perekonomian termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi.
A.
|
1. Pengertian Konsumsi (Consumption) dan Tabungan (
Saving )
Jika kalian
menyempatkan diri untuk makan pagi dengan menghabiskan sepiring nasi sebelum
berangkat ke Sekolah berarti kalian telah melakukan kegiatan konsumsi. Demikian
juga ketika berangkat ke sekolah kalian memakai baju, sepatu serta tas, berarti
kalian sedang melakukan kegiatan konsumsi. Makan sepiring nasi berarti kalian
melakukan kegiatan mengkonsumsi barang yang habis dalam sekali pakai. Memakai baju, sepatu atau tas juga melakukan
kegiatan mengkonsumsi barang yang tidak habis dalam sekali pakai atau bisa
dipakai berualang-ulang.
Contoh-contoh
aktivitas konsumsi di atas maka kalian dapat menyimpulkan pengertian konsumsi
adalah sebuah aktivitas guna menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu
barang. Contoh kegiatan mengkonsumsi sepiring nasi (habis pakai), maka
pengertian konsumsi adalah sebuah aktivitas guna “menghabiskan” nilai guna
suatu barang. Contoh memakai baju, sepatu atau tas berarti kalian melakukan kegiatan mengkonsumsi barang yang
tidak habis dalam sekali pakai, maka pengertian konsumsi yang lebih tepat
adalah sebuah aktivitas guna “mengurangi” nilai guna suatu barang.
Kenyataan
sehari-hari di masyarakat, didapat suatu pola bahwa pada masyarakat yang
tingkat pendapatannya masih rendah maka tingkat konsumsinya-pun terbatas. Pada
masyarakat yang tingkat pendapatannya semakin tinggi maka konsumsinya-pun
meningkat. Oleh karena itu, jika
konsumsi dikaitkan dengan tingkat pendapatan, di dapat pola hubungan semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat konsumsi
seseorang. Dari hubungan ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan fungsi
dari pendapatan siap pakai (disposable
income) . Sedangkan pendapatan siap pakai adalah pendapatan setelah
dikurangi pajak penghasilan.
Pola konsumsi
masyarakat pada umumny tidak akan menghabiskan semua pendapatannya untuk
dikonsumsi. Biasanya akan ada sebagian pendapatan yang disisihkan untuk
ditabung. Oleh karena itu tabungan dapat diartikan sebagai sisa pendapatan
setelah dikurangi untuk konsumsi.
Tabungan juga diartikan sebagai
pengurangan konsumsi saat ini, demi untuk mengkonsumsi lebih banyak diwaktu
yang akan datang. Tabungan dapat memperbesar kapital/modal, yang pada akhirnya memperbesar pula kapasitas
produksi, sehingga akan semakin banyak barang dan jasa yang dihasilkan.
2. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Hubungan
antara tingkat konsumsi dan pendapatan diformulasikan dalam fungsi konsumsi,
sementara hubungan antara tingkat tabungan dengan tingkat pendapatan dirumuskan
dalam fungsi tabungan. Jadi fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat
konsumsi dengan tingkat pendapatan. Sedangkan fungsi tabungan menunjukkan
hubungan antara tabungan dengan tingkat pendapatan. Bila pendapatan meningkat,
konsumsi dan tabunganpun ikut meningkat dengan proporsi yang lebih kecil dari
kenaikan pendapatan. Pendapatan merupakan penjumlahan antara konsumsi dan
tabungan.
Tabel berikut ini untuk menunjukkan
gambaran atau ilustrasi hubungan tingkat pendapatan suatu masyarakat dengan
tingkat konsumsi dan tingkat tabungan yang ada di masyarakat tersebut.
Tabel 7.1.
|
Hubungan Pendapatan, Konsumsi dan
Tabungan
|
Dari tabel 7.1. di atas
terlihat bahwa ada hubungan antara konsumsi dan
|
Titik (Kondisi)
|
Pendapatan
|
(
|
Trilyun Rp
|
)
|
Konsumsi C
|
(
|
Trilyun Rp
|
)
|
Tabungan/ S
|
)
|
(
|
Trilyun Rp
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
0
|
150
|
300
|
450
|
600
|
750
|
900
|
180
|
285
|
390
|
495
|
600
|
705
|
810
|
-180
|
-135
|
-90
|
-45
|
0
|
45
|
90
|
tabungan dengan pendapatan.
Dari data juga tampak perubahan konsumsi dan perubahan tabungan lebih kecil
dari pada perubahan pendapatannya. Adapun bentuk umum dari fungsi konsumsi
sebagai berikut:
C = a
+ bY
|
Di mana:
a =Besarnya
konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol atau dikenal dengan sebutan
konsumsi otonom
b =
MPC yaitu angka yang menunjukkan
besarnya marginal propensity to consume
adalah angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya
perubahan pendapatan nasional.
C
= Tingkat Konsumsi Masyarakat
Y
= Pendapatan Masyarakat
Dalam bentuk persamaan, definisi b atau MPC tersebut dapat kita formulasikan:
Δ C C2
– C1
b = MPC = —————
= —————
Δ Y Y2
– Y1
Di mana: b = MPC =
Marginal Propensity to Consume
(Hasrat konsumsi marginal)
ΔC
|
=
|
menunjukan besarnya
perubahan konsumsi
|
ΔY
|
=
|
menunjukkan besarnya perubahan pendapatan nasional
|
C1
|
=
|
tingkat konsumsi awal atau
mula-mula
|
C2
|
=
|
tingkat konsumsi akhir
|
Y1
|
=
|
tingkat pendapatan
mula-mula
|
Y2
|
=
|
tingkat pendapatan akhir
|
Sementara saving atau tabungan yang dapat didefinisikan sebagai bagian
daripada pandapatan nasional yang tidak dikonsumsi atau sisa pendapatan
nasional setelah dikurangi tingkat konsumsinya,
jadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = Y
– C
Di mana:
S = Tingkat Tabungan
Y =
Tingkat Pendapatan C = Tingkat
Konsumsi
Jika dari 2 (dua) persamaan di atas kita
hubungkan dengan persamaan umum fungsi konsumsi, maka akan didapatkan persamaan
umum dari fungsi tabungan atau saving sebagai berikut:
S = Y
– C .......................... 1)
C =
a + b .Y .......................... 2)
Dari 2 (dua)
persamaan di atas, jika persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) diperoleh persamaan:
S = Y
– C
S = Y
- ( a + b
.Y )
S = Y
– a – b
.Y
S = ( 1
- b) .Y - a
S = - a
+ (1 - b) . Y ............. 3)
Karena MPC
+ MPS = 1 ; maka
MPS = 1 – MPC
atau MPS = 1 – b. Dari konsep MPS = 1 - b, maka persamaan
fungsi saving sebagaimana dalam persamaan nomor 3 di atas dapat ditulis:
S = - a
+ (1 -
b) . Y
|
S = -
a +
MPS . Y
Jadi fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan secara matematis dapat ditulis:
C =
a + b .Y
S = - a
+ ( 1 – b ) .Y
Di mana:
C
|
=
|
Pengeluaran untuk konsumsi
|
S
|
=
|
Besarnya tabungan
|
a
|
=
|
Besarnya konsumsi pada saat
pendapatan nol (Konsumsi Otonom)
|
b
|
=
|
Besarnya tambahan konsumsi yang disebabkan karena tambahan
pendapatan (MPC)
|
Y
|
=
|
Pendapatan yang siap
dibelanjakan (disposable income)
|
3. Perhitungan Fungsi Konsumsi dan Fungsi
Tabungan
Dari data pada tabel 7.1. di atas jika
kalian akan menghitung fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, maka pertama kali
kalian dapat mencari:
a.
Fungsi
Konsumsi
Dari data pada tabel 7.1, karena
fungsinya garis linier atau garis lurus, maka untuk mencari persamaan
konsumsinya kita bisa menggunakan 2
( dua) titik.
Misal: Titik
B yaitu Y = 150 ; C
= 285 dan S = -135 Titik D
yaitu Y = 450 ; C = 495 dan S = -45 Mencari
Fungsi Konsumsi: Rumus:
C = a
+ b . Y
|
Untuk mencari fungsi C, kita
perlu mencari b (MPC) terlebih dulu:
C2 - C1 495 - 285
210
b.
=
—————— = —————— =
——— = 0,70
Y2 - Y1 450
- 150 300
Setelah b ditemukan b = 0,70;
maka langkah selanjutnya mencari “a”, dengan cara menggunakan salah satu titik
atau kondisi (misal dalam hal ini kita memakai titik D dengan Y = 450 dan
C = 495), kemudian substitusikan ke
persamaan.
C = a + b
. Y. 495 = a +
0,70 . 450 a =
495 - 315
a = 180
Setelah a dan b diketahui, maka persamaan konsumsinya dapat
diketahui:
C =
180 + 0,70 .
Y
b. Fungsi Tabungan
Dari data pada tabel 7.1, karena fungsinya garis linier atau
garis lurus, maka untuk mencari persamaan tabungannya kita bisa juga
menggunakan 2 (dua) titik.
Misal:
Kondisi atau titik B yaitu Y =
150 ; C = 285 dan S = -135
Kondisi atau titik D yaitu Y =
450 ; C = 495 dan S = -45
1) Mencari
Fungsi Tabungan
Rumus : S = -a
+ (1 – b) .
Y
S
= -a +
MPS . Y = -a
+ D S / D Y . Y Untuk mencari
fungsi S, kita perlu mencari MPS terlebih dulu:
S2 -
S1 -45 -
(-135) 90
MPS = —————
= ——————— = ———— = 0,30
Y2 - Y1 450
- 150 300
Setelah MPS ditemukan sebesar = 0,30; maka langkah
selanjutnya mencari “a”, dengan cara menggunakan salah satu titik atau kondisi
(misal dalam hal ini kita memakai titik D dengan Y = 450 dan S = 45) , kemudian substitusikan ke persamaan.
S =
-a + MPS. Y. -45 = -a
+ 0,30 . 450
a = 45
+ 135 a = 180
Setelah “a” dan “MPS” diketahui, maka persamaan
tabungannya dapat diketahui:
S = -180
+ 0,30 . Y
|
2) Mencari Fungsi Tabungan, jika fungsi C sudah diketahui
Untuk mencari fungsi S, jika
fungsi C sudah diketahui atau ditemukan terlebih dulu
C = a +
b . Y ; di
mana a = 180 dan b = 0,70 , maka fungsi
C dapat ditulis: C = 180 + 0,70 .
Y
Untuk merubah dari fungsi C
menjadi fungsi S;
S = -a
+ MPS . Y ; atau
S = -a
+ (1 –
b) Y S = -180
+ (1 -
0,70) . Y Maka fungsi S dapat
dicari, yaitu: S = -180
+ 0,30 . Y
4.
Mengambar Grafik Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Berdasarkan data pada tabel 7.1. di
atas, jika digambarkan dalam sebuah grafik fungsi Pendapatan, fungsi Konsumsi dan fungsi
Tabungan akan tampak sebagai mana gambar berikut:
Grafik 7.1
|
.
|
Gambar Grafik Fungsi Konsumsi
dan Fungsi Tabungan
|
C
|
600
|
180
|
a
|
-
|
a
|
-180
|
0
|
Disaving
|
600
|
E
|
Saving
|
Y = C
|
C = a + b . Y
|
C = 180 + 0,70 . Y
|
S = -a + (1 - b) . Y
|
S = -180 + 0,30 . Y
|
Y
|
(
|
Income
|
)
|
Keterangan :
1.
Garis OE ( Y = C) adalah garis yang melalui
titik origin (titik 0) atau sudut 45
derajad sebagai garis yang menunjukkan berbagai tingkat pendapatan
= besarnya konsumsi
2.
Titik E disebut titik Break Event Point atau
kondisi ketika semua pendapatannya habis dikonsumsi, dengan kata lain tabungan
atau S = 0
3.
C adalah garis fungsi konsumsi = besarnya
konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan
4.
S = garis fungsi tabungan, yaitu besarnya saving pada setiap tingkat pendapatan
5.
Marginal
Propensity to Save (MPS) dan Average Propensity to Save (APS)
Pada fungsi konsumsi kita mengenal Marginal Propensity to Consume dan Average Propensity to Consume. Pada
fungsi saving-pun kita juga mengenal Marginal Propensity to Save dan Average Propensity to Save. Yang dimaksud
dengan Marginal Propensity to Save adalah perbandingan antara bertambahnya
saving dengan bertambahnya pendapatan
nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving. Oleh karena itu perumusannya MPS ialah:
Δ S S2
- S1
MPS =
——————— = ———————
Δ Y Y2 - Y1
Jika fungsi saving berbentuk garis lurus besarnya
nilai MPS, mengandung makna bahwa besarnya marginal
propensity to save pada semua
tingkat pendapatan nasional adalah sama.
Sedangkan yang dimaksud dengan Average Propensity to Save adalah
perbandingan besarnya saving pada
suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan nasional
bersangkutan. Jadi formula atau rumusannya
adalah:
n
|
n
|
n
|
S
|
APS
|
=
|
y
|
Jika kita perhatikan bahwa untuk fungsi
konsumsi berbentuk garis lurus maka fungsi savingnya-pun
akan berbentuk garis lurus. Untuk fungsi saving
garis lurus ini, besarnya Average
Propensity to Save berbeda-beda tergantung kepada tinggi rendahnya
pendapatan nasional, semakin tingkat pendapatan maka semakin besar pula angka average propensity to save- nya. Contoh
pada kondisi tingkat-tingkat pendapatan di bawah tingkat nasional “break-even”, angka average propensity to save- nya mempunyai tanda negatif, sebaliknya,
pada tingkat-tingkat pendapatan nasional di atas tingkat pendapatan nasional breakeven, average propensity to save akan selalu positif. Sedangkan pada
tingkat pendapatan break-even, angka average propensity to save- nya akan
sama dengan nol, oleh karena, seperti di atas kita terangkan, yang dimaksud
dengan tingkat pendapatan break-even
ialah tingkat pendapatan nasional di mana seluruh pendapatan digunakan untuk
konsumsi, berarti pada tingkat pendapatan breakeven
maka besarnya saving sama dengan nol.
6
. Hubungan antara MPC dengan MPS, dan
APC dengan APS
Hubungan
antara Marginal Propensity to Consume
dengan Marginal Propensity to Save dapat
kita nyatakan sebagai berikut: MPC + MPS = 1 Atau bisa dinyatakan
dengan cara lain: MPC = 1 – MPS Atau MPS
= 1 –
MPC
Pembuktian dari perumusan
tersebut adalah sebagai berikut:
Y =
C + S
; maka D Y = D C + D S
Kalau ruas kanan dan ruas kiri
masing-masing kita bagi dengan DY,
maka-
hasilnya:
ΔY ΔC + ΔS ΔY = ΔY
ΔC + ΔS
1 =
ΔY ΔY
1
= MPC + MPS
Hubungan antara Average Propensity to Consume dengan Average Propensity to Save adalah mirip
dengan hubungan antara Marginal
Propensity to Consume dengan Marginal
Propensity to Save yaitu :
APCn + APSn =
1 Atau APCn
= 1 – APSn atau
APSn = 1 – APCn 1 = APCn + APSn
Berikut ini
contoh perhitungan yang menunjukkan hubungan antara pendapatan, konsumsi, saving, average propensity to consume, average
propensity to save, marginal propensity to consume dan marginal
propensity to save dengan menggunakan data dari Tabel 7.1. Nilai
perhitungan tertera dalam tabel 7.2
Tabel 7.2.
|
Perhitungan APC, APS, MPC dan MPS
|
Kasus-kasus Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
|
7.
|
Pendapatan Y
|
(
|
Trilyun Rp
|
)
|
Konsumsi C
|
(
|
Trilyun Rp
|
)
|
Tabungan/ S
|
)
|
Trilyun Rp
|
(
|
APC
|
0
|
150
|
300
|
450
|
600
|
750
|
900
|
180
|
285
|
390
|
495
|
600
|
705
|
810
|
APS
|
MPC
|
MPS
|
-
|
90
|
1
|
,
|
30
|
1
|
,
|
10
|
1
|
,
|
1
|
0
|
,
|
94
|
0
|
,
|
90
|
-
|
-0
|
,
|
90
|
-0
|
30
|
,
|
10
|
,
|
-0
|
0
|
0
|
,
|
06
|
0
|
,
|
10
|
-
|
70
|
0
|
,
|
0
|
,
|
70
|
0
|
70
|
,
|
,
|
0
|
70
|
0
|
,
|
70
|
0
|
,
|
70
|
,
|
30
|
0
|
,
|
0
|
30
|
0
|
,
|
30
|
0
|
,
|
30
|
0
|
,
|
30
|
0
|
,
|
30
|
-180
|
-135
|
-90
|
-45
|
0
|
45
|
90
|
Sebagai mana dikemukakan di depan, rumus
umum daripada fungsi konsumsi adalah C = a + b . Y atau C = a + MPC . Y, maka perumusan kembali daripada fungsi
konsumsi ini ialah :
C = (APC n – MPC)
Yn + MPC.
Berdasarkan
perumusan di atas, berikut ini merupakan contoh kasus menemukan fungsi
konsumsi. Jika diketahui data tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi suatu
masyarakat sebagai berikut:
a.
Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya
sebesar Rp 750,- miliar, besarnya konsumsi sebesar Rp 705,- miliar per tahun.
b.
Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp
900,- milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya Rp 810,- milyar.
Dari kasus di atas,
pertanyaannya adalah: a. Carilah fungsi konsumsinya!
b. Carilah berapa besarnya tingkat
pendapatan nasional pada kondisi Breakevent
point?
Jawab:
a.
Mencari besarnya APC pada tingkat konsumsi 810;
APC810 = C810/Y900 = 810/900 = 0,90 Mencari nilai atau besarnya MPC:
MPC : DC / DY = (C810 – C705) : (Y900 –
Y 750)
= (810 –
705) : (900 – 750) = 105 :
150 = 0,70.
Dengan menggunakan rumus:
C = ( APCn – MPC) . Yn + MPC . Y
= (0 ,90 – 0,70) .900 + 0,70 .
Y
= 0 ,20 x 900 + 0,70 . Y
C = 180 + 0,70 . Y
b.
