Pendapatan Nasional (ekonomi kelas X)

Tags



Dalam bab sebelumnya kita telah mempelajari masalah-masalah yang dihadapi pemerintah baik dalam skala makro maupun dalam skala mikro, maka dalam bab ini kita akan mempelajari tentang konsep pendapatan nasional baik dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) maupun Produk Nasional  Bruto. Diharapkan setelah mengetahui konsep-konsep pendapatan nasional tersebut nantinya kita akan mampu:
1.         Menjelaskan manfaat perhitungan pendapatan nasional dengan model-model rumus mulai GDP sampai pada DI
2.         Membandingkan kondisi PDB dan perkapita yang kita milki dengan negara lain
3.         Mendeskripsikan pengertian indeks harga dan inflasi serta bagaimana metode penghitungannya
Kita mungkin sudah sering mendengar bahwa Indonesia adalah negara yang subur, makmur gemah ripah loh jinawi, artinya segala potensi alam selalu kita milki, baik dari bumi, air maupun udara. Tetapi mengapa di koran, TV dan media lain mengatakan bahwa negara kita termasuk salah satu golongan dari kelompok negara miskin di dunia? Padahal semua tahu bahwa kekayaan alam kita melimpah. Mengapa pula Singapura yang notabene merupakan negara kecil dengan jumlah kekayaan alam yang terbatas justru masuk kategori negara kaya di dunia? Ada apa dengan Indonesia?
Dari beberapa kesimpulan umum yang dikumpulkan bahwa untuk menjadi kaya, suatu negara tidaklah perlu memilki kekayaan alam yang melimpah ruah, yang penting adalah kualitas SDM (sumber daya manusia). Dari kesimpulan di atas apakah anda setuju? Silakan anda renungkan dan diskusikan dengan guru dan teman-teman di kelas tentang semua itu.
Permasalahan ekonomi makro yang selalu menjadi sorotan penting dan utama dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa tidak lain adalah bagaimana suatu bangsa dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui upaya peningkatan pendapatan nasional. Nah, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendapatan nasional suatu negara? Dan bagaimana cara menghitung pendapatan nasional? Manfaat apa yang akan diperoleh dengan menghitung pendapatan nasional? Dalam bab ini kita akan membahas dan mengulas secara lebih terperinci tentang pendapatan nasional dengan segala bentuk persoalan yang timbul.
A.
Pengertian Pendapatan Nasional
Setiap negara yang ada di bumi ini memilki kekayaan yang berbeda-beda, baik dilihat dari sumber daya alamnya maupun dari sumber daya manusianya. Ada negara dengan sumber daya alam melimpah sementara kemampuan sumber daya manusianya pas-pasan atau bahkan minim dan sebaliknya ada negara dengan sumber daya alam yang minim tetapi memiliki banyak sumber daya manusia yang berkualitas. Yang jelas semua kekayaan yang dimilki oleh negara tersebut diarahkan untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Kita semua sudah mengetahui bagaimana kekayaan alam negara kita yang sangat melimpah tetapi itu tidak bisa menjamin negara Indonesia sebagai negara yang kaya. Kenapa? Karena Indonesia juga harus bisa menjamin dan memproduksi barang/jasa yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Sehingga jumlah barang/jasa yang dihasilkan oleh negara Indonesia dalam waktu satu tahun merupakan gambaran kaya atau miskinnya negara Indonesia. Perhatikanlah bagan kegiatan ekonomi di
bawah ini yang menunjukkan hubungan antara empat macam rumah tangga
ekonomi.
Bagan 6.1
Ekspor
Impor
Devisa
Rumah Tangga
Luar Negeri
Investasi & Devisa
Arus uang (pembelian barang/jasa)
Out put (barang/jasa)
Input (faktor produksi)
Arus uang (pembayaran faktor produksi)
Rumah Tangga
Produksi
(
RTP
)
Pembayaran pajak
Pembayaran pajak
Rumah Tangga
Konsumsi
Rumah Tangga
Pemerintah
Berdasarkan bagan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional adalah pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan masyarakat sebagai  bentuk balas jasa sehubungan dengan produksi barang-barang dan jasa tersebut. Besarnya pendapatan nasional akan sama dengan produk nasional. Dan besarnya pendapatan nasional dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1.    Tersedianya faktor produksi
2.    Ketrampilan dan keahlian tenaga kerjanya
3.    Kemajuan Teknologi produksi yang digunakan
4.    Stabilitas nasional
Dalam menjelaskan konsep pendapatan nasional kita akan menemui beberapa istilah yang dianggap sama meskipun sebenarnya tidak demikian. Istilah yang paling dominan tentang pendapatan nasional antara lain istilah PDB, GNP dan NNI, kemudian istilah lain yang sekarang ini sering muncul adalah PDRB. Keempatnya merupakan istilah yang menunjukkan pendapatan nasional suatu negara, namun demikian instrumen yang digunakan untuk masing-masing negara berbeda sehingga akan memiliki arti yang berbeda pula untuk pengunaan istilah-istilah tersebut.
Selain istilah di atas, ada istilah lain yang merupakan penggambaran konsep pendapatan nasional, antara lain NNP, PI dan DI. Ada perbedaan yang mendasar dari istilah-istilah tersebut di atas. Di bawah ini akan kita kupas tentang perbedaan diantara istilah-istilah pendapatan nasional, sebagai berikut.
1. Gross Domestic Product  (GDP) atau Product Domestik Bruto ( PDB )
Kalau anda perhatikan beberapa perusahaan yang ada di daerah anda masing-masing, apakah semuanya dimilki oleh pengusaha atau penduduk daerah anda? Atau mungkin dimiliki oleh pengusaha dari daerah lain atau bahkan dari luar negeri? Coba anda sebutkan dan anda telusuri keberadaanya satu persatu. Nah, bila semua nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh perusahaan-perusahaan tersebut dihitung tiap tahun maka akan diperoleh besarnya Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang ada di daerah anda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PDB atau GDP adalah jumlah dari seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara selama satu tahun termasuk di dalamnya barang dan jasa  yang dihasilkan oleh orang asing dan perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri. (misal untuk Negara Indonesia Mac Donald, PT Freeport, PT Caltex, Carrefour, PT Nutrisia dan sebagainya), tetapi tidak termasuk hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar negeri (misal untuk Indonesia TKI atau TKW yang bekerja di Luar negeri). Ada sembilan  lapangan usaha yang masuk dalam perhitungan Product Domestic Bruto (PDB), antara lain: a. pertanian
b.         pertambangan dan penggalian
c.          industri
d.         listrik, gas dan air bersih
e.          bangunan atau konstruksi
f.          perdagangan, hotel dan restoran
g.          pengangkutan dan komunikasi
h.         keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
i.           jasa-jasa lainnya, misalkan jasa konsultan, pengacara dll Tabel 6.1 Keadaan PDB Indonesia Tahun 2004 Kuartal 1.
Sektor     PDB       Persentase (%)
Pertanian, kehutanan, dan perikanan         85,06      15 , 43
Pertambangan 40,95      7 , 42
Industri Pengolahan    168,48   30 , 54 Listrik, gas dan air 4,76        0 , 86 Bangunan/konstruksi              29,42      5 , 33
Perdagangan, hotel, dan restoran                91,51      16 , 59
Transportasi dan komunikasi      32,75      5 , 94
Keuangan, asuransi, dan jasa keuangan    46,14      8 , 36
Jasa-jasa           52,57      9 , 53
Produk Domestik Bruto (PDB)  551,64   100,00
Dari tabel tersebut maka dapat dijelaskan bahwa 30,54% PDB Indonesia diperoleh dari sektor industri pengolahan. Hal ini menunjukkan tingkat perekonomian Indonesia yang sedang mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor Industri.
2.         Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Keberadaan perusahaan-perusahan baik nasional maupun multi nasional yang menghasilkan nilai barang/jasa akhir secara tidak langsung juga akan membawa pengaruh bagi perolehan pendapatan suatu daerah. Struktur perekonomian suatu daerah baik propinsi atau kabupaten akan mempengaruhi atau juga dipengaruhi oleh jumlah perusahaan-perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan.
