pendapatan terjadi atau terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan
terjual langsung atau pada saat terjual atas dasar kontrak penjualan. Konsep
realisasi pendapatan lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pendapatan
secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan.
Untuk
memenuhi kualitas keterukuran dan reliabilitas dan untuk memenuhi konsep dasar
upaya dan hasil, kriteria pengakuan pendapatan didasarkan atas dua konsep yang
saling melengkapi yaitu untuk dapat mengakui pendapatan, pembentukan pendapatan
harus dikonfirmasi dengan realitas. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan
pendapatan yang keduanya harus dipenuhi, yaitu : terrealisasi atau cukup pasti
terrealisasi, terbentuk/terhak. Meskipun harus dipenuhi, bobot pentingnya dua
kriteria tersebut bisa berbeda untuk keadaan tertentu.
Terbentuknya
pendapatan tidak harus selalu mendahului realisasi pendapatan. Pendapatan baru
dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat yaitu keterukuran nilai aset, adanya
suatu transaksi, dan proses penghimpunan secara substansial telah selesai.
Saat
Pengakuan Pendapatan
Pada
Saat Kontrak Penjualan
Pendapatan
diakui jika sudah terjadi penjualan. Jika saat kontrak dilakukan ada pembayaran
di muka, maka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan
kepada pembeli.
Selama
Proses Produksi Secara Bertahap
Dalam
industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama dalam
penyelesaiannya misalnya proyek pembangunan gedung atau jalan. Pengakuan
pendapatan dapat dilakukan secara bertahap sejalan dengan kemajuan proses
produksi atau sekaligus pada saat proyek selesai dan diserahkan. Ada dua metoda
yang digunakan yaitu metoda prosentase selesai dan metoda kontrak selesai.
Terdapat beberapa masalah masalah yang terkait dengan pengakuan selama proses
produksi yaitu akresi, apresiasi dan penghematan kos. Secara definisonal,
akresi merupakan pendapatan karena tia merefleksi kenaikan aset dan berkaitan
dengan operasi utama perusahaan. Akan tetapi jumlah kenaikan tidak dapat diakui
sebagai pendapatan karena kriteria realitas belum terpenuhi. Namun demikian,
akresi cukup pentinguntuk diukur dan dilaporkan sebagai data tambahan. Selama
jangka waktu persiapan, pemeliharaan, da pertumbuhan, semua kos yang selayaknya
telah terjadi dapat dapat diakumulasi menjadi kos yang akan dibebankan terhadap
pendapatan yang diharapkan.
Seperti
halnya akresi, apresiasi dapat dipandang sebagai pendapatan secara definisonal
khususnya untuk aset berupa produk atau barang dagangan. Akan tetapi apresiasi
tidak dapat dianggap sebagai pendapatan karena belum terealisasi dan juga bukan
hasil suatu proses pembentukan pendapatan.
Potongan
tunai dan keringanan-keringanan yang terjadi dalam pembelian barang atau jasa
bukanlah merupakan suatu pendapatan melainkan merupakan pengurang kos atau
penghematan kos aset yang diperoleh. Demikian juga halnya dengan penghematan
kos yang terjadi dalam pembelian dengan harga murah bukanlah merupakan suatu
laba meskipun hal tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap laba neto yang
akhirnya akan terealisasi.
Pada
Saat Produksi Selesai
Ini
memiliki arti bahwa pendapatan diakui pada saat akhir tahap produksi. Misalnya
untuk produk pertambangan dan pertanian. Walaupun dasar pengakuan pendapatan
atas dasar saat produk selesai mempunyai alasan logis yang kuat untuk industri
ekstraktif, penggunaannya secara umum kurang dapat diterima bahkan dalam
industri ekstraktif sekalipun.
Pada
Saat Penjualan
Saat
penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah dipenuhi. Saat penjualan
juga merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi
standar utama dalam pengakuan pendapatan. Biasanya untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri dan perdagangan. Masalah-masalah yang timbul
pada pengakuan ini adalah kepastian pengukuran pendapatan akibat kos pasca-jual
dan pengembalian barang. Cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah sbb
:
1.