Tingkat pendapatan break-event (break-event
level of income) , yaitu tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan
sama dengan besarnya pengeluaran untuk konsumsi. Jadi : Y =
C ⇒ Y – C=
0 Y – (180 + 0,70 Y) = 0 Y
– 0,70 Y – 180 = 0 0,30 . Y – 180 = 0
0,30 Y = 180
Y = 600
Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan
fungsi konsumsinya adalah C = 180 +
0,70 .Y dan tingkat pendapatan break-event sebesar Rp.600 milyar rupiah
per tahun.
Menentukan fungsi tabungan/saving
Jika diketahui: Fungsi konsumsi suatu
masyarakat mempunyai persamaan:
C = 180 + 0,70 Y. Berdasarkan data di atas,
carilah fungsi saving masyarakat
tersebut!
Jawab:
Dengan menggunakan perumusan
S
= - a + (1
– b) . Y
S
= - 180 + (1 – 0,70) . Y
S = -
180 +
0,30 . Y
|
Contoh :
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Konsumsi dan Tabungan
Ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi besarnya konsumsi dan tabungan suatu masyarakat. Secara umum
faktor-faktor yang dapat mepengaruhi fungsi konsumsi dan fungsi tabungan suatu
masyarakat antara lain:
a.
Distribusi
Pendapatan Nasional
Jika distribusi pendapatan masyarakat semakin merata, maka
akan semakin tinggi pengeluaran konsumsi masyarakat tersebut.
b.
Kekayaan
Masyarakat dalam Bentuk Alat Likuid
Semakin banyak
alat likuid yang ada dalam masyarakat, dengan tingkat pendapatan yang sama ada
kecenderungan jumlah pengeluaran konsumsi akan lebih besar dari pada keadaan di
mana alat likuid dalam masyarakat sedikit.
c.
Pendapatan
akan diterima di masa yang akan datang (Expected
Income)
Expected
income akan berpengaruh pada besarnya pengeluaran konsumsi masa sekarang.
Semakin besar expected income,
semakin besar pula pengeluaran konsumsinya. Demikian juga sebaliknya, semakin
rendah expected income maka akan
semakin kecil pengeluaran konsumsinya.
d.
Jumlah
Penduduk
Jumlah penduduk, akan berpengaruh pada
pengeluaran konsumsi suatu masyarakat. Suatu perekonomian yang penduduknya
relatif banyak, pengeluarannya untuk konsumsi pun akan lebih besar daripada
perekonomian yang jumlah penduduknya sedikit, meskipun pendapatan nasional
kedua masyarakat tersebut sama besarnya.
e.
Pendapatan
tertinggi yang pernah dicapai pada masa lampau
Pengeluaran konsumsi masyarakat
dipengaruhi juga oleh tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya.
f.
Harapan/expectasimasyarakat akan adanya
perubahan harga
Jika diperkirakan harga akan naik, maka
masyarakat ada tendensi untuk menggunakan uangnya untuk membeli barang dan
jasa, sekalipun pendapatan masyarakat tidak berubah. Maka dengan demikian
fungsi konsumsi akan bergeser keatas. g.
Struktur Pajak
Pajak yang bersifat progresif dapat
menyebabkan kenaikan fungsi konsumsi. Dan adanya perubahan struktur pajak akan
mempengaruhi fungsi konsumsi masyarakat.
h.
Sikap
masyarakat terhadap kehematan (Attitude
toward Thrift)
Fungsi konsumsi masyarakat yang
sebenarnya, banyak dipengaruhi oleh kebiasaan dan tingkah laku masyarakat itu
sendiri terhadap sifat hemat. Makin hemat suatu masyarakat, makin rendahlah MPC
nya.Tingkah laku seseorang terhadap kehematan dipengaruhi oleh time-preference- nya, yaitu pemilihan
waktu tentang konsumsi masyarakat yang lebih penting, antara konsumsi waktu
sekarang dengan konsumsi waktu kemudian.
i.
Selera
Perbedaan selera masyarakat dalam
berkonsumsi akan berpengaruh terhadap fungsi konsumsinya. Bila masyarakat
memiliki selera yang menurun dalam
konsumsi, maka fungsi konsumsi jangka pendek bergeser ke bawah.
j.
Faktor
Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi misalnya; umur,
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, keadaan keluarga, ini akan berpengaruh
pada pengeluaran konsumsinya, yang kemudian akan menyebabkan pergeseran fungsi
konsumsi.
k.
Keuntungan/kerugian
kapital (Windfall Gain)
Keuntungan kapital, yaitu dengan naiknya
keuntungan bersih dari kapital akan mendorong bertambahnya konsumsi, sebaliknya
adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi . l. Tingkat Bunga (Rate of
Interest)
Tingkat bunga akan berpengaruh terhadap
besarnya tingkat konsumsi. Semakin tinggi tingkat akan cenderung mengurangi
besarnya tingkat konsumsi masyarakat tersebut. Sedangkan semakin rendah tingkat
bunga akan cenderung menaikkan tingkat konsumsi masyarakat tersebut.
Tugas:
Kerjakan secara individu!
1.
Ketika pendapatan masyarakat sebesar Rp 500
milyar, tingkat konsumsinya sebesar Rp 400 milyard. Saat pendapatan masyarakat
tersebut naik menjadi Rp 600 milyar, tingkat konsumsinya naik menjadi Rp 480
milyar. Carilah fungsi konsumsinya, fungsi tabungan dan break event pointnya?
2.
Kalian pasti mengetahui pentingnya tabungan bagi
pembangunan nasional bukan? Coba tuliskan apa saja peran tabungan bagi
pembangunan nasional?
3.
Identifikasikan minimum 5 faktor yang dapat
mempengaruhi fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
Hasilnya dikumpulkan kepada guru kalian!
B. Investasi
1.
Pengertian
Investasi
Pengertian investasi diartikan sebagai
pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan modal
atau persediaan kapital (capital stock)
. Perlu kita sadari bahwa pengertian investasi dalam ekonomi berbeda dengan
istilah investasi yang dipergunakan sehari-hari. Contoh pembelian barang maupun
jasa seperti gedung, mesin, peralatan dan pendidikan dapat digolongkan sebagai
investasi, tetapi pembelian surat berharga seperti obligasi, dan saham bukan
merupakan investasi dalam pengertian ekonomi, alasannya karena pembelian obligasi dan saham hanya
merupakan pertukaran kertas berharga dan tidak ada kapasitas produksi baru yang
diciptakan. Dalam pertukaran kertas berharga tersebut tidak ada investasi real
dalam perekonomian. Tetapi jika seseorang memiliki saham kemudian dijual dan
uangnya dipergunakan untuk membeli mesin-mesin, gedung dan peralatan lain, maka pengeluaran ini
dapat diartikan sebagai investasi dalam arti ekonomi.