Semakin tinggi nilai barang/jasa akhir yang dihasilkan perusahaanperusahaan yang ada di daerah-daerah propinsi atau kabupaten maka akan semakin tinggi pula perolehan PDRB nya dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan PDRB akan memacu peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional.
Dengan demikian PDRB dapat diartikan sebagai jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1 (satu) tahun. Dalam perhitungan PDRB ini juga termasuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang beroperasi di daerah tersebut
(  misal: MC Donald, Carefour, PT Nutrisia, PT Danone dan sebagainya )
3. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto
( PNB )
 Produksi Nasional Kotor (GNP) adalah jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama satu tahun termasuk di dalamnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar negeri tetapi tidak diperhitungkan barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat asing yang bekerja di dalam negeri. Jika dirumuskan sebagai berikut: GNP  =  GDP  -  Pendapatan Neto terhadap luar negeri
Ada tingkat perbandingan yang bisa dilakukan antara GDP dan GNP   untuk mengetahui  kondisi perekonomian suatu negara, antara lain :
a)         Bila GDP lebih besar dari GNP menunjukkan bahwa  perekonomian Negara tersebut belum maju, karena akan terjadi Net Factor Income to Abroud ( Pendapatan Neto ke luar negeri) artinya  Investasi Negara tersebut di luar negeri lebih kecil dari pada investasi asing di dalam negeri.
b)         Bila GDP lebih kecil dari pada GNP menunjukkan bahwa perekonomian Negara tersebut sudah maju, karena Negara tersebut mampu menanamkan investasinya di luar negeri lebih besar dibandingkan investasi asing di dalam negeri.
4.         Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Netto
Produksi nasional neto (NNP) adalah produksi nasional kotor (GNP) dikurangi penyusutan barang-barang modal. NNP ini sama dengan  Pendapatan Nasional (PN) atau National Income (NI). NNP dan NI ini dihitung berdasarkan harga pasar yang sering dirumuskan :
NNP = GNP – Penyusutan  Barang –barang Modal
5. Net National Income (NNI) atau Pendapatan Nasional Netto
Pendapatan nasional Bersih (NNI) adalah produksi nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung  merupakan unsur pembentuk harga pasar, tetapi tidak termasuk dalam biaya  faktor produksi. Pajak ini dapat dialihkan kepada pihak lain, yang termasuk dalam kategori pajak tidak langsung adalah pajak penjualan , PPN, Bea Masuk dan cukai.
NNI  =   NNP  -  Pajak Tidak Langsung
 6.        Personal Income (PI)
Pendapatan perseorangan (PI) adalah Pendapatan yang berhak diterima oleh seseorang sebagai bentuk balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi.
 Tidak semua pendapatan ini sampai ke tangan pemilik faktor produksi ( perseorangan) , karena masih dikurangi laba yang tidak dibagikan, pajak perseorangan, asuransi, jaminan sosial dan ditambah dengan pindahan/transfer (transfer payment)  misalnya dana pensiun, iuran sosial, tunjangan bekas pejuang, bantuan korban bencana, bea siswa, subsidi pemerintah atau bantuan pada panti asuhan dan sebagainya.
Pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut:
PI = NNI + Transfer Payment – (Laba yang tidak dibagikan + Pajak Perseroan+Asuransi + Jaminan Sosial )
     7.   Disposible Income (DI)
Pendapatan Bebas (DI) adalah pendapatan dari seseorang yang siap digunakan baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk ditabung Pendapatan bebas (DI) secara langsung akan mempengaruhi permintaan karena sebagian digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk tabungan sebagai unsur pembentuk modal. Besarnya pendapatan bebas ini adalah pendapatan perseorangan dikurangi dengan pajak langsung ( misal pajak penghasilan ).
Pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut:
DI   =   PI  -   Pajak Langsung
Perhatikan contoh perhitungan pendapatan nasional berikut ini.
Contoh Perhitungan Pendapatan Nasional (Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
I.          Produk  Domestik Bruto (PDB)             ........................................        Rp.          22.500,00
Dikurangi : Pendapatan Neto terhadap Luar Negeri.................          Rp.          2.500,00
II.        Produk Nasional Bruto (GNP)              ........................................        Rp.          20.000,00
Dikurangi : Penyusutan Barang modal .....................................            Rp.          5.000,00
III.     Produk Nasional Neto (NNP) ........................................        Rp.          15.000,00
Dikurang : Pajak Tidak Langsung          ........................................        Rp.          4.000,00
IV.      Pendapatan Nasional Neto (NNI) ........................................ Rp. 11.000,00 Ditambah : Transfer Payment ........................................ Rp. 500,00
Dikurangi : a. Laba yang tahan ............ Rp.    500,00 b. Pajak perseroan ............ Rp. 2.000,00
c. Jaminan social  ............    Rp.    500,00
+          Rp.          3.000,00
V.        Personal Income (PI)               ........................................        Rp.          8.500,00
Dikurangi : Pajak Langsung    ........................................        Rp.          2.000,00
VI.      Pendapatan Bebas (DI)            ........................................        Rp.          6.500,00 Dikurangi  : Tabungan /saving       ........................................        Rp.          1.500,00
Tingkat Konsumsi    ........................................        Rp.          5.000,00
B.  Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
Berdasarkan arus kegiatan ekonomi negara, penghitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga (3) metode pendekatan, antara lain:
1 .   Metode Pendekatan Pendapatan
Dalam metode ini cara yang dilakukan adalah dengan  menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima masyarakat sebagai pemilik faktor produksi atas penyerahan faktor produksinya kepada perusahaan.
Tabel 6.2
 Faktor Produksi dan Pendapatan
Faktor Produksi
Pendapatan
Simbul
Sewa
Upah/gaji
Bunga
Laba
r  (rent)
w (wages)
i  (interest)
p (profit)
Tanah
Tenaga kerja
Modal
Skill
Untuk mencari besarnya pendapatan nasional dirumuskan:
Y   =    r  +  w  +  i  +  p
Diketahui data-data sebagai berikut (dalam miliar)
Sewa tanah
Rp    30.000,00
Upah
Rp  250.000,00
Bunga modal
Rp    50.000,00
Laba usaha
Rp    40.000,00
Hitunglah pendapatan nasional dengan pendekatan penerimaan/ pendapatan
Jawab :
Y  =
r + w + i + p
Y  =
Rp 30.000 + Rp 250.000 + Rp 50.000 + Rp 40.000
=
Rp 370.000,00
2.
Metode Pendekatan Produksi
Contoh :
Perhitungan pendapatan nasional dengan metode produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) yang diwujudkan oleh berbagai sektor dalam perekonomian, antara lain:
a.          Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
b.         Pertambangan dan penggalian
c.          industri pengolahan
d.         listrik, gas dan air bersih
e.          Bangunan
f.          Perdagangan, restoran dan hotel
g.          pengangkutan dan komunikasi
h.         Keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan serta
i.           Jasa-jasa
Apakah sebenarnya  yang dimaksud dengan nilai tambah (value added) itu?
Sebagai contoh, untuk memproduksi kemeja harus diproduksi terlebih dahulu kain, benang dan kapas. Jika kita menjumlahkan nilai akhir produksi tiap-tiap komponen maka akan terjadi penghitungan ganda (double accounting) , mengapa?  Hal ini disebabkan karena dalam nilai akhir kemeja sudah terkandung nilai kain, dalam nilai akhir kain sudah terkandung nilai akhir benang dan seterusnya. Oleh karena itulah untuk memperoleh total produk yang dihasilkan suatu negara harus dilihat dari nilai tambahnya. Perhatikan contoh perhitungan nilai tambah berikut ini
Tabel 6.3         Nilai Produksi dan Nilai Tambah
Komoditas      Nilai produksi    Nilai Tambah
Kapas Rp 10.000,00       Rp 10.000,00 Benang        Rp 15.000,00       Rp   5.000,00 Kain              Rp 17.500,00         Rp   2.500,00 Kemeja         Rp 25.000,00       Rp   7.500,00
Jumlah               Rp 67.500,00       Rp 25.000,00
Keterangan :
Untuk masing-masing komoditas penghitungan nilai tambahnya  didasarkan pada selisih nilai produksi perubahan tiap komoditas dari kapas sampai dengan kemeja.
