A. Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi
menurut para ahlipun
berbeda-beda. Menurut Weygandt,
Kieso, dan Kimmel
(2005) pengertian akuntansi
adalah sebuah sistem informasi
yang mengidentifikasi, merekam,
dan mengkomunikasikan kejadian
ekonomi suatu organisasi
kepada pemakai informasi
yang berkepentingan. Pengertian Akuntansi Menurut Charles T. Horngren, Walter
T. Harrison, dan Bamber (2007) menyatakan bahwa: Akuntansi adalah sistem
informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memroses data menjadi laporan, dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
Menurut
Sony, Arif, dan Arsyadi (2008) menyatakan bahwa pengertian akuntansi adalah sebagai
berikut: Akuntansi adalah proses
sistematis
untuk mengolah transaksi menjadi
informasi keuangan yang bermanfaat untuk pihak eksternal dan internal. Menurut Reeve, Warren, dan Duchac (2007)
menyatakan bahwa pengertian akuntansi adalah sistem informasi yang menyediakan laporan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai
aktivitas
ekonomi
dan kondisi bisnis
suatu organisasi.
Sedangkan menurut Soemarso (1999) Akuntansi adalah suatu proses
mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputuan yang jelas serta tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut.
Berbeda dengan Jusuf Al haryono (2001) definisi akuntansi
dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pemakainya, akuntansi
melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu
organisasi, sedangkan dari sudut proses kegiatan adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu proses identifikasi, pencatatan, dan mengkomunikasikan segala kejadian ekonomi yang terjadi dalam suatu entitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan baik itu pihak internal maupun eksternal.
B.
Pengertian Sistem Akuntansi
Suatu sistem
akuntansi diperlukan untuk memudahkan pengelolaan
perusahaan. Pengertian sistem akuntansi bermacam-macam menurut parah ahli.
Menurut Narko (2007),
pengertian
sistem
akuntansi
adalah sebagai berikut: Sistem akuntansi adalah jaringan yang terdiri dari formulir-formulir, catatancatatan, prosedur-prosedur, alat-alat, dan sumber daya manusia
dalam rangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi
untuk keperluan pengawasan, operasi, maupun untuk
kepentingan pengambilan keputusan bisnis
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Zaki
Baridwan (1997) sistem akuntansi adalah sistem akuntansi formulir-formulir,
catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah
data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan menghasilkan umpan
balik dalam bentuk laporan yang dibutuhkan oleh menajemen untuk mengevaluasi
usahanya dan bagi pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham,
kreditur, dan lembaga pemerintahan untuk menilai hasil operasi.
Menurut Bodnar and Hopwood yang
diterjemahkan oleh Jusuf, A.A (2000) menyatakan
sistem akuntansi sebagai metode dan pencatatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan
transaksi-transaksi organisasi dan untuk menjaga pertanggung jawaban aktiva dan kewajiban.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess yang diterjemahkan oleh Farahmita, A,
Amanugrahani, dan Hendrawan, T (2005), Sistem
akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan,
dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan.
Menurut Chairul Marom (2002) sistem
akuntansi adalah alat atau sarana pengawasan manajemen yang dilakukan melalui
prosedur tata kerja yang mengacu pada struktur organisasi, dengan perlengkapan
media formulir-formulir dan cara pencatatannya tepat untuk menghasilkan
informasi keuangan yang benar yang biasanya diwujudkan dalam bentuk neraca,
perhitungan rugi laba, dan arus kas serta laporan manajemen lain.
Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan
dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan (Mulyadi
2001).
Sistem akuntansi adalah Susunan berbagi formulir,
catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapan serta alat komunikasi,
tenaga pelaksananