PENDAPATAN (AKUNTANSI)

Tags


PENGERTIAN PENDAPATAN
Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai definisi dari pendapatan, diantaranya adalah menurut FASB dalam SFAC No. 6, IAI yang mengadopsi definisi dari IASC, dan APB No. 4. dari beberapa sumber tersaebut dapat didaftar beberapa kharakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Kharakteristik tersebut adalah kenaikan aset, operasi utama berlanjut, penurunan kewaiban, suatu entitas, produk perusahaan, pertukaran produk, menyandang beberapa nama, dan mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Pendapatan dapat diadakan ada jika terjadi suatu transaksi atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk kas. Paton dan Littleton menyebutkan transaksi, kejadian dan peristiwa yang dapat menambah aset, yaitu: transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor, laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, hadiah, donasi atau temuan, revaluasi aset yang telah ada, dan penyediaan dan / atau penyerahan produk (barang atau jasa). Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk.
Tidak semua kenaikan dari aset dapat disebut sebagai pendapatan. Kegiatan sentral menerus atau berlanjut merupakan kharakteristik yang membatasi kenaikan aset sebagai pendapatan. Menurut kharakteristik operasi utama berlanjut, pendapatan merupakan produk perusahaan yang dihasilkan sebagai upaya produktif. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan bisa diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non operasi.
Kharakteristik lain yang membentuk definisi pendapatan adalah penurunan kewajiban. Penurunan Kewajiban terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan. Penerimaan ini merupakan kewajiban sampai ada kegiatan dari perusahaan berupa pengiriman barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kata entitas atau perusahaan dimasukkan dalam pendefinisian suatu pendapatan, hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefiisian. Pendapatan merupakan kenaikan aset, dimana aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, antara perusahaan dan pemilik mempunyai hubungan hutang piutang sehingga pada aset naik sebagai pendapatan, utang perusahaan kepada pemilik juga naik dalam jumlah yang sama.
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Pendapatan dikatakan sebagai produk perusahaan karena pendapatan terbentuk bersamaan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan. Paton dan Littleton juga memasukkan kharakteristik pertukaran dalam pendefinisian pendapatan. Hal ini dikarenakan pendapatan harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling obyektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil dari transaksi atau pertukaran antar pihak yang independen. Pendapatan juga merupakan suatu konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun, sehingga antara perusahaan dagang atau jasa bisa memiliki nama yang berbeda dalam pendefinisian pendapatan.
Banyak argumen yang diajukan mengenai pembedaan definisi antara pendapatan dan untung. FASB membatasi pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan dengan operasi utama. Sedangkan IAI dan APB tidak memebdakan pendapatan dan untung, dan keduanya digabung dalam konsep income. Seperti halnya pendapatan, terdapat kharakteristik yang membentuk pengertian untun, yaitu kenaikan ekuitas, transaksi periferal atau insidental, dan selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik. FASB melalui SFAC No. 6 merinci lebih lanjut mengenai transaksi, kejadian atau keadaan yang menimbulkan untung, yaitu periferal dan insidental, transfer nontimbal-balik, penahanan aset, dan faktor lingkungan.
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan. Pendefinisian pendapatan harus dipisahkan dari pengetian pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu secara konseptual, pendapatan hanya diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran dan keterandalan. Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan.
Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pembentukan pendapatan, terdapat dua konsep penting yang perlu dipahami yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan. Pembentukan pendapatan merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul atau menjadi ada. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Sementara itu, konsep Realisasi Pendapatan menjelaskan bahwa Pendapatan terjadi atau terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atau pada saat terjual atas dasar kontrak penjualan. Konsep realisasi pendapatan lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pendapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan.
Untuk memenuhi kualitas keterukuran dan reliabilitas dan untuk memenuhi konsep dasar upaya dan hasil, kriteria pengakuan pendapatan didasarkan atas dua konsep yang saling melengkapi yaitu untuk dapat mengakui pendapatan, pembentukan pendapatan harus dikonfirmasi dengan realitas. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan yang keduanya harus dipenuhi, yaitu : terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi, terbentuk/terhak. Meskipun harus dipenuhi, bobot pentingnya dua kriteria tersebut bisa berbeda untuk keadaan tertentu.
Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu mendahului realisasi pendapatan. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat yaitu keterukuran nilai aset, adanya suatu transaksi, dan proses penghimpunan secara substansial telah selesai.
Saat Pengakuan Pendapatan
Pada Saat Kontrak Penjualan
Pendapatan diakui jika sudah terjadi penjualan. Jika saat kontrak dilakukan ada pembayaran di muka, maka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli.
Selama Proses Produksi Secara Bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya misalnya proyek pembangunan gedung atau jalan. Pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat proyek selesai dan diserahkan. Ada dua metoda yang digunakan yaitu metoda prosentase selesai dan metoda kontrak selesai. Terdapat beberapa masalah masalah yang terkait dengan pengakuan selama proses produksi yaitu akresi, apresiasi dan penghematan kos. Secara definisonal, akresi merupakan pendapatan karena tia merefleksi kenaikan aset dan berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Akan tetapi jumlah kenaikan tidak dapat diakui sebagai pendapatan karena kriteria realitas belum terpenuhi. Namun demikian, akresi cukup pentinguntuk diukur dan dilaporkan sebagai data tambahan. Selama jangka waktu persiapan, pemeliharaan, da pertumbuhan, semua kos yang selayaknya telah terjadi dapat dapat diakumulasi menjadi kos yang akan dibebankan terhadap pendapatan yang diharapkan.
Seperti halnya akresi, apresiasi dapat dipandang sebagai pendapatan secara definisonal khususnya untuk aset berupa produk atau barang dagangan. Akan tetapi apresiasi tidak dapat dianggap sebagai pendapatan karena belum terealisasi dan juga bukan hasil suatu proses pembentukan pendapatan.
Potongan tunai dan keringanan-keringanan yang terjadi dalam pembelian barang atau jasa bukanlah merupakan suatu pendapatan melainkan merupakan pengurang kos atau penghematan kos aset yang diperoleh. Demikian juga halnya dengan penghematan kos yang terjadi dalam pembelian dengan harga murah bukanlah merupakan suatu laba meskipun hal tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap laba neto yang akhirnya akan terealisasi.
Pada Saat Produksi Selesai
Ini memiliki arti bahwa pendapatan diakui pada saat akhir tahap produksi. Misalnya untuk produk pertambangan dan pertanian. Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai mempunyai alasan logis yang kuat untuk industri ekstraktif, penggunaannya secara umum kurang dapat diterima bahkan dalam industri ekstraktif sekalipun.
Pada Saat Penjualan
Saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah dipenuhi. Saat penjualan juga merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan. Biasanya untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan perdagangan. Masalah-masalah yang timbul pada pengakuan ini adalah kepastian pengukuran pendapatan akibat kos pasca-jual dan pengembalian barang. Cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah sbb :
1. Kembalian dan Potongan Tunai
Kembalian atau return untuk suatu perioda yang timbul akibat barang cacat atau rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan jumlah rupiah pengembalian. Potongan tunai sama sekali tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Potongan tunai adalah potongan yang ditawarkan penjual melalui penjualan.
2. Kos purna-jual
Prosedur umum yang dilakukan terkait dengan kos purna jual adalah dengan mendebit jumlah rupiah taksiran kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang sama ke dalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
Kerugian Piutang
Keberatan lain atas dasarpenjualan alah pendapat mengenai piutang yang bukan merupakan bukti efektif terhadap realisasi pendapatan. Namun hal ini bisa diatasi dengan membentuk cadangan kerugian piutang.
Transaksi Penjualan
Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan sebagai transaksi penjualan betapapun perusahaan telah menerima uang muka.
Pada Saat Kas Terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asa kas. Berbeda dengan pengakun pada saat kontrak yang barangnya belum diserahkan, pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.
Saat Pengakuan Penjualan Jasa
Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. AICPA memberikan kaidah umum untuk penjualan jasa, yaitu Saat jasa telah dilaksanakan atau dikonsumsi, selama proses pelaksanaan secara bertahap, saat pelaksanaan jasa selesai sepenuhnya, dan saat kas terkumpul
PROSEDUR PENGUKURAN
Saat atau kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada level penetap standar. Agar dapat dilaksanakan pada level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis dan prosedural dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut.


Pengakuan Pendapatan

a. Kriteria pengakuan pendapatan.