Misalkan: a Nilai tambah kapas besarnya tetap Rp10.000,00 (karena nilai produksinya belum mengalami perubahan menjadi komoditas lain)
b. Nilai tambah benang Rp5.000,00 merupakan selisih antara nilai produksi kapas dengan benang
c            Nilai tambah kain Rp2.500,00selisih antara nilai produksi benang dan kain
d           Nilai tambah kemeja Rp7.500,00 selisih antara nilai produksi kain dengan kemeja
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari perubahan komoditas kapas menjadi kemeja sebesarRp 25.000,00.
Dengan adanya perhitungan nilai tambah tersebut maka akan terhindar dari adanya perhitungan ganda. Dengan demikian metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y  =   NTB1  +  NTB2  +  NTB3  +  ……… NTBn
Keterangan:
Y    = Pendapatan nasional
NTB = Nilai tambah dari tiap-tiap sektor  ekonomi
3.         Metode Pendekatan Pengeluaran
Untuk mengetahui besarnya pendapatan nasional dengan metode ini maka dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran masyarakat dari tiaptiap rumah tangga yang ada. Adapun pengeluaran yang dihitung bukan berasal dari nilai transaksi barang jadi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari perhitungan ganda.
Empat sektor Rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang digunakan sebagai acuan dalam menghitung pengeluaran adalah :
a.          Rumah tangga konsumen
Pada sektor rumah tangga ini  pengeluaran yang dilakukan berupa pembelian barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang biasa di sebut dengan konsumsi (C)
b.          Rumah tangga produsen atau perusahaan
Pengeluaran pada rumah tangga ini dilakukan sebagai pembentukan barang dan jasa yang digunakan untuk menghasilkan barang/jasa lebih lanjut atau yang diistilahkan dengan Investasi (I)
c.           Rumah tangga pemerintah
Pengeluaran pemerintah ini terdiri dari:
-             Pengeluaran konsumsi pemerintah, misalnya pembayaran gaji pegawai dan pembelian alat-alat kantor
-             Pengeluaran pemerintah untuk investasi, misalnya pembuatan jalan, jembatan, saluran irigasi, pelabuhan dan lain-lain
Pengeluaran investasi oleh pemerintah maupun swasta nantinya oleh pemerintah dimasukkan dalam komponen pembentukan modal tetap domestik bruto dan komponen perubahan stok yang diistilahkan
Goverment Expenditure (G)
d.     Rumah tangga luar negeri / ekspor bersih (X-M).
Pengeluaran untuk rumah tangga ini merupakan selisih dari nilai ekspor terhadap nilai impor yang dilakukan oleh suatu negara dalam kegiatan perdagangan internasional.
Pengeluaran-pengeluaran dari keempat sektor perekonomian itulah yang merupakan komponen pendapatan nasional. Sehingga perhitungan pendapatan nasional ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y    =    C   +   I   +   G   +   ( X  -  M  )
Keterangan: Y =
pendapatan nasional
C =
konsumsi
I           =
Investasi
G =
Pengeluaran pemerintah (Government Expenditure)
X =
ekspor
Diketahui data sebagai berikut (dalam miliar) :
Pengeluaran konsumen            Rp  125.000,00 Tingkat investasi          Rp  150.700,00 Pengeluaran pemerintah       Rp  130.000,00
Nilai ekspor     Rp  225.250,00 Nilai impor     Rp  170.500,00
Hitunglah besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran Jawab :
Y  =      C + I + G + (X – M)
Y  =      Rp 125.000 + Rp 150.700 + Rp 130.000 + (Rp 225.250 – Rp 170.500)
=     Rp 405.700 +  Rp 54.750
=     Rp 460.450,00
M  =  impor Contoh :
Tabel 6.4
 PDB Indonesia tahun 1999 atas harga yang berlaku (trilyun rupiah)
Sumber BPS thn 2000 dan statistik Indonesia tahun 1998
No
Jenis Transaksi
Jumlah
Produk Domestik Bruto
1.075,0
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
Pengeluaran konsumsi pemerintah
Pembentukan modal tetap domestik bruto
Perubahan stok
Ekspor barang dan jasa
Impor barang dan jasa
730,3
68
,
9
196,8
4
,
4
379,2
295,8
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komponen Pendapatan
Nasional
Komponen pendapatan nasional sebagai unsur pembentuk pendapatan nasional dilihat dari sumbernya terdiri dari konsumsi (C) dan Investasi (I) sehingga persamaan matematiknya
Y  =  C  +  I
Sedangkan dilihat dari penggunaanya komponen pendapatan nasional terdiri konsumsi (C) dan tabungan (S) dan persamaan matematisnya
 Y  =  C +  S
Komponen Konsumsi dipengaruhi oleh:
a.          Besarnya pendapatan bersih/neto
b.         Tingkat komposisi rumah tangga (usia dan jumlah)
c.          Tuntutan lingkungan (geografis dan sosial)
d.         Dugaan untuk masa depan (naik turunnya harga) Komponen tabungan dipengaruhi oleh:
a.          Tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat
b.         Motif berjaga-jaga dari masyarakat untuk waktu yang akan datang.
c.          Tingkat suku bunga bank untuk tabungan Komponen investasi dipengaruhi oleh:
a.          Tingkat suku bunga bank untuk modal
b.         Kekuatan permintaan di pasar terhadap barang dan jasa
c.          Tingkat perkembangan teknologi yang mampu menjamin efisiensi produksi
Tugas:
Dalam menghitung pendapatan nasional suatu negara dipergunakan tiga metode pendekatan, yaitu metode produksi, metode penerimaan dan metode pengeluaran. Perhitungan pendapatan nasional ini didasarkan pada berbagai lapangan usaha yang ada. Di bawah ini dipaparkan sumber-sumber/lapangan usaha yang digunakan untuk menghitung pendapatan nasional. (dalam Milyar)
1.       pertanian, peternakan, perikanan  37.000
2.       pertambangan dan penggalian      32.000
3.       industri pengolahan          40.000
4.       listrik, gas dan air 4.000
5.       bangunan 18.000
6.       perdagangan, hotel           39.500
7.       pengangkutan       7.500
8.       bank dan lembaga keuangan        16.000
9.       sewa rumah            1.500
10.   jasa pemerintahan 11.500
11.   jasa lainnya            3.000
12.   gaji dan upah        65.000
13.   bunga modal        23.000
14.   sewa tanah              8.500 15. laba usaha  19.500
16. konsumsi keluarga  70.500 17. konsumsi pemerintah         35.500
18. investasi neto dalam negeri 34.000 19. investasi neto luar negeri 10.000
Buatlah perhitungan pendapatan nasional dengan format seperti berikut: a. Pendekatan Produksi
Lapangan  Usaha           Nilai  Tambah
 ………………....………………......           ………………....………………......
 ………………....………………......           ………………....………………......
 ………………....………………......           ………………....………………......
 ………………....………………......           ………………....………………......
b. Pendekatan Penerimaan
Sumber Penerimaan          Jumlah (Rp Milyar)
 ………………....………………......           ………………....………………......
 ………………....………………......           ………………....………………......
 ………………....………………......           ………………....………………......
 ………………....………………......           ………………....………………......
c. Pendekatan Pengeluaran
Penggunaan Barang dan Jasa            Jumlah (Rp Milyar)
 ………………....………………......          ………………....………………......
 ………………....………………......          ………………....………………......
 ………………....………………......          ………………....………………......
 ………………....………………......          ………………....………………......
C.
Perbandingan Tingkat PDB dan Perkapita Indonesia dengan Negara Lain
1. Hubungan Pendapatan Nasional, Jumlah penduduk dan Pendapatan Perkapita
Sebelum  melakukan perbandingan tingkat perkapita Negara kita dengan Negara lain maka sebaiknya harus kita ketahui dahulu hubungan antara Pendapatan nasional, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita.