Kembalian dan Potongan Tunai
Kembalian atau return untuk suatu perioda yang timbul akibat
barang cacat atau rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada
saat penjualan dengan jumlah rupiah pengembalian. Potongan tunai sama sekali
tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Potongan tunai
adalah potongan yang ditawarkan penjual melalui penjualan.
2.
Kos purna-jual
Prosedur umum yang dilakukan terkait dengan kos purna jual
adalah dengan mendebit jumlah rupiah taksiran kos kegiatan dan mengkredit
jumlah rupiah yang sama ke dalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir
tahun.
Kerugian Piutang
Keberatan
lain atas dasarpenjualan alah pendapat mengenai piutang yang bukan merupakan
bukti efektif terhadap realisasi pendapatan. Namun hal ini bisa diatasi dengan
membentuk cadangan kerugian piutang.
Transaksi
Penjualan
Kontrak
penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan
sebagai transaksi penjualan betapapun perusahaan telah menerima uang muka.
Pada
Saat Kas Terkumpul
Pengakuan
pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan
berdasarkan asa kas. Berbeda dengan pengakun pada saat kontrak yang barangnya
belum diserahkan, pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang
barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan
diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.
Saat
Pengakuan Penjualan Jasa
Pengakuan
pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi
pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi
lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan.
AICPA memberikan kaidah umum untuk penjualan jasa, yaitu Saat jasa telah
dilaksanakan atau dikonsumsi, selama proses pelaksanaan secara bertahap, saat
pelaksanaan jasa selesai sepenuhnya, dan saat kas terkumpul
PROSEDUR
PENGUKURAN
Saat
atau kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada level penetap
standar. Agar dapat dilaksanakan pada level perusahaan, kaidah tersebut harus
dijabarkan secara teknis dan prosedural dalam bentuk kebijakan akuntansi
perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu
penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan
jumlah rupiah penjualan tersebut.
Pengakuan
Pendapatan
a.
Kriteria pengakuan pendapatan.
FASB(1980) dalam FSAC no 5, ada dua kriteria pengakuan pendapatan yaitu:
FASB(1980) dalam FSAC no 5, ada dua kriteria pengakuan pendapatan yaitu:
1.
Telah terealisasi (realized)
yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan
perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas.
2.
Pendapatan telah terbentuk (earned),
yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan jasa telah berjalan dan secara
substansial telah selesai.
b. Saat pengakuan pendapatan
1.
pendapatan diakui selama
kegiatan produksi
2.
pendapatan diakui saat produksi
selesai
3.
pengakuan pendapatan pada saat
penjualan
4.
penjualan jasa
5.
pengakuan pendapatan pada saat
kas diterima
Pendapatan:
Pengertian dan Pengakuan
July 18, 2008 by sijenius
Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinisi
pendapatan sebagai berikut:
Revenues
are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlement of its
liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods,
rendering services, or other activities that constitute the entity’s ongoing
major or central operations.
Menurut Paton dan Littleton (1970)
mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut:
Revenue
is the product of the enterprise, measured by the amount of new assets received
from customers; … Stated in terms of assets the revenue of the enterprise is
represented, finally, by the flow of funds from the customers or patrons in
exchange for the product of the business, either commodities or services
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) mengadopsi definisi
pendapatan dari International
Accounting Standard Committee (IASC) yang memasukkan pendapatan (revenue) sebagai unsur
penghasilan (income):
Income
is increases in economic benefits during the accounting period in the form of
inflows or enhancements of assets or decreases of liabilities that result in
increases in equity, other than those relating to equity participants.
The
definition of Income ecompasses both revenue and gains. Revenue arises in the
course of the ordinary activities of an enterprise and its referred to by a variety
of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and
rents.
Dari beberapa definisi diatas maka
bisa disimpulkan bahwa yang membentuk pengertian pendapatan adalah:
- Aliran masuk atau kenaikan aset.
- Kegiatan yang merepresentasi operasi
utama atau sentral yang terus menerus.
- Pelunasan, penurunan, atau pengurangan
kewajiban.
- Suatu entitas (terpisah dengan
pemilik, yang berarti menganut konsep satu kesatuan usaha).
- Produk perusahaan.