2.
Penggolongan
Investasi
Secara garis
besar investasi dapat digolongkan menjadi 5 (lima) macam yaitu:
a.
Investasi tetap, investasi perusahaan yang
terdiri dari: pengeluaran perusahaan untuk mesin-mesin, perlengkapan, bangunan
yang semuanya bersifat tahan lama.
b.
Investasi untuk perumahan khususnya rumah tempat
tinggal.
c.
Investasi yang berupa penambahan persediaan atau inventory.
d.
Investasi Bruto atau Investasi Kotor yaitu semua
tambahan barang-barang modal (stock
capital) selama periode tertentu, baik tambahan yang benarbenar baru
ataupun tambahan barang-barang modal yang sifatnya untuk penggantian
barang-barang modal yang sudah ada (replecement).
e.
Investasi Netto atau Investasi Bersih yaitu
semua tambahan barang-barang modal (stock
capital) selama periode tertentu
yang benar-benar baru. Dalam investasi bersih ini tidak diperhitungkan tambahan barang-barang
modal yang sifatnya untuk penggantian barang-barang modal yang sudah ada (replecement) . Investasi Netto bisa
dicari dari Investasi Bruto dikurangi dengan penggantian (replacement) atau untuk
penyusutan (depresiasi ).
Sebuah perusahaan otobus di
tahun 2005 memiliki 50 unit bus. Selama tahun 2005 itu ada 5 unit bus yang
sudah tidak bisa dipakai mengingat umur ekonomis yang sudah habis atau sudah
tidak menguntungkan lagi kalau dioperasionalkan, sehingga pengusaha
memutuskan menghentikan operasional 5 unit bus yang sudah tidak layak lagi.
Pengusaha bus tersebut selama tahun 2005 melakukan pembelian 10 unit bus
masing-masing seharga Rp 900 juta
sehingga total dana yang dikeluarkan sebesar Rp 9 milyar. Dengan
tambahan 10 bus baru tetapi ada 5 buah bus yang tidak dioperasionalkan lagi
maka jumlah bus yang dapat dioperasional oleh pengusaha bus tersebut setelah
melakukan pembelian 10 unit hanya berjumlah
55 unit. Dari kasus di atas, maka dapat disimpulkan besarnya investasi bruto perusahaan tersebut
sebesar Rp9 milyar, tetapi investasi netto-nya hanya 5 unit bus yang
dianggap benar-benar baru dan bukan sebagai penggantian dari armada bus yang
sudah ada. Jadi nilai investasi
netto-nya berjumlah Rp900 juta x 5 unit bus atau sebesar Rp4,5 milyar.
|
Contoh :
3. Konsep Nilai Waktu dari Uang (Present Value of Money).
Dalam konsep nilai waktu dari uang kita mengenal 2 (dua)
macam, yaitu:
a. Konsep
Nilai Sekarang (Present Value)
Konsep nilai
sekarang digunakan untuk menilai arus kas masuk yang akan diterima di masa yang
datang, jika dinilai sekarang. Pengertian lain mengetahui bagaimana menghitung
nilai sekarang untuk returnyang akan
diterima di waktu yang akan datang.
Rumus Umum:
PV = FV ( 1 + r ) –n atau
PV = FV/ (1 - r) n
Di mana: PV= Nilai
Sekarang (Present Value) FV= Nilai yang akan datang (Future Value) r = tingkat bunga yang berlaku n =
jangka waktu dalam tahun Contoh :
1. Anik
akan diberi uang oleh orangtuanya sebesar Rp10.000.000,00, tetapi uang tersebut
baru akan diterimakan 2 tahun mendatang. Jika bunga yang berlaku sebesar 10 %
per tahun, berapa uang Ani jika dinilai sekarang?
PV =
Rp10.000.000,00 / (1 +
0,10) 2
= Rp10.000.000,00 / 1,
21
= Rp8.264.462, 80
2. Sebuah
proyek di akhir tahun pertama mendapatkan hasil Rp 30 juta, dan diakhir tahun
ke dua mendapatkan hasil Rp 40 juta. Berapa nilai sekarang (present value) dari
hasil proyek di atas jika bunga pasar (r) sebesar 10%.
tahun
0 1 2
PV = ? Rp 30 juta Rp 40 juta
PV = Rp 30 juta/ (1 +
0,10)-1 + Rp
40 juta/ (1 + 0,10)-2
PV = Rp 27,273
juta +
Rp 33,058 juta
= Rp 60,331 juta
Dari perhitungan di atas maka nilai sekarang dari
sejumlah uang yang akan diterima di masa yang akan datang tentunya akan menjadi
lebih kecil, karena adanya unsur pengurang atau discount factor.
b. Konsep
Nilai Mendatang (Future Value)
Konsep nilai
mendatang atau yang akan datang digunakan untuk menilai dana yang dimiliki saat
ini bila dihitung di masa yang datang. Pengertian lain untuk menghitung
nilai yang akan datang dari sejumlah
uang yang dimiliki saat ini.
Rumus Umum :
FV = PV (
1 + r ) n
Di mana: PV
= Nilai Sekarang (Present Value) FV = Nilai
yang akan dating (Future Value) r =
tingkat bunga yang berlaku n = jangka waktu dalam tahun
Bagus
saat ini mempunyai uang sebesar Rp10.000.000,00. Jika bunga yang berlaku
sebesar 10% per tahun, berapa uang Bagus 2 tahun mendatang?
FV = Rp10.000.000,00 .
(1 + 0,10) 2
=
Rp10.000.000,00 . 1, 21
=
Rp12.100.000, 00
Dari perhitungan di atas maka
nilai yang akan datang dari sejumlah uang yang dimiliki saat ini tentunya
akan menjadi lebih besar, karena adanya unsur pengali atau coumponding factor.
|
Contoh :
4.
Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of Investment
(MEI)
Dalam
investasi, sebagaimana kita ketahui hubungan antara tingkat bunga dan investasi
bersifat negatif, hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi tingkat bunga
semakin rendah tingkat investasi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga maka
akan semakin tinggi tingkat investasinya. Mengapa demikian? Hal ini bisa
dijelaskan bahwa seorang investor dalam berinvestasi tentunya akan
mempertimbangkan hasil yang akan diperolehnya (return) dan resiko (risk) yang dihadapinya. Jika dikaitkan
dengan tingkat bunga (rate of interest) yang berlaku misal tingkat bunga pasar (bisa
diwakili dengan tingkat bunga deposito), investor akan melihat bunga deposito
sebagai salah satu alternatif menanamkan uangnya dengan hasil tertentu dan
resikonya nol.
Dari uraian
di atas wajarlah jika seorang investor akan melihat bunga pasar ( bunga
bank/bunga deposito) sebagai acuan atau pertimbangan ia mau berinvestasi atau
tidak. Perilaku investor akan melihat tingkat bunga yang berlaku sebagai bahan
pertimbangan, jika bunga bank tinggi maka ia akan lebih tertarik menanamkan
dananya di bank daripada berinvestasi langsung, oleh karena itu ketika bunga
bank tinggi investasi cenderung rendah. Sebaliknya jika bunga bank rendah
investor akan lebih tertarik berinvestasi langsung daripada menanamkan dananya
di bank, di sisi lain pengusaha/investor juga akan berani pinjam bank dan
menanamkan dananya untuk investasi. Jadi wajar jika bunga bank rendah investasi
cenderung meningkat. Hubungan tersebut jika digambarkan dalam bentuk kurva maka
kurvanya disebut kurva Marginal
Efficiency of Capital (MEC) dan
kurva Marginal Efficiency of Investment ( MEI). Kurva MEC merupakan
kurva yang menunjukkan hubungan negatif antara Investasi (I) dan tingkat bunga
(rate of interest = ri), di mana
diasumsikan pertimbangan investor hanya perbandingan antara besarnya hasil (Return = R) dan tingkat bunga (ri),
faktor-faktor lain yang mempengaruhi investasi diabaikan. Keputusan investor,
jika R > ri, atau return lebih
besar dari tingkat bunga maka investasi
akan dilakukan, tetapi sebaliknya jika R < ri atau return
lebih kecil dari tingkat bunga investasi tidak dilakukan.
Konsep Marginal Efficiency of Capital (MEC) sebenarnya sama dengan
pengertian Internal Rate of Return
(IRR). IRR sendiri dapat diartikan sebagai suatu tingkat bunga yang menyebabkan
nilai sekarang dari arus kas masuk bersih proyek (Proceed atau dikenal Present
Value Cash Inflow) akan sama dengan
nilai sekarang dari arus kas keluar (Outlay
atau Present Value Cash Outflow) .
Keputusan yang diambil investor adalah dengan membandingkan IRR dengan bunga
yang berlaku (bunga pasar atau bisa tingkat bunga yang disyaratkan pemodal).
Jika IRR > bunga yang disyaratkan, maka proyek layak. Sebaliknya jika IRR
< bunga yang disyaratkan maka proyek tidak layak. Penilaian usulan proyek
juga bisa digunakan kriteria Nett Present
Value ( NPV = Nilai bersih Sekarang). Proyek layak jika NPV positif dan
proyek tidak layak jika NPV negatif. NPV dapat dicari dari Nilai Sekarang Arus
Kas Masuk (Present Value Cash Inflow
= PV CIF) – Nilai Sekarang Arus Kas Keluar (Present
Value Cash Outflow = PV COF). Atau dapat diformulasikan sebagai berikut:
NPV = PV
CIF -
PV COF
Dari konsep MEC untuk suatu usulan
proyek, sebenarnya nilai MEC akan tergantung dari Nilai/Biaya Aktiva sekarang
(CA)
, Jumlah Dana yang dihasilkan Selama Umur Proyek (MA) dan Distribusi dari pendapatan atau dana yang
dihasilkan (DA)
. Jadi nilai atau besarnya MEC dapat diformulasikan :
MEC = f (C
|
A,
|
M
|
A,
|
D
|
A
|
)
|
Perhitungan bisa dilakukan dengan
mencari “r” atau tingkat bunga yang menyebabkan, perhitungan “r” bisa dilakukan
dengan mencoba-coba “r” atau trial and error atau bisa dengan software excel.
PV COF = PV CIF
Contoh :
Contoh Perhitungan MEC atau IRR
Sebuah usulan investasi berupa pembelian mesin
membutuhkan seharga Rp 100 juta. Umur mesin 3 tahun dan nilai sisa (residu
mesin) di akhir tahun ke 3 senilai Rp 30 juta. Pendapatan bersih mesin di akhir
tahun 1 = sebesar Rp 40 juta, akhir tahun ke 2 Rp40juta dan di akhir tahun ke 3
sebesar Rp 25 juta.
Tahun
0 1 2 3
-100 juta +40 juta +40 juta +25 juta
Residu +30 juta
Jika tingkat bunga yang disyaratkan pemodal sebesar 12% layakah proyek usulan
pembelian mesin di atas?
Jawab:
MEC = IRR
= ? Mencari “r” à PV COF = PV
CIF
PVCOF = 100
juta
PV CIF= [ 40
juta/(1 + r)-1 ] + [
40juta/(1 + r)-2 ] + [ 55 juta/(1 + r)-3
]
100 juta =
[ 40 juta/(1 + r)-1 ] +
[ 40juta/(1 + r)-2 ] + [ 55 juta/(1 + r)-3
]
Dengan
mencoba-coba (trial and error)
berbagai “r” atau bisa menggunakan software excel pada menu fungsi (fx)
financial IRR, ditemukan r = 15,68%. Karena IRR atau MEC yang diperoleh >
tingkat bunga yang disyaratkan pemodal, maka usalan pembelian mesin di atas
layak dilaksanakan.