Telah kita ketahui bersama bahwa pendapatan perkapita merupakan salah satu komponen penting dalam penentuan tingkat kemakmuran  masyarakat suatu bangsa, dan sekarang tentunya telah paham bahwa pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional suatu Negara pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Namun seperti yang telah kita bahas sebelumnya pendapatan nasional dapat dilihat dari beberapa pendekatan. Definisi manakah yang mau dipakai tergantung dari Negara masing-masing.
Untuk Indonesia dan beberapa negara lain pada umumnya konsep pendapatan nasional yang biasa dipakai adalah dengan pendekatan produksi. Dan dalam menghitung pendapatan perkapita konsep pendekatan produksi diwujudkan dengan jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat yang diistilahkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto ( PNB). Perhitungan pendapatan perkapita oleh negara-negara di dunia pada umumnya ada dua (2) macam, yaitu :
a.          Dilihat dari komponen produk domestik bruto (PDB) Rumus:
PDB  tahun  n
PDB perkapita
=
Jumlah penduduk tahun  n
b.         Dilihat dari komponen produk nasional bruto Rumus:
  perkapita
PNB
=
Jumlah Penduduk
    Tabel 6.5
 Contoh Perhitungan Pendapatan Perkapita  Tahun 2003
Sumber :
Negara
PNB per Tahun
 (juta $)
Penduduk
(
juta
)
Pendapatan per
Kapita  (juta $)
Indonesia
India
Malaysia
Singapura
Korea
Meksiko
130.600
427.407
81.311
95.453
398.825
358.059
204
980
22
3
46
96
810
530
3.780
21.230
12.020
6.230
Kesimpulan bahwa berdasarkan rumus perhitungannya  maka pendapatan nasional (PDB) dan jumlah penduduk merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pendapatan perkapita, naik turunnya PDB atau jumlah penduduk akan mengakibatkan naik turunnya pendapatan perkapita.
Sehingga kita tidak bisa mengandalkan komponen pendapatan nasional semata untuk bisa mengetahui kesejahteraan rata-rata penduduk suatu negara . Meskipun pertambahan pendapatan nasional besar tetapi pertambahan penduduknya juga besar maka pendapatan perkapitanya tetap kecil. Oleh karena itu agar pendapatan perkapita besar maka kita harus mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
2. Kondisi Pendapatan Perkapita Indonesia Dibanding Negara Lain
Merupakan suatu hal yang sangat dilematis bila kita harus membandingkan kondisi kesejahteraan masyarakat kita dengan negara lain, terutama dengan negara-negara yang memiliki kategori maju dimana tingkat kesejahteraan masyarakatnya sangat jauh dari kondisi masyarakat kita. Disatu sisi itu semua adalah sebuah realita yang harus dihadapi  dan di sisi lain kita dihadapkan pada segala keterbatasan yang ada. Yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah bagaimana cara atau usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan segala keterbatasan yang  dimiliki sekarang ini?
Untuk menjawab itu semua sebelumnya kita harus berani melakukan perbandingan dengan negara lain yang kemudian kita ambil langkah atau solusi untuk melakukan perbaikan. Sebagai gambaran awal tahun 1996 kita pernah mencapai pendapatan perkapita  US $ 1,200. Namun hal itu tidak bisa bertahan lama, karena bangsa Indonesia dihadapkan pada kondisi krisis ekonomi yang berkepanjangan selain dari laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Untuk melihat perbandingan pendapatan perkapita Indonesia dengan Negara lain yang tergabung dalam ASEAN perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 6.6
 Pendapatan perkapita Negara-Negara ASEAN Tahun 1993-2000
Pada kelompok Negara-negara ASEAN ternyata Indonesia memiliki tingkat
No
Negara
Tahun
Pendapatan
   Peringakat Dunia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Indonesia
Brunai Darussalam
Malaysia
Philipina
Singapura
Thailand
Vietnam
1993
1996
2000
1993
1998
1993
2000
1993
2000
1993
2000
1993
2000
1995
2000
780
1100
650
15.390
18.500
3.530
3.521
1.010
1.061
22.520
21.765
2.315
2.530
277
387
18
6
19
6
8
13
11
17
16
3
5
14
14
20
20
pendapatan perkapita yang rendah jika dibandingkan dengan mayoritas dari 7 Negara anggota ASEAN lain, kita hanya mampu unggul atas negara Vietnam ( US $ 387) sampai tahun 2000, meskipun pada era tahun 1995-1996 kita pernah menempati peringkat yang tinggi di kawasan ASEAN. Kemudian masuk dalam kategori kelompok  Negara manakah Indonesia?
Berdasarkan pendapatan perkapita, Bank Dunia (World Bank) mengelompokkan negara di dunia  dalam 4 kategori, yaitu :
Tabel 6.7
 Kelompok Negara Berdasarkan Perkapita
Berdasarkan kriteria di atas maka Indonesia  masuk dalam kategori
  No.
Kelompok Negara
  Perkapita (US$)
1.
2.
3.
4.
Berpendapatan rendah
(
low income
)
Berpendapatan menengah ke bawah
(
low middle income
)
Berpendapatan menengah tinggi
(
)
upper middle income
Berpendapatan tinggi
 (
high income
)
Kurang dari 765
  -  
3.035
766
3.036
  -  
9.385
lebih dari 9.386
kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah ( low middle income), tetapi kriteria di atas bukanlah sebuah harga mati karena bisa saja berubah setiap saat tergantung dari dinamika kehidupan ekonomi negara yang bersangkutan. Jika kita mampu bangkit dan giat untuk melakukan perubahan dan perbaikan di segala sektor kehidupan maka niscaya segala apa yang kita inginkan akan tercapai.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan manfaat dari perhitungan pendapatan perkapita adalah :
a.          Untuk mengetahui perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun.
b.         Untuk mengetahui data-data perbandingan tingkat kesejahteraan penduduk antar negara
c.          Sebgai pedoman pengambilan kebijakan dalam bidang ekonomi
d.         Sebagai bahan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang
e.          Untuk membandingkan standar hidup suatu negara
D.
Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional
1.     Tujuan mempelajari Pendapatan Nasional
Tujuan utama dari mempelajari pendapatan nasional adalah untuk mengetahui seberapa jauh suatu negara dapat memakmurkan kondisi masyarakatnya. Selain dari tujuan utama tersebut ada tujuan yang lainnya antara lain:
a.          mengetahui tingkat kemakmuran
b.         untuk melihat kemajuan perekonomian suatu negara
c.          Untuk merumuskan kebijakan pemerintah
d.         Untuk membandingkan tingkat perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu
e.          Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan pendapatan masyarakat
f.          Untuk membandingkan perekonomian antar negara atau antar daerah sehingga dapat diketahui tingkat perkembangannya
E.
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Kita telah memahami bahwa kemakmuran suatu negara bisa dilihat dari pendapatan nasional atau pendapatan perkapita. Semakin tinggi perolehan pendapatan perkapita maka tingkat kemakmurannya relatif baik dan sebaliknya. Tetapi perlu diingat pula bahwa tingkat perkapita yang tinggi tidak menjamin masyarakatnya dapat menikmati kemakmuran. Pendapatan perkapita hanyalah sebuah gambaran umum dari tingkat kesejahteraan suatu negara tanpa membedakan status dan posisi kehidupan masyarakatnya.
Cara distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana tingkat oendapatan nasional yang tinggi akan mampu menciptakan perbaikan masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan. Pendistribusian pendapat yang tidak merata justru akan menciptakan kemakmuran golongan masyarakat tertentu saja.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui adanya ketimpangan distribusi pendapatan nasional adalah dengan Indeks Gini (Gini Index)
Besar koefisien Gini dimulai dari 0 sampai dengan 1. Jika koefisien Gini 0 atau mendekati 0 artinya distribusi pendapatan merata dan sempurna, dan sebaliknya jika koefisien Gini menunjukkan angka 1atau mendekati angka 1 artinya terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional.
Selanjutnya berapapun nilai koefisien gini yang diperoleh akan digambarkan dalam sebuah kurva yang di sebut dengan Kurva Lorenz.