FASB(1980) dalam FSAC no 5, ada dua kriteria pengakuan pendapatan yaitu:
1.      Telah terealisasi (realized) yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas.
2.      Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan jasa telah berjalan dan secara substansial telah selesai.
b. Saat pengakuan pendapatan
1.      pendapatan diakui selama kegiatan produksi
2.      pendapatan diakui saat produksi selesai
3.      pengakuan pendapatan pada saat penjualan
4.      penjualan jasa
5.      pengakuan pendapatan pada saat kas diterima

Pendapatan: Pengertian dan Pengakuan

Pengertian
Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinisi pendapatan sebagai berikut:
Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlement of its liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations.
Menurut Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut:
Revenue is the product of the enterprise, measured by the amount of new assets received from customers; … Stated in terms of assets the revenue of the enterprise is represented, finally, by the flow of funds from the customers or patrons in exchange for the product of the business, either commodities or services
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002) mengadopsi definisi pendapatan dari International Accounting Standard Committee (IASC) yang memasukkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income):
Income is increases in economic benefits during the accounting period in the form of inflows or enhancements of assets or decreases of liabilities that result in increases in equity, other than those relating to equity participants.
The definition of Income ecompasses both revenue and gains. Revenue arises in the course of the ordinary activities of an enterprise and its referred to by a variety of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents.
Dari beberapa definisi diatas maka bisa disimpulkan bahwa yang membentuk pengertian pendapatan adalah:
  1. Aliran masuk atau kenaikan aset.
  2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang terus menerus.
  3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
  4. Suatu entitas (terpisah dengan pemilik, yang berarti menganut konsep satu kesatuan usaha).
  5. Produk perusahaan.
  6. Pertukaran produk.
  7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk (bunga, dividen, royalti, dsb).
  8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Namun karakter utama dari pendapatan tercakup pada poin 1 dan 2, poin 3 hingga 8 merupakan penjabaran atau konsukuensi saja. Lebih lanjut pada FASB dijelaskan perbaedaan antara pendapatan (revenue) dengan untung (gains), sementara IAI tidak membedakan untung dan pendapatan, keduanya digabung menjadi satu dalam penghasilan (income), adapun beberapa karakteristik untung, antara lain:
  1. Kenaikan ekuitas (aset bersih)
  2. Transaksi periferal atau insidental.
  3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi pemilik.
FASB menyatakan bahwa pembedaan antara pendapatan dan untung lebih untuk kepentingan penyajian atas dasar sumbernya daripada membedakan secara tegas karakteristik pendapatan dan untung.
Pengakuan
Merupakan pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan. Secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika memenuhi kualitas keterukuran (measureability) yang terkait dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan keterandalan (reliability) yang terkait dengan obyektivitas dan dapat diuji kebenaran jumlah tersebut. Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan (recognition criteria). Pendapatan belum terbentuk sebelum perusahaan melakukan kegiatan produktif, karena pendapatan belum terealisasi sebelum terjadinya penjualan yang nyata kepada pihak lain.
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan yang keduanya harus dipenuhi yaitu:
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi, misal ketika barang atau jasa telah terjual.
b. Terbentuk/terhak (earned), misal ketika perusahaan telah menunaikan kewajibannya.
Jika kedua hal diatas harus dipenuhi, pertanyaan berikutnya kapan saat mengakui pendapatan? Berikut beberapa kaidah pengakuan (recognition rule):
1. Pada saat kontrak penjualan
Jika terjadi sebuah kontrak penjualan, pada titik ini pendapatan telah terealisasi tetapi belum terbentuk. Karena hanya satu kriteria yang dipenuhi, pendapataan tidak boleh diakui, pengakuan harus menunggu hingga proses penghimpunan selesai, yaitu di tahap penjualan, pembayaran dimuka diakui sebagai kewajiban.
2. Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama, seperti pada industri konstruksi. Dalam hal ini pengakuan pendapatan dapat diakui secara bertahap sejalan dengan kemajuan proses produksi atau yang disebut metode persentase penyelesaian (percentage-of-completition) atau sekaligus ketika proyek selesai dan diserahkan (completed contract method).
3. Pada saat produksi selesai
Jika sebelumnya telah ada kontrak maka kedua kriteria telah dipenuhi ketika produk selesai, pendapatan bisa diakui, namun jika tidak ada kontrak sebelumnya maka hanya salah satu kriteria saja yang terpenuhi. Namun dalam industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian, yang mempunyai pasar yang cukup luas dan harga yang sudah pasti (berapapun jumlahnya pasti akan terserap oleh pasar), pendapatan dapat diakui ketika produk telah selesai diproduksi.
4. Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan, kriteria penghimpunan dan relisasi telah terpenuhi.
5. Pada saat kas terkumpul
Pengakuan ini lebih bersifat ke akuntansi basis kas (cash basis). Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang. Hal ini terkadang terjadi karena adanya ketidakpastian terhadap kolektibilitas atau ketertagihan utang, maka dari itu pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada akhir periode.
Saat atau kaidah pengakuan (recognition rule) pendapatan di atas merupakan ketentuan pada level penetap standar. Agar dapat dilaksanakan di level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan dalam bentuk kebijakan akuntansi atau prosedur akuntansi (accounting manual) untuk menentukan kegiatan internal yang dapat dijadikan tanda atau pemicu pengakuan pendapatan.