Kenyataan di
masyarakat atau di lapangan ternyata proses investasi tidak sesederhana yang
ada dalam teori. Walaupun R > ri, ada saja investor yang tidak berhasil
menjalankan proyek itu, karena dalam memperebutkan proyek itu investor harus
bersaing. Persaingan memperebutkan proyek itu diperlukan biaya, keahlian
bersaing, kiat negosiasi dan lain-lain. Oleh karena itu, besar kecilnya porsi
dari nilai proyek yang dapat diperoleh tergantung pada kemampuan dan kekuatan
investor tersebut dalam proses memperebutkan proyek. Dalam kasus riil, hubungan
antara tingkat bunga (ri) dan besarnya Investasi (I) di sini tidak hanya
berdasarkan pada pertimbangan antara besarnya R dan ri saja, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan tawar untuk memperoleh
proyek tersebut. Nah, hubungan antara ri dan I yang memasukkan unsur kekuatan
tawar tersebut jika digambarkan dalam kurva akan membentuk kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI). Jika digambarkan dalam
kurva, kurva MEI di sebelah kiri kurva MEC.
Pengertian
MEI ini sebenarnya berkaitan dengan permintaan barang-barang kapital bagi suatu
perusahaan, dengan anggapan bahwa penerimaan (aliran kas) dari proyek investasi
tersedia dan diketahui secara pasti oleh perusahaan. Pada permintaan
barang-barang kapital menggambarkan antara jumlah investasi dan besarnya
keuntungan dari investasi tersebut. Kurve MEC dan MEI dapat dilihat
pada gambar berikut:
|
MEI
|
MEC
|
ri
|
0
|
I
|
Grafik 7.2. Kurva MEC dan MEI
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengeluaran Investasi.
Pengeluaran untuk investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
a.
Tingkat suku bunga ( r = ri), jadi dapat
dirumuskan I = f(r = ri). Hal ini dapat
diartikan bahwa tinggi rendahnya tingkat investasi merupakan fungsi dari
tingkat suku bunga.
b.
Tingkat Pendapatan, investasi tergantung juga
dari tingkat pendapatan, sehingga dapat dirumuskan I = f (Y)
Jadi, secara keseluruhan
investasi ditentukan oleh suku bunga (r = ri) dan pendapatan (Y), sehingga
dapat ditulis I = f (r = ri,Y)
ri
|
O
|
Io
|
I1
|
I = f(ri, Yo)
|
I = f(ri, Y1)
|
Grafik 7.3. Kurva
I = f(r = ri, Y)
Kasus ini dapat dijelaskan lebih lanjut,
bahwa melalui kurva MEC kita dapat mengetahui besarnya investasi, dengan
catatan bunga pasar diketahui. Dengan demikian, bila suku bunga dan MEC
diketahui, kita otomatis bisa mengetahui berapa besarnya investasi yang
dilaksanakan. Secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 7.4 Kurva MEC dan Investasi
MEC (r)
|
MEC
|
0
|
MEC
|
1
|
I(r)
|
0
|
I
|
0
|
I
|
1
|
I
|
MEC
|
0
|
I
|
0
|
I
|
1
|
I
|
r
|
1
|
r
|
0
|
r
|
(
|
ri
|
)
|
Dari gambar 7.4 di atas,
diketahui dengan MEC0
dan r0;
investasi yang dilakukan sebesar I0
dan MEC1
dan r = r1,
investasi sebesar I1.
Dengan demikian kita akan memperoleh hubungan antara I dan r atau I = I (r).
c.
Social
Over Head Capital (SOC), semakin banyak SOC semakin tinggi pulalah MEI.
d.
Populasi Penduduk, semakin besar
bertambahnya penduduk akan semakin bertambah permintaan
barang-barang/jasa-jasa, sehingga akan menaikkan harga. Naiknya harga akan
menaikkan annual rate of income,
sehingga
MEI pun akan naik
e.
Penemuan dan inovasi teknologi (Technological Invention dan Inovation)
yang mengakibatkan berkurangnya biaya-biaya produksi (cost reducing) akan mengakibatkan naiknya MEI.
f.
Akumulasi modal (Capital Accumulation) . Makin banyak akumulasi kapitaal akan
semakin rendahlah tingkat MEI.
g.
Kepercayaan terhadap situasi perdagangan
dimasa depan (state of business confience)
. Sikap optimis terhadap kemungkinan hari depan akan menaikkan MEI.
h.
Struktur pajak. Struktur pajak yang
memberatkan produsen akan berakibat menakutkan dan merendahkan MEI.
Tugas:
Kerjakan secara Individu!
1. Jika
kalian saat ini mempunyai uang sebesar Rp10 juta, bunga bank sebesar 12% bunga
majemuk. Berapakah uang kalian 2 tahun kemudian?
2. Jika
kalian akan menerima uang sebesar Rp20 juta, tetapi uang itu baru akan diterima
3 tahun lagi, bunga bank sebesar 10%.
Berapakah uang kalian saat ini?
3. Sebuah
mesin memerlukan dana sebesar Rp80juta, bisa dipakai selama 3 tahun residu nol.
Hasil bersih tiap tahun selama 3 tahun berturut-turut sebesar Rp40 juta, Rp30 juta
dan Rp 30 juta. Jika tingkat bunga yang berlaku 12%, layakah usulan pembelian
mesin tersebut?
Hasilnya dikumpulkan kepada guru kalian!
C. Kaitan Pendapatan
Nasional, Konsumsi, Tabungan dan
Investasi
1.
Kondisi
Keseimbangan Umum (Ekuilibrium)
Konsep pendapatan
nasional dilihat dari segi sumber atau asalnya, terdiri dari pendapatan yang
dipakai untuk konsumsi dan untuk tabungan (saving)
bagi rumah tangga konsumen. Bagi rumah tangga produsen pendapatan nasional
unsurnya terdiri dari pendapatan yang dikeluarkan untuk konsumsi dan untuk
investasi. Jadi Y = C + S untuk rumah tangga konsumen dan Y = C + I, untuk
rumah tangga produsen.
Sedangkan
yang dimaksud dengan pendapatan nasional ekulibrium ialah tingkat pendapatan
nasional di mana tidak ada kekuatan ekonomi yang mempunyai tendensi untuk
mengubahnya.
Ini berarti bahwa pendapatan nasional
akan ada dalam keadaan ekulibrium apabila dipenuhi syarat, yaitu Y = C + S;
sementara di sisi lain Y = C + I, dan pendapatan nasional akan mencapai
ekulibrium bilamana dipenuhi syarat tabungan akan sama dengan investasi atau
ketika S = I.
2.