A
% Komulatif Pendapatan
P
O
E
Y
B
% Komulatif Penduduk
Keterangan :
Garis diagonal menunjukkan kemerataan sempurna karena tiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan prosentase penduduk yang sama dengan prosentase penerimaan pendapatan.
Contoh titik tengah garis diagonal menunjukkan 50% dari pendapatan didistribusikan persisi untuk 50% jumlah penduduk. Semakin jauh jarak garis kurva lorenz dengan garis diagonal semakin tinggi ketidakmerataanya, sebaliknya semakin dekat dengan garis diagonal maka semakin tinggi kemerataanya. Suatu distribusi semakin merata jika nilai koefisien gini mendekati nol (0) dan sebaliknya (daerah B merupakan daerah besarnya ketimpangan).
Apabila pendapatan dibagi secara merata maka semua titik berada pada garis diagonal sehingga nilainya nol  (B tidak ada ) sebaliknya jika pendapatan hanya dinikmati satu pihak saja maka nilai koefisien Gini  satu (1) dan daerah B sama dengan segitiga OP1 (A tidak ada/berimpit).
Tabel 6.8 Patokan koefisien Gini
Koefisien       Distribusi Pendapatan
< 0,4              Tingkat ketimpangan rendah
0,4 - 0,5        Tingkat ketimpangan sedang
> 0,5              Tingkat ketimpangan tinggi
Tabel 6.9 Koefisien Gini yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut :
Tahun             Desa        Kota       Total
1988              0,31         0,36        0 , 34
1990              0,25         0,34        0 , 32
1996              0,27         0,36        0 , 36
1999              0,26         0,34        0 , 33
  Sumber :  BPS tahun 2001
F.
Usaha Meningkatkan Pendapatan Nasional
Setelah kita memahami tentang manfaat dan tujuan mempelajari pendapatan nasional maka tentunya kita memiliki gambaran bagaimana kiat atau usaha yang sesuai untuk meningkatkan pendapatan nasional, untuk itu ada beberapa cara yang dianggap cocok antara lain sebagai berikut :
1.         Kita tingkatkan pembangunan nasional di segala bidang, khususnya sektor ekonomi tanpa harus meninggalkan aspek-aspek kepribadian bangsa.
2.         Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan nasional dan pemberian pelatihan-pelatihan.
3.         Memberikan kesempatan kepada perusahaan-perusahaan swasta untuk bisa mengembangkan usahanya bagi terciptanya kemajuan ekonomi
4.         mendorong dan meningkatkan perkembangan industri kecil dan rumah tangga sebagai penopang sekaligus mitra bagi pergerakan industri menengah dan industri besar.
5.         membuka dan meningkatkan kesempatan untuk berinvesatasi bagi para pemilik modal baik lewat PMDN maupun lewat PMA.
Tugas:
Salinlah tabel di bawah ini di buku catatan dan isilah agar Anda dapat lebih memahami tingkat hubungan antara perndapatan nasional, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita
Pendapatan nasional                Jumlah Penduduk              Pendapatan Perkapita
(GNP)              ( IPC )
Bertambah   Berkurang   ............................................... Bertambah   Tetap   ............................................... Berkurang   Bertambah   ............................................... Bertambah 20%   Bertambah 20%   ............................................... Bertambah 15%   Bertambah 5%   ............................................... Bertambah 5%   Bertambah 7,5%   ...............................................
G.          Inflasi dan Indeks Harga
Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga-harga barang, adalah peristiwa moneter penting yang biasa kita jumpai dalam kegiatan perekonomian. Hampir seluruh perekonomian di Negara manapun mesti mengalami inflasi. Sehingga kadang-kadang fenomena ekonomi ini bisa menjadi suatu kendala bahkan juga bisa menjadi acuan untuk mengukur tingkat kestabilan ekonomi.
Inflasi yang terjadi terus menerus secara beruntun dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Kenaikan harga akan menyulitkan masyarakat khususnya bagi mereka yang berpenghasilan tetap. Misalkan sebelum terjadi inflasi uang Rp.100.000, bisa digunakan selama 2 minggu, tetapi setelah terjadi inflasi nilai uang sebesar itu hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan selama 1 minggu dengan kualitas yang sama seperti sebelum terjadi inflasi. Jadi , dengan jumlah uang yang sama diperoleh jumlah barang yang lebih sedikit dibanding sebelum inflasi. Sebagai sebuah fenomena ekonomi yang pengaruhnya cukup besar terhadap kehidupan masyarakat, maka inflasi banyak mendapat perhatian istimewa oleh para ekonom, pemerintah maupun masyarakat umum.
Untuk lebih jelasnya bisa kita amati bagan/illustrasi berikut ini.
Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu kenaikan indeks harga.
Inflasi
Indeks
Harga
Konsumen
Jumlah
Uang
Beredar
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemakmuran
Pengangguran
Inflasi yang sangat tinggi akan berdampak pada tingkat pengangguran dan kesempatan kerja serta pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja merupakan ciri dari kemakmuran masyarakat, sehingga inflasi harus dikendalikan dan  diatasi
1.     Definisi  Inflasi
Secara umum dapat diambil pengertian bahwa inflasi merupakan suatu peningkatan harga secara umum dalam perekonomian yang terjadi secara terus menerus. Peningkatan di sini bisa berarti peningkatan yang kecil (creeping inflation) atau peningkatan tinggi dan cepat (Hyper inflation) . Pada dasarnya keberadaan inflasi sangat erat kaitannya dengan masalah nilai uang. Uang sebagai alat tukar nilainya dapat ditentukan oleh kemampuannya terhadap barang atau jasa yang disimbolkan dengan harga.
Bila harga-harga dalam kegiatan perekonomian naik, maka jumlah barang dan jasa yang dapat ditukarkan dengan uang  menjadi sedikit. Dengan kata lain adanya peningkatan harga-harga barang dan jasa menyebabkan kemampuan atau nilai dari uang mengalami penurunan.
Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui fenomena inflasi maka akan kita runtut keberadaanya secara lebih mendetail. Adanya kenaikan atau ketidakstabilan harga (inflasi) sebenarnya bersumber dari ketidakseimbangan arus uang dengan arus barang dalam perekonomian.  Secara sederhana dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Arus barang mengalir dari hasil produksi Rumah Tangga Perusahaan ke pasar barang dan bertemu dengan arus uang yang berasal dari pembelanjaan pemerintah dan rumah tangga Konsumen, di sinilah harga akan tercipta. Jika terjadi keseimbangan arus uang dan barang maka harga-harga akan stabil atau antara permintaan dan penawaran seimbang. Apabila terjadi ketidakseimbangan arus uang dan arus barang maka harga-harga akan mengalami kenaikan. Hal demikian itulah yang disebut dengan inflasi.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang keberadaan inflasi dengan jenisjenisnya, sebenarnya komponen harga yang dimaksud dalam inflasi adalah harga yang bagaimana? Harga yang dimaksud di sini adalah tingkat harga Umum, yaitu rata-rata tertimbang dari harga barang dan jasa dalam perekonomian yang diperlihatkan dalam sebuah angka Indeks Harga Konsumen
2.    Jenis jenis  Inflasi
Keberadaan inflasi bisa ditinjau dari beberapa sisi, bisa dari sisi parah atau tidaknya, dari sisi penyebabnya yang sangat berkaitan erat dengan arus uang dan barang atau bisa juga dilihat dari sisi asalnya.
a.       Inflasi dilihat dari Tingkat Keparahannya
Berdasarkan tingkatan ini inflasi dibedakan  menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1)   Inflasi Ringan  ( di bawah 10% per tahun )
2)   Inflasi sedang  ( antara 10% s/d 30% per tahun )
3)   Inflasi berat     ( antara  30% s/d 100% per tahun)
4)   Inflasi sangat berat atau hiperinflasi  ( di atas 100% per tahun )
b.       Inflasi di lihat dari Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya inflasi dapat dibedakan menjadi  2 macam, yaitu:
1)    Demand Pull Inflation
Jenis inflasi ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah permintaan efektif baik dari masyarakat maupun pemerintah. Misalkan, dari sisi masyarakat karena permintaan akan barang/jasa yang terlalu besar tidak bisa diikuti oleh kapasitas produksi sehingga keseimbangan antara permintaan dan penawaran akan terganggu yang berakibat harga-harga akan naik. Dan dilihat dari sisi pemerintah yang juga sebagai pelaku ekonomi bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru  atau bertambahnya investasi swasta karena memperoleh kredit murah dari bank. Hal ini juga akan menyebabkan peningkatan permintaan tanpa diimbangi dengan peningkatan penawaran sehingga mendorong harga-harga naik. Untuk memahami tentang Demand Pull Inflation ini perhatikan gambar berikut ini.
