GLOBALISASI : Goyahkan Loyalitas, Bakar
Tradisionalisasi
Rizki
Anggriyanti
~
Tanah Air
Oleh Ibu Sud
Tanah airku tidak
kulupakan
Kan terkenang selama
hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari
kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai…
Lagu ciptaan Ibu Sud yang menggambarkan rasa cinta
tanah air yang besar dan akan selalu terkenang di dalam hati walaupun raga
telah melanglang buana, tapi semua akan bermuara ke tanah air tercinta.
Tidak kan hilang
dari kalbu. Cita-cita yang selama ini diimpikan
oleh para pendiri bangsa agar penerus bangsa selalu menjunjung tinggi harkat
dan martabat negeri ini, merawat dan mengembangkan negeri yang telah mereka
perjuangkan, dan bangga akan budaya daerah adalah cita-cita yang tidak mudah.
Karena cita-cita para leluhur tersebut harus bersinggungan dengan globalisasi.
Globalisasi menurut Wikipedia encyclopedia adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan dalam masyarakat (changes) dan dalam perekonomian dunia
yang dihasilkan oleh meningkat pesatnya perdagangan dan pertukaran kebudayaan. Dewasa
ini, seluruh masyarakat di dunia sedang mengagung-agungkan globalisasi.
Termasuk masyarakat Indonesia, yang mulai terpengaruh dengan globalisasi di
dunia. Menjadi masyarakat tunggal dan mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang
sama. Jadi globalisasi adalah suatu tatanan mendunia Bukan tidak mungkin jika
hal ini terus berlanjut, jati diri bangsa Indonesia akan hancur dan bangsa
Indonesia tidak lagi memiliki identitas yang membedakan dengan bangsa-bangsa
lain di dunia.
Krisis jati diri ini sangat
bertentangan dengan lirik lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud. Lagu yang selama
ini sudah dipelajari sedari pendidikan kanak-kanak nyatanya tidak dapat
memperbaiki krisis yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia
sendiri banyak yang tidak sadar, bahwa mereka terpengaruh oleh iming-iming
‘masyarakat tunggal’ yang mereka serap dengan menerima tanpa menyeleksi
pengaruh bangsa lain. Akibat dari lunturnya jati diri bangsa ini telah kita
hadapi dalam beberpa tahun ini. Kebudayaan asli Indonesia warisan nenek moyang
yang tersebar diantara ribuan pulau dan diwariskan kepada kurang lebih dua
ratus juta orang telah di klaim oleh Negara Malaysia. Seperti yang dilansir olehhttp://edukasi.kompas.com/read/2012/06/19/1747119/Dalam.5.Tahun.Malaysia.7.Kali.Klaim.Budaya.Indonesia “JAKARTA,KOMPAS.com
– Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan Windu
Nuryanti mengatakan, sepanjang tahun 2007-2012 sedikitnya Malaysia sudah tujuh
kali mengklain budaya Indonesia sebagai warisan budaya negaraya.”
Tujuh kali kebudayaan Indonesia di
klaim, respon masyarakat kita hanya berkoar-koar, namun seperti tidak ada
tindakan lebih lanjut untuk mempertahankan kebudayaan milik tanah air. Bahkan
jumlah inipun terus bertambah seiring berjalannya waktu. “Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) mencatat
setidaknya ada 10 budaya Indonesia yang di klaim sebagai milik Malaysia. Ke-10
budaya tersebut yaitu batik, lagu rasa sayange, reog ponorogo, wayang kulit,
kuda lumping, rendang padang, keris, angklung, tari pendet, tari piring, dan
gamelan,”dilansir oleh http://m.tribunnews.com
pada 21 Februari 2015 lalu. Harus berapa banyak lagi kebudayaan bangsa
Indonesia yang di klaim Negara tetangga sampai masyarakat kita tahu betapa
pentingnya aset bangsa itu? Mengapa pemerintah Indonesia dan masyarakat
Indonesia seolah menutup telinga dan malah diam seribu bahasa menghadapi
persoalan ini? Kemana perginya janji-janji yang mengatakan akan selalu bermuara
kepada negeri ini walaupun sudah berlayar jauh di seluruh samudra?
Belum lagi mengingat tradisi bangsa
ini yang sudah mulai terhapus, sebagai contohnya permainan tradisional yang
dulunya sangat popular di kalangan anak-anak kini hilang ditelan kemajuan.
Berdasarkan http://m.beritasatu.com/keluarga/61691-hilangnya-permainan-tradisional-anak-dikhawatirkan-tumbuhkan-sikap-malas-dan-individual.html
bahwa “Permaian tradisional anak-anak
perlahan-lahan mulai tergantikan adanya permainan modern seperti Playstation
dan aplikasi game di ponsel pintar dan tablet.” Efek globalisasi tidak
hanya diterima oleh orang dewasa dan kalangan remaja, tetapi juga diterima oleh
anak-anak dengan memudarnya tradisi permainan warisan nenek moyang.
Teringat peribahasa “Semut di seberang lautan tampak, gajah di
pelupuk mata tak tampak,“ seharusnya masyarakat Indonesia merasa
tergelitik. Budaya yang dimiliki bangsa lain yang bermil-mil jauhnya dari indonesia
selalu mereka pergunakan dan mereka bangga-banggakan, tapi budaya yang ada
dalam negeri ini justru mereka tinggalkan. Globalisasi memberi kontribusi yang
besar dalam persebaran budaya setiap bangsa di dunia ini, demi terciptanya
‘masyarakat tunggal’ tadi. Terfokus pada kemajuan zaman yang terjadi, semakin
canggihnya teknologi baik dalam bidang komunikasi ataupun yang lainnya, dan kian
berkembangnya IPTEK sebagai tolak ukur masyarakat madani yang sesungguhnya di
dalamnya juga mengandung unsur kebudayaan yang di bawa oleh masing-masing
bangsa. Akibatnya masyarakat Indonesia pun mulai tergila-gila dengan kebudayaan
yang bukan berasal dari ibu pertiwi. Contohnya saja kebudayaan Korea yang
sedang merajai dunia pertelevisian saat ini. Remaja Indonesia lebih memilih
menonton drama Korea dari pada berlatih menari di sanggar-sanggar tari
tradisional. Jika dari generasi penerus bangsa saja sudah lesu akan budaya
tanah air, lalu siapa yang akan menjagaya?