- Pertukaran produk.
- Menyandang beberapa nama atau
mengambil beberapa bentuk (bunga, dividen, royalti, dsb).
- Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Namun karakter utama dari pendapatan
tercakup pada poin 1 dan 2, poin 3 hingga 8 merupakan penjabaran atau
konsukuensi saja. Lebih lanjut pada FASB dijelaskan perbaedaan antara
pendapatan (revenue)
dengan untung (gains),
sementara IAI tidak membedakan untung dan pendapatan, keduanya digabung menjadi
satu dalam penghasilan (income),
adapun beberapa karakteristik untung, antara lain:
- Kenaikan ekuitas (aset bersih)
- Transaksi periferal atau insidental.
- Selain yang berupa pendapatan atau
investasi pemilik.
FASB menyatakan bahwa pembedaan
antara pendapatan dan untung lebih untuk kepentingan penyajian atas dasar
sumbernya daripada membedakan secara tegas karakteristik pendapatan dan untung.
Pengakuan
Merupakan pencatatan jumlah rupiah
secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terrefleksi
dalam statemen keuangan. Secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika
memenuhi kualitas keterukuran (measureability)
yang terkait dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan
keterandalan (reliability)
yang terkait dengan obyektivitas dan dapat diuji kebenaran jumlah tersebut.
Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan
(recognition criteria).
Pendapatan belum terbentuk sebelum perusahaan melakukan kegiatan produktif,
karena pendapatan belum terealisasi sebelum terjadinya penjualan yang nyata
kepada pihak lain.
FASB mengajukan dua kriteria
pengakuan pendapatan yang keduanya harus dipenuhi yaitu:
a. Terealisasi atau cukup
pasti terealisasi, misal ketika barang atau jasa telah terjual.
b. Terbentuk/terhak (earned), misal ketika
perusahaan telah menunaikan kewajibannya.
Jika kedua hal diatas harus dipenuhi,
pertanyaan berikutnya kapan saat mengakui pendapatan? Berikut beberapa kaidah
pengakuan (recognition
rule):
1.
Pada saat kontrak penjualan
Jika terjadi sebuah kontrak
penjualan, pada titik ini pendapatan telah terealisasi tetapi belum terbentuk.
Karena hanya satu kriteria yang dipenuhi, pendapataan tidak boleh diakui,
pengakuan harus menunggu hingga proses penghimpunan selesai, yaitu di tahap
penjualan, pembayaran dimuka diakui sebagai kewajiban.
2.
Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan
produk memerlukan waktu yang cukup lama, seperti pada industri konstruksi.
Dalam hal ini pengakuan pendapatan dapat diakui secara bertahap sejalan dengan
kemajuan proses produksi atau yang disebut metode persentase penyelesaian (percentage-of-completition) atau
sekaligus ketika proyek selesai dan diserahkan (completed contract method).
3.
Pada saat produksi selesai
Jika sebelumnya telah ada kontrak
maka kedua kriteria telah dipenuhi ketika produk selesai, pendapatan bisa
diakui, namun jika tidak ada kontrak sebelumnya maka hanya salah satu kriteria
saja yang terpenuhi. Namun dalam industri ekstraktif (pertambangan) termasuk
pertanian, yang mempunyai pasar yang cukup luas dan harga yang sudah pasti
(berapapun jumlahnya pasti akan terserap oleh pasar), pendapatan dapat diakui
ketika produk telah selesai diproduksi.
4.
Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang
paling umum karena pada saat penjualan, kriteria penghimpunan dan relisasi
telah terpenuhi.
5.
Pada saat kas terkumpul
Pengakuan ini lebih bersifat ke
akuntansi basis kas (cash
basis). Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan
yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan
diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang. Hal ini terkadang
terjadi karena adanya ketidakpastian terhadap kolektibilitas atau ketertagihan
utang, maka dari itu pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada akhir
periode.
Saat atau kaidah pengakuan (recognition rule)
pendapatan di atas merupakan ketentuan pada level penetap standar. Agar dapat
dilaksanakan di level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan dalam bentuk
kebijakan akuntansi atau prosedur akuntansi (accounting
manual) untuk menentukan kegiatan internal yang dapat dijadikan
tanda atau pemicu pengakuan pendapatan.