Keterangan:
                                                                                                                 
                                                                                                                                  
                                                                                                                                 
P2
0
P
P1
Q1
Q2
S
D1
D2
E1
E2
D1
D2
Q
Kurva 6.1
Kurva Inflasi dikarenakan Demand
                 Pull In flation
2)    Cost  Push  Inflation
Merupakan jenis inflasi  yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya produksi. Ada beberapa hal yang menyebabkan biaya produksi naik yang akhirnya menimbulkan inflasi, hal tersebut antara lain :
a)         Kenaikan Biaya bahan Baku (Price Push Inflation)
Inflasi ini secara umum disebabkan karena adanya kenaikan harga bahan baku produksi. Misalkan, Kenaikan harga BBM akan berakibat pada kenaikan biaya transport untuk hampir semua jenis barang, sehingga harga jualnya juga mengalami kenaikan.
b)         Adanya Kenaikan Gaji/upah ( Wages Cost Push Inflation ) Kenaikan upah buruh yang terjadi karena adanya tuntutan dari kaum buruh (serikat pekerja) akan menyebabkan biaya produksi menjadi naik, untuk menutupi kerugian ini maka perusahaan akan meningkatkan harga jual produknya. Pada jenis inflasi ini efeknya cukup membahayakan di masa-masa selanjutnya, yakni bisa dilukiskan sebagai berikut:
“Jika upah buruh naik maka akan mendorong timbulnya kenaikan harga, adanya kenaikan harga tersebut tentu saja akan menimbulkan tuntutan lagi dari kaum buruh untuk
menaikkan gaji/upahnya begitu seterusnya.”
Efek semacam ini dalam permasalahan inflasi disebut Efek Spiral.
Kurva 6.2
Kurva Inflasi dikarenakan Cost
P2
0
P
P1
Q1
Q2
Q
S2
S1
S2
E1
E2
S1
D
Keterangan:
                                                                                                 
                                                                                                                 
                                                                                                                                                 
                                                                                                                                                 
Push Inflation
c)         Inflasi dilihat dari asalnya
Berdasarkan asal terjadinya, inflasi dibedakan dalam 2 jenis.
1) Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation)
Inflasi ini merupakan bentuk inflasi sebagai efek dari terjadinya inflasi di luar negeri. Bahwasanya sekarang ini kita sudah menginjak era globalisasi, dimana hubungan antara Negara sudah begitu terbuka. Apa yang terjadi di suatu negara  dampaknya baik secara langsung maupun tak langsung bisa dirasakan oleh negara lain.  Apalagi bila suatu negara dalam kehidupan ekonominya banyak tergantung dari negara lain maka akan mudah sekali terpengaruh fenomena ini.
2) Inflasi yang berasal  dari dalam negeri (Domestic Inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya beberapa permasalahan  yang ada di dalam negeri, baik yang disengaja (kebijakan) maupun yang tidak disengaja. Misalkan, adanya bencana alam, gagal panen, kebijakan pemerintah mencetak uang baru untuk menutup defisit anggaran, kebijakan uang longgar dan sebagainya.
Ketiga jenis inflasi yang telah kita bahas di atas semuanya saling mendorong dan saling memperkuat, begitu masyarakat mendengar adanya inflasi biasanya akan bereaksi sedemikian rupa yang justru kebanyakan akan menambah parah kondisi yang sudah ada.
Dilihat dari sisi pedagang atau produsen, karena harga-harga naik maka para pedagang cenderung untuk menahan atau menyimpan barang dagangannya dengan harapan harga masih akan naik lebih tinggi lagi. Hal ini menyebabkan peredaran barang di pasar berkurang sehingga hargaharga akan menjadi naik lebih tinggi lagi. Karena harga naik terus maka pengusaha akan mengikuti gerakan harga dan berusaha mempertahankan atau meningkatkan pendapatan dan labanya dengan cara menaikkan harga jual produknya.
Kemudian dari sisi masyarakat umum karena harga-harga naik, maka masyarakat mengalami kegelisahan dan cenderung bereaksi dengan cara melakukan pembelian secara besar-besaran (sebelum harga-harga naik). Justru reaksi yang demikian akan membawa akibat pada kenaikan hargaharga secara umum, karena permintaan masyarakat akan barang naik secara tajam. Yang perlu diingat bahwa antara barang satu dengan barang lain saling berkaitan sehingga kenaikan salah satu barang akan mendorong naiknya harga barang-barang lain.
3.         Penyebab  Inflasi
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, antara lain :
1.         Jumlah uang yang beredar di masyarakat tidak seimbang dengan jumlah peredaran barang (jumlah uang lebih banyak dari pada jumlah barang).
2.         Adanya pencetakan uang baru oleh pemerintah sehingga menambah jumlah uang beredar. Hal ini biasanya dilakukan pemerintah untuk menutupi defisit anggaran.
3.         Adanya desakan dari golongan tertentu untuk memperoleh kredit murah sehingga akan mendorong peningkatan jumlah uang beredar dan kestabilan harga tidak terjamin.
4.         Adanya fluktuasi dari sektor luar negeri (ekspor/impor), investasi, tabungan, penerimaan  dan penerimaan negara.
Dari keempat faktor di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa permintaan masyarakat (effective demand)  merupakan inti penentu dari kestabilan kehidupan ekonomi. Para pelaku ekonomi baik produsen, konsumen, pemerintah dan luar negeri secara bersama-sama membeli lebih banyak barang dari kapasitas produksi yang dihasilkan.  Hal ini akan menyebabkan ketegangan-ketegangan di pasar, produksi tidak dapat dinaikkan karena kapasitasnya terbatas, sementara permintaan dari para pelaku ekonomi terus bertambah, akibatnya timbullah inflasi.
4.         Pengukuran Laju Inflasi
Untuk mengetahui seberapa besar kenaikan harga barang terlebih dahulu dihitung angka indek harga. Angka Indeks Harga merupakan perbandingan harga-harga barang tertentu pada suatu periode tertentu yang berbeda dalam bentuk prosentase (%). Peran indeks harga sangat besar sekali dalam mengetahui besar kecilnya inflasi, karena dari indeks harga tersebut nantinya akan mudah diketahui besarnya tingkat kenaikan harga (inflasi) secara agregat tiap periode waktu tertentu
Nah, bagaimana sebenarnya cara menghitung inflasi?  Menghitung besarnya laju inflasi dilakukan dengan 3 cara antara lain :
a. GNP/PDB Deflator
Cara mengukur laju inflasi ini dengan menggunakan perbandingan GNP nominal dengan GNP riil.  GNP nominal sering disebut dengan GNP berdasarkan tingkt harga yang sedang berlaku sedangkan GNP Riil adalah GNP berdasarkan tingkat harga konstan. GNP deflator dapat diukur dengan Indeks Paasche.
Σ
Pn x Qn
IP =                                  x 100
Σ
Po x  Qn
Keterangan :
IP   = Indeks Paasche
Pn  = harga tahun tertentu (tahun ke-n)
Po  = harga tahun dasar
Qn  = kuantitas tahun tertentu (tahun ke-n)
b.         Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menghitung dari kelompok barang yang paling banyak dibeli oleh masyarakat/konsumen. Biasanya kelompok barang yang dibeli oleh konsumen selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan pola aktual konsumsi masyarakat. IHK mengukur biaya yang langsung dibayar konsumen pada tingkat harga eceran, dan biasanya IHK dihitung setiap bulan, 3 bulan dan 1 tahun. Rumus yang digunakan untuk menghitung IHK dengan menggunakan indeks Laspeyres sebagai berikut:
Σ
Pn x Qo
IL  =                                 x 100
Σ
Po x  Qo
Keterangan :
IL  = indeks Laspeyres
Pn = harga pada tahun tertentu
Po = harga tahun dasar
Qo = kuantitas tahun dasar
Dalam Penyajian IHK sekarang ini dilihat dari 7 kelompok jenis barang atau jasa, antara lain :
1)           Bahan makanan
2)           Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
3)           Perumahan
4)           Sandang
5)           Kesehatan
6)           Pendidikan, rekreasi dan olah raga
7)           Transportasi dan komunikasi
c.          Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks ini mengukur sekelompok barang yang dibeli oleh produsen yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi atau bahan pembantu.