Pemerintah juga seharusnya membuat sebuah kebijakan
atau perlindungan hukum terhadap kebudayaan Indonesia yang kian berkurang.
Dengan pemberian perlindungan hukum, bangsa lain setidaknya akan berpikir dua
kali untuk mengklaim budaya bangsa Indonesia, karena mereka akan menerima
sanksi tegas secara hukum jika perbuatan itu terbukti telah dilakukan.
Kemungkinan klaim budaya akan dapat diminimalisir dengan cara tersebut.
Dan untuk rakyat Indonesia sendiri,
Walaupun
banyak negeri kujalani
Yang
mahsyur permai dikata orang
Tetapi
kampung dan rumahku
Di
sanalah ku rasa senang
Tanahku
tak kulupakan
Engkau
kubanggakan.
Seperti kata Mantan Presiden Indonesia Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono bahwa bangsa yang cerdas dalam Era Globalisasi bukan bangsa
yang terus menerus mengeluh, menyerah, dan marah, tetapi bangsa yang mampu
mengalirkan sumber-sumber kesejahteraan yang tersedia di arena global itu.
Teknologi, modal, atau informasi, semua kita gunakan dengan baik guna
meningkatkan kesejahteraan dan kepentingan kita. Jangan mau jadi orang kalah,
mari kita jadi pemenang dalam Era Globalisasi ini.
Apapun dampak globalisasi yang masuk ke negeri ini,
harus pintar-pintar memilah demi kesejahteraan bersama bersama. Kemakmuran
bangsa Indonesia harus tetap terjaga, kebuyaan harus selalu digenggam. Janganlah
menjadi bangsa yang selalu mencibir diri sendiri dan membanggakan bangsa lain.
Walaupun banyak
negeri kujalani, yang mahsyur permai di kata orang.
Meskipun banyak negeri yang telah dijelajahi, dan menyajikan kesejahteraan baik
dalam bidang sosial maupun bidang ekonomi. Semaju apapun sebuah negeri, seindah
apapun kebudayaan yang mereka milik, semakmur apapun rakyat yang hidup di
dalamnya, meskipun bangsa tersebut telah diakui dunia sebagai bangsa dengan
peradaban maju dan dapat dikategorikan sebagai globalisasi yang sesungguhnya.
Dan dapat memiliki hal yang tanah air ini tidak miliki.
Tetapi kampung dan
rumahku, di sanalah ku rasa tenang. Rumah
yang terindah adalah rumah kita sendiri. Bangsa ini akan terlihat jauh lebih
indah jika yang menghuni dapat menikmati segala kebudayaan yang dimiliki.
Bangsa ini akan menjadi bangsa yang makmur, jika dirawat oleh penerus bangsa
yang tepat. Bangsa ini akan jauh lebih maju, jika rakyatnya sendiri yang
memajukan, bukan meninggalkan.
Karena globalisasi dapat menjadi peluang namun dapat
juga menjadi penghambat bagi setiap bangsa, tergantung bagaimana bangsa itu
dapat memanfaatkan situasi dan kondisi dari bangsa tersebut, serta memiliki
kemampuan untuk memilah pengaruh-pengaruh yang masuk ke negaranya. Sehubungan
dengan hal itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membekali masyrakat
Indonesia dengan lokal genius, yaitu kemampuan untuk menerima atau menolak
pengaruh budaya asing yang masuk. Pancasila sebagai kepribadian bangsa,
merupakan filter masuknya budaya asing. Sehingga sesuatu yang tidak sesuai
dengan pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia harus ditolak dan yang
sesuai dengan pancasila boleh diterima asalakan disesuaikan dengan kepribadian
bangsa.
Jangan sampai loyalitas terhadap negeri ini
berkurang karena globalisasi, jangan sampai adat istiadat dan bentuk-bentuk
tradisionalisasi bangsa ini musnah terbakar api globalisasi. Jadikan Indonesia
ini bangsa dengan pengaruh global yang memegang teguh jati diri. Dengan tidak
meninggalkan kearifan local.
Tanah airku Indonesia
Negeri elok amat
kucinta
Tanah tumpah darahku
yang mulya
Yang kupuja sepanjang
masa..
Kibarkanlah janji-janji itu. Lindungi negeri ini,
rawat dan cintai dengan sepenuh hati, sepanjang usiaTanah tumpah darahku yang mulya.Lihatlah terlebih dahulu gajah di
pelupuk mata, lalu kita lirik semut di seberang lautan jika masih diperlukan.
Sadari mutiara-mutiara indah yang tersimpan rapat di negeri kepulauan terbesar
ini. Lindungi dari ancaman arus Samudra Hindia dan Samudra pasifik. Pastikan
mutiara itu tidak pecah terhimpit oleh Benua Asia dan Benua Australia. Karena
mutiara dalam negeri harga jualnya tidak terkira.
tag
contoh essay bahasa indonesia
kumpulan essay
contoh essay bahasa indonesia
kumpulan essay
contoh essay bahasa indonesia