Kriteria
pengakuan Pendapatan (Terbentuk dan Terealisasinya Pendapatan)
Dua hal di atas (terbentuknya dan
terealisasinya pendapatan) bekaitan erat dengan pengakuan pendapatan sehingga
semua teknis berkaitan pula dengan kriteria pengakuan pendapatan. Pengakuan
pendapatan harus didukung oleh bukti-bukti objektif. Yang menjadi masalah dalam
pengakuan pendapatan adalah mencari satu dasar pengukuran yang objektif tentang
kenaikan nilai dan didukung adanya bukti-bukti yang cukup, permasalahan tersebut
mendasari kebiasaan di dalam praktek atau standar akuntansi bahwa prosedur yang
dianut untuk mencatat pendapatan semestinya didasarkan pada konsep atau dasar
yang jelas. Oleh karena itu pada konsep muncul tentang kriteria-kriteria yang
dimaksudkan dapat mempermudah proses pengambilan keputusan dalam mencari dasar
yang paling wajar digunakan untuk pengakuan pendapatan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir keperusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini mengidentifikasikan keadan yang memenuhi kriteria tersebut agar pendapatan dapat diakui. Pernyataan ini juga memberikan pedoman praktis dalam penerpan kriteria tersebut.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir keperusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini mengidentifikasikan keadan yang memenuhi kriteria tersebut agar pendapatan dapat diakui. Pernyataan ini juga memberikan pedoman praktis dalam penerpan kriteria tersebut.
Ada tiga kriteria dalam konsep pengakuan pendapatan, adalah sebagai berikut:
- Pengukuran nilai aktiva
- Adanya suatu transaksi
- Kelengkapan subtantial dari proses
terbentuknya pendapatan.
ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN
·
Dalam ilmu ekonomi,Pendapatan
merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti
keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif
pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode.
·
Dalam ilmu akuntansi,Pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (selama periode) yang timbul dalam
rangka kegiatan usaha dari suatu badan bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan meningkatkan kontribusi dari
ekuitas peserta.. Pendapatan harus diukur pada nilai wajar dengan pertimbangan
diterimanya piutang.
· Secara
umum,Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima
oleh perusahaan dari aktivitasnya,kebanyakan dari penjualan barang/jasa kepada
pelanggan. Bagi investor pendapatan kurang penting dibandingkan keuntungan
,yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.
Kriteria pengakuan pendapatan.
Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan
dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam
kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas
yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Empat kriteria mendasar yang harus
dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah :
- Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi
definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
- Item tersebut harus memiliki atribut relevan
yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang
dapat dikuantifikasi dan diukur.
- Relevansi informasi mengenai item tersebut
mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.
- Reliabilitas informasi mengenai item
tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.
Pengakuan pendapatan
Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.
Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.
Berbagai macam bentuk
ratio antar perkiraan di laporan rugi laba sehubungan dengan analisis perubahan
pendapatan
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya
sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini
misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan
mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya
untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
pengertian dari modal kerja disini peneliti kemukakan beberapa pendapat :
a. James C Van Harne (1997:214) menyatakan, bahwa “Modal kerja adalah
aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah
investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan”
b. J. Fred Weston Eugene F. Brigham (1991:157), menyatakan bahwa “Modal
kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat
berharga jangka pendek, piutang dan persediaan”.
c. Bambang Riyanto (1995:7), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian
modal kerja yaitu :
1. Konsep
kuantitatif. Konsep ini menunjukan jumlah dana ( fund) yang tersedia untuk
tujuan operasi jangka pendek. Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah
jumlah aktiva lancer ( gross working capital ).
2. Konsep
kualitatif. Menitik beratkan pada kualitas modal kerja menurut konsep ini modal
kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhdap hutang lancar ( net working
capital ). Sehingga menunjukan margin of protection ( tingkat keamanan bagi
para kreditur jangka pendek )
3. Konsep
fungsional. Menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam menghasilkan
laba dari usaha pokok perusahaan yaitu current income dan future income. Dari
uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta
yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha
atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain
dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.