Biasanya IHP dihitung untuk mengukur indeks harga pada tahap awal sistem distribusi.
Pada kenyataanya kenaikan IHP dapat dijadikan tanda terhadap kenaikan IHK dan nantinya digunakan sebagai indikator bagi perkembangan siklus bisnis dalam suatu negara dan untuk selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan. Dasar penghitungan Indeks Harga Produsen (IHP) sama dengan penghitungan IHK yakni dengan menggunakan rumus Indeks Laspeyres.
Setelah kita mengetahui beberapa metode penghitungan angka indeks, maka kita coba bagaimana cara melakukan penghitungan
sesungguhnya dalam beberapa contoh berikut:
Komoditas
Tahun
Harga
Jumlah
2005
10.000
30
2006
15.000
40
2005
20.000
20
2006
40.000
30
Buku
Pakaian
Hitunglah besarnya GNP/PDB deflator dan IHK pada tahun 2006 sebagai tahun dasar adalah tahun 2005.
Jawab:
a.                   GNP/PDB deflator ΣPn x Qn
IP =          x 100
ΣPo x Qn
(15.000x40) + (40.000x30)
IP =                                                   x  100
(10.000x40) + (20.000x30)
           1.800.000
    =                              x  100   =  180
           1.000.000
Artinya , antara tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi kenaikan harga sebesar 80% dari dua macam komoditas. b. Indeks Harga Konsumen (IHK)
ΣPn x Qo
IL =                           x   100
ΣPo x Qo
=       x 100
1.250.000
=                      x 100            =  178, 57
.000
Artinya, antara tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi kenaikan harga sebesar 78,57% dari dua macam komoditas
5.         Cara  Mengatasi  Inflasi
Setelah kita mengetahui tentang inflasi dan penyebabnya, maka untuk selanjutnya kita akan bahas beberapa cara untuk mengatasi inflasi.  Kita tahu bahwa inflasi merupakan penyebab dari keresahan masyarakat dan pemerintah. Sehingga pemerintah berusaha untuk menekan inflasi serendah-rendahnya karena inflasi itu sendiri tak bisa dihilangkan sama sekali.
Inflasi keberadaanya ada yang disahkan oleh pemerintah dan ada yang tidak disahkan. Jika inflasi ini keberadaanya dibiarkan berlangsung terus menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan jumlah uang beredar ( karena defisit anggaran dengan mencetak uang baru) maka inflasi ini keberadaanya disahkan pemerintah. Jika inflasi yang keberadaanya tidak disertai dengan kenaikan persediaan uang, maka inflasi ini tidak disahkan oleh pemerintah. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatife mudah caranya yakni tinggal mengatasi penyebab utamanya dan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat (M). Berikut ini beberapa kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi, antara lain :
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini adalah kebijakan bank sentral yang dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang beredar atau dengan kata lain kebijakan ini juga disebut dengan politik uang ketat ( Tight Money Policy ).
1)     Politik Diskonto
      adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan tingkat bunga. Misalkan, dengan menaikkan suku bunga maka diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, karena masyarakat cenderung untuk menyimpan uangnya di bank dari pada membelanjakan/investasi. Sebaliknya bila bank sentral menurunkan tingkat suku bunga biasanya terjadi jika jumlah uang beredar turun atau terjadi deflasi maka diharapkan masyarakat akan menarik uangnya di bank karena bunga bank sudah tidak menarik lagi.
2)     Politik Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter juga melakukan politik pasar terbuka (open market), yaitu dengan jalan menjual atau membeli surat berharga. Dengan menjual surat berharga diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat akan masuk ke pemerintah/ Bank Sentral, sehingga jumlah uang beredar berkurang dan sebaliknya dengan membeli surat berharga diharapkan uang bertambah di masyarakat sehingga jumlah uang beredar di masyarakat bertambah.
3)     Politik Persediaan Kas
Politik persediaan kas (cash ratio policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan persentase persediaan kas di bank.  Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas di bank maka diharapkan jumlah kredit akan berkurang. Sebaliknya jika diturunkannya persentase persediaan kas maka nantinya permintaan kredit diharapkan bertambah.
b.         Kebijakan Fiskal
Dengan kebijakan ini pemerintah berusaha mempengaruhi jumlah uang beredar dan kenaikan harga dengan cara melakukan perubahanperubahan pengeluaran  dan penerimaan pemerintah. Jenis kebijakan fiskal ini di antaranya adalah:
1)          Pengaturan pengeluaran pemerintah
Pemerintah harus menjaga kestabilan anggaran, penggunaan anggaran harus sesuai dengan rencana. Jika pengeluaran melebihi batas yang telah direncanakan akan mendorong peningkatan jumlah uang beredar.
2)          Peningkatan Tarif Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang utama. Dengan adanya kenaikan tariff pajak maka penghasilan rumah tangga akan diberikan kepada pemerintah sehingga daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menurun selanjutnya inflasi dapat ditekan.
c.          Kebijakan Non Moneter
Kebijakan non moneter ditempuh dengan beberapa cara:
1)     Peningkatan Produksi
Adanya peningkatan produksi meskipun jumlah uang bertambah di masyarakat maka inflasi tidak akan terjadi, bahkan bisa dikatakan bahwa hal tersebut merupakan peningkatan kemampuan perekonomian.
2)     Kebijakan Upah
      Inflasi yang terjadi bisa dilakukan dengan cara menurunkan pendapatan yang siap untuk dibelanjakan (disposable income) masyarakat yang instrumennya dilakukan dengan peningkatan pajak penghasilan.
3)     Pengawasan Harga
     Adanya kecenderungan kenaikan harga yang disengaja oleh para produsen membuat pemerintah melakukan penetapan kebijakan harga maksimum. Namun tindakan pemerintah dapat menimbulkan fenomena pasar gelap (Black Market), yaitu jual beli barang tanpa mengindahkan aturan-aturan harga yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah melakukan pendistribusian langsung barangbarang kepada masyarakat.
4)     Pendistribusian Langsung
Adanya kecenderungan kenaikan harga pada beberapa jenis komoditas pokok mendorong pemerintah untuk melakukan pendistribusian secara langsung kepada konsumen. Misalkan kenaikan harga beras, minyak tanah karena adanya permainan harga pasar mendorong pemerintah untuk melakukan pendistribusian langsung kepada konsumen.
5)     Kebijakan di Bidang Perdagangan Internasional
Mengatasi inflasi melalui  perdagangan internasional dilakukan pemerintah dengan cara menurunkan bea masuk barang-barang impor, sehingga peredaran jumlah barang di dalam negeri menjadi lebih banyak dan harganya cenderung turun.