Pendapatan
Nasional Ekuilibrium
Dengan
menggunakan syarat S = I, di mana persamaan S = I dapat diuraikan lagi menjadi:
S = I
Y – C = I
Y- (a + bY) = I
Y- a – bY= I
Y – bY = a + I
Menghitung
Tingkat Pendapatan Ekuilibrium Diketahui :
a. Fungsi
konsumsi per tahun : C = Rp100
milyar + 0,75 .Y
b. Besarnya
investasi pertahun : I = Rp 80 milyar
Ditanyakan:
a. Hitunglah
besarnya pendapatan nasional ekuilibrium
b. Hitunglah
besarnya konsumsi ekuilibrium .
c. Hitunglah
besarnya saving ekulibrium . Jawab :
a. Besarnya
pendapatan nasional ekulibrium:
Y = [1 /( 1 – 0,75)] .(100 +
80)
Y = 4 . (180)
= 720
milyar
b. Besarnya
konsumsi ekuilibrium:
C = 100
+ 0,75 . Y
C = 100
+ 0,75 . 720
C = 100
+ 540
C = 640
milyar
c. Besarnya
saving ekuilibrium:
S = Y – C
S = 720
– 640
=
80 milyar
|
(1
|
– b)Y
|
=
|
a + I
|
1
|
Y
|
=
|
———— . ( a + I
|
)
|
1 -
b
|
Contoh
:
|
3. Angka Pengganda (Multiplier)
Dalam
kenyataan di masyarakat akan sulit terpenuhinya persyaratan keseimbangan S = I,
misal pada suatu ketika besarnya investasi tidak sama dengan besranya saving,
maka yang akan terjadi adalah ketidakseimbangan dalam perekonomian.
Peran angka
pengganda atau multiplier adalah bilangan dengan mana investasi harus kita
kalikan, apabilka kita ingin mengetahui besarnya perubahan pendapatan nasional
ekuilibrium yang baru, yang diakibatakan oleh adanya perubahan investasi. Angka
pengganda disimbolkan dengan k. Untuk angka pengganda sendiri bisa berupa angka
pengganda investasi, angka pengganda goverment expenditure, angka pengganda
pajak dan lainnya.
Jika k adalah angka pengganda
untuk investasi, maka k dapat dirumuskan:
Y = k . I Dan besarnya multiplier:
k = Y / I
Perumusan daripada angka pengganda investasi dapat kita
temukan antara lain dengan cara seperti berikut: Kalau misalnya tambahan
investasi sebesar I, mengakibatkan pendaptan nasional berubah dari Y menjadi:
Y + Y, maka :
Y + Y = [1/(1 – b)]
. (a + I + I)
Karena (1 – b) = MPS, maka:
Y + Y = (1/MPS) .
(a + I + I) Angka penggada investasi:
k1 =ΔY/ΔI = 1 atau = 1 = 1
1−b 1−MPC MPS
Contoh :
Menghitung Tingkat Pendapatan Ekuilibrium dengan
kasus ada angka pengganda ( multiplier) investasi Diketahui :
a.
Fungsi konsumsi per tahun : C = Rp100 milyar
+ 0,75 .Y
b.
Besarnya investasi tahun pertama : I = Rp
80 milyar
c.
Besarnya investasi tahun kedua : I = Rp
120 milyar Ditanyakan:
Dengan menggunakan angka
pengganda atau multiplier investasi hitunglah besarnya pendapatan nasional
tahun (periode) kedua?
Jawab:
a.
Besarnya angka pengganda investasi : k1 =
1/MPS = 1/0,25 = 4
b.
Besarnya perubahan investasi:
I = I tahun ke 2 – I tahun ke1 =
120 – 80 = 40
c.
Pendapatan nasional ekuilibium pada tahun (periode) ke 1:
Y1 = [ 1/ (1 – 0,75)] . (100
+ 80) = 720 milyar
d.
Pendapatan nasional ekuilibium pada tahun
(periode) 2:
Y2 = Y1 + Y = Y1 + k1. I
= 720 + 4(40) = 720 + 160
= Rp 880 milyar
Rangkuman
1.
Pengertian konsumsi adalah sebuah aktivitas guna
menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang.
2.
Bentuk umum dari fungsi konsumsi sebagai
berikut:
C
= a +
b . Y
Di mana a = konsumsi otonom b =
MPC
3.
Bentuk umum dari fungsi tabungan sebagai berikut
S = - a
+ (1 - b) .
Y atau
S = - a
+ MPS . Y
4.
Pengertian investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan modal
atau persediaan kapital (capital stock)
. Penggolongan Investasi: Investasi Bruto dan Investasi Netto.
5.
Dalam konsep nilai waktu dari uang kita mengenal
2 (dua) macam, yaitu:
a.
Konsep
Nilai Sekarang (Present Value) digunakan untuk menghitung nilai sekarang
untuk return–return yang akan
diterima di waktu yang akan datang.
Rumus Umum:
PV = FV (
1 + r ) –n atau
PV = FV/ (1 - r) n
b.
Konsep
Nilai Mendatang (Future Value) digunakan untuk menghitung nilai yang akan
datang dari sejumlah uang yang dimiliki saat ini.
Rumus Umum :
FV = PV (
1 + r ) n
6.
Kurva MEC merupakan kurva yang menunjukkan
hubungan negatif antara Investasi (I) dan tingkat bunga (rate of interest = ri). Konsep Marginal
Efficiency of Capital (MEC) sebenarnya sama dengan pengertian Internal Rate of Return (IRR). IRR
sendiri dapat diartikan sebagai suatu tingkat bunga yang menyebabkan nilai
sekarang dari arus kas masuk bersih proyek (Proceed
atau dikenal Present Value Cash Inflow)
akan sama dengan nilai sekarang dari arus kas keluar (Outlay atau Present Value
Cash Outflow).
7.
Pendapatan nasional ekulibrium ialah tingkat
pendapatan nasional di mana tidak ada kekuatan ekonomi yang mempunyai tendensi
untuk mengubahnya. Keadaan ekulibrium apabila dipenuhi syarat, tabungan akan sama
dengan investasi atau ketika S = I.
8.
Angka pengganda atau multiplier adalah bilangan
dengan mana investasi harus kita kalikan, apabilka kita ingin mengetahui
besarnya perubahan pendapatan nasional ekuilibrium yang baru, yang diakibatakan
oleh adanya perubahan investasi.