Kriteria pengakuan Pendapatan (Terbentuk dan Terealisasinya Pendapatan)

Dua hal di atas (terbentuknya dan terealisasinya pendapatan) bekaitan erat dengan pengakuan pendapatan sehingga semua teknis berkaitan pula dengan kriteria pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan harus didukung oleh bukti-bukti objektif. Yang menjadi masalah dalam pengakuan pendapatan adalah mencari satu dasar pengukuran yang objektif tentang kenaikan nilai dan didukung adanya bukti-bukti yang cukup, permasalahan tersebut mendasari kebiasaan di dalam praktek atau standar akuntansi bahwa prosedur yang dianut untuk mencatat pendapatan semestinya didasarkan pada konsep atau dasar yang jelas. Oleh karena itu pada konsep muncul tentang kriteria-kriteria yang dimaksudkan dapat mempermudah proses pengambilan keputusan dalam mencari dasar yang paling wajar digunakan untuk pengakuan pendapatan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir keperusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini mengidentifikasikan keadan yang memenuhi kriteria tersebut agar pendapatan dapat diakui. Pernyataan ini juga memberikan pedoman praktis dalam penerpan kriteria tersebut.

Ada tiga kriteria dalam konsep pengakuan pendapatan, adalah sebagai berikut:
  1. Pengukuran nilai aktiva
  2. Adanya suatu transaksi
  3. Kelengkapan subtantial dari proses terbentuknya pendapatan.

ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN



·        Dalam ilmu ekonomi,Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode.
·        Dalam ilmu akuntansi,Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (selama periode) yang timbul dalam rangka kegiatan usaha dari suatu badan bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan meningkatkan kontribusi dari ekuitas peserta.. Pendapatan harus diukur pada nilai wajar dengan pertimbangan diterimanya piutang.
· Secara umum,Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,kebanyakan dari penjualan barang/jasa kepada pelanggan. Bagi investor pendapatan kurang penting dibandingkan keuntungan ,yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.
Kriteria pengakuan pendapatan.
Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah :
  1. Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
  2. Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
  3. Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.
  4. Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.
Pengakuan pendapatan
Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan.
Berbagai macam bentuk ratio antar perkiraan di laporan rugi laba sehubungan dengan analisis perubahan pendapatan
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian dari modal kerja disini peneliti kemukakan beberapa pendapat :
a. James C Van Harne (1997:214) menyatakan, bahwa “Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan”
b. J. Fred Weston Eugene F. Brigham (1991:157), menyatakan bahwa “Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga jangka pendek, piutang dan persediaan”.
c. Bambang Riyanto (1995:7), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja yaitu :
1.      Konsep kuantitatif. Konsep ini menunjukan jumlah dana ( fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancer ( gross working capital ).
2.      Konsep kualitatif. Menitik beratkan pada kualitas modal kerja menurut konsep ini modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhdap hutang lancar ( net working capital ). Sehingga menunjukan margin of protection ( tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek )
3.      Konsep fungsional. Menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam menghasilkan laba dari usaha pokok perusahaan yaitu current income dan future income. Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal.


Artikel Terkait