5.         Dampak Inflasi
Inflasi sebagai sebuah fenomena ekonomi akan membawa pengaruh yang cukup luas terhadap kegiatan perekonomian suatu negara, ada beberapa pihak yang sangat dirugikan bahkan cukup diuntungkan akibat dari terjadinya inflasi. Biasanya jika inflasinya hanya beberapa persen saja (inflasi lunak) justru akan membawa keuntungan, karena dapat mendorong pengusaha memperluas produksinya dan dengan demikian dapat menciptakan kesempatan kerja baru. Dalam sub pokok bahasan ini kita coba lakukan analisis dampak inflasi terhadap perekonomian dilihat dari aspek distribusi pendapatan, efisiensi produksi, out put, pengangguran dan perdagangan internasional.
a. Dampak Inflasi Terhadap Distribusi Pendapatan
(Equity Effect)
Tabel 6.10 Dampak inflasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pihak yang diuntungkan  Pihak yang dirugikan
1. Para spekulan dan petani   1. Masyarakat yang berpengha2. Pedagang /produsen   silan tetap
3.   Debitur/peminjam uang         2. Pembeli/konsumen
4.   Penyimpan kekayaan dalam   3. Kreditur/pemberi pinjaman bentuk emas atau barang lain   4. Penyimpan kekayaan dalam
5.   Investor berbentuk saham     bentuk tunai
5. Investor berupa obligasi
Dari tabel di atas dapat di jelaskan sebagai berikut:
Pihak yang dirugikan:
1)         Merugikan terhadap orang-orang yang memiliki penghasilan tetap, seperti pegawai negeri atau pensiunan pegawai negeri. Misalkan jika seorang pegawai memiliki penghasilan Rp 6.000.000,- per tahun sementara laju inflasinya per tahun 10% maka ia akan mengalami penurunan penghasilan riilnya sebesar 10% x Rp 6.000.000,- = Rp 600.000,- setahun. Artinya ia akan mengalami kerugian dari tahun sebelumnya sebesar Rp 600.000,-
2)         Merugikan orang yang menyimpan kekayaan dalam bentuk kas (uang tunai) atau mereka yang menabung uang di rumah dalam bentuk uang tunai. Jumlah uang tunai yang mereka kumpulkan sebelumnya, setelah terjadi inflasi nilai riil uang (kemampuan daya beli ) menjadi turun dalam memenuhi kebutuhan.
3)         Merugikan bagi para konsumen/pembeli, pendapatan yang mereka miliki tak mampu untuk memenuhi kebutuhan maksimal mereka seperti sebelum terjadi inflasi, karena uang yang mereka miliki nilainya merosot.
4)         Merugikan Kreditur, akibat adanya inflasi  maka kemampuan dari nilai uang yang dipinjamkan untuk kegiatan usaha menjadi menurun sehingga akan menghambat proses pengembalian pinjaman oleh debitur.
5)         Merugikan investor berupa obligasi, karena adanya inflasi nominal dari obligasi yang mereka  secara riil nilainya akan menjadi rendah. Pihak yang diuntungkan
1)         Para  spekulan, petani dan pedagang, merupakan pihak yang diuntungkan, karena adanya inflasi memungkinkan mereka untuk meningkatkan nilai produksinya dengan harapan ada kenaikan harga jual maka keuntungan mereka meningkat.
2)         Debitur atau peminjam uang, dengan adanya inflasi akan meningkatkan keuntungan sehingga akan mempermudah dan mempercepat debitur dalam mengembalikan utangnya.
3)         Penyimpan kekayaan dalam bentuk emas atau barang lain, adanya inflasi maka akan membuat nilai barang atau emas yang mereka simpan nilainya menjadi naik.
4)         Investor berupa saham, saham yang ditanamkan dalam perusahaan karena adanya inflasi menyebabkan nilai jual dari produknya naik maka keuntungan akan besar, dengan demikian deviden yang diterima investor menjadi naik.
b.          Dampak Inflasi Terhadap Efisiensi
Adanya inflasi akan berpengaruh pada proses produksi, terutama dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi tidak efisien. Inflasi berpengaruh terhadap perubahan daya beli masyarakat, perubahan daya beli ini akan berpengaruh pada struktur/komposisi permintaan masyarakat pada beberapa jenis barang.
Misalkan dari adanya inflasi ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan yang berakibat pada adanya perubahan struktur permintaan masyarakat yang tidak menentu. Adanya perubahan struktur permintaan masyarakat yang tak menentu ini bagi para produsen akan menimbulkan inefisiensi dalam proses produksi.
c.           Dampak Inflasi terhadap Output
Dampak inflasi terhadap output akan membawa pada dua kemungkinan, yaitu:
1)         Menyebabkan terjadinya kenaikan hasil produksi, dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului dari pada kenaikan upah/gaji, sehingga keuntungan produsen akan meningkat, keuntungan ini akan menambah volume produksi sehingga keuntungan juga akan terus meningkat lagi
2)         Bila kondisi inflasinya terlalu tinggi justru akan sebaliknya menurunkan kemampuan outputnya, hal ini disebabkan karena inflasi menjadikan nilai riil uang menurun. Turunnya nilai riil uang menjadikan masyarakat enggan memiliki uang tunai. Akibatnya pertukaran dalam masyarakat cenderung akan mengarah pada barter. Jika pertukaran dalam masyarakat menggunakan barter maka produsen cenderung tidak akan melakukan kegiatan produksi dan produksi secara umum mengalami penurunan.
d.           Dampak Inflasi terhadap Pengangguran
Adanya inflasi yang tinggi akan dibayar dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dengan kata lain inflasi akan menyebabkan rendahnya permintaan pasar, sehingga dunia usaha akan menjadi lesu yang berakibat pengurangan tenaga kerja, dan akan tercipta pengangguran.
f.            Dampak Inflasi terhadap Perdagangan Internasional
     Jika terjadi inflasi di dalam negeri maka harga-harga barang dalam negeri akan lebih tinggi dari barang-barang luar negeri, sehingga kemampuan bersaing produk dalam negeri di pasaran internasional rendah. Akibatnya arus impor barang-barang luar negeri meningkat dan arus ekspornya menurun. Pada akhirnya hal tersebut akan menghambat pada perolehan cadangan devisa negara sehingga neraca perdagangannya akan mengalami defisit, nilai kurs mata uang dalam negeri akan  terdepresiasi/ turun.
Rangkuman
1.    Product Domestic Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama 1 (satu) tahun
2.    Product Domestic Buto (PDB atau GDP) adalah jumlah dari seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu Negara selama satu tahun termasuk di dalamnya barang dan jasa  yang dihasilkan oleh orang asing dan perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri.
3.    Produksi Nasional Kotor atau Gross National Product (GNP) adalah jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama satu tahun termasuk di dalamnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar negeri tetapi tidak diperhitungkan barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat asing yang bekerja di dalam negeri
4.    Produksi nasional neto atau Net National Product (NNP) adalah produksi nasional kotor (GNP) dikurangi penyusutan barang-barang modal.
5.    Pendapatan nasional Bersih atau Net National Income (NNI) adalah produksi nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung.
6.    Pendapatan perseorangan (PI) adalah Pendapatan yang berhak diterima oleh seseorang sebagai bentuk balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi.
7.    Pendapatan Bebas (DI) adalah pendapatan dari seseorang yang siap digunakan baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk ditabung.
8.    Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata dari penduduk suatu negara yang diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.
9.    Rumus pendapatan perkapita yaitu :
a.  Dilihat dari komponen produk domestik bruto (PDB) Rumus :
           PDB  tahun  n
PDB perkapita  =
   Jumlah penduduk tahun  n
b.  Dilihat dari komponen produk nasional bruto Rumus :
           PNB  tahun  n
PNB perkapita  =
   Jumlah Penduduk
10 .Inflasi merupakan suatu peningkatan harga secara umum dalam perekonomian yang terjadi secara terus menerus.
11 .Jenis–jenis  Inflasi
a.    Inflasi dilihat dari Tingkat Keparahannya
1)     Inflasi Ringan  ( di bawah 10% per tahun )
2)     Inflasi sedang  ( antara 10%  -  30% per tahun )
3)     Inflasi berat     ( antara  30%  -  100% per tahun)
4)     Inflasi sangat berat atau hiperinflasi  ( di atas 100% per tahun )
b.    Inflasi di lihat dari Penyebabnya
1)     Demand Pull Inflation
Inflasi karena adanya peningkatan jumlah permintaan efektif baik dari masyarakat maupun pemerintah.
2)     Cost  Push  Inflation
Inflasi  yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya produksi.
c.    Inflasi dilihat dari Asalnya
1)     Inflasi yang berasal dari luar negeri ( Imported Inflation )
2)     Inflasi yang berasal  dari Dalam Negeri ( Domestic Inflation )
12 .Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menghitung dari kelompok barang yang paling banyak dibeli oleh masyarakat/konsumen.
Latihan

Artikel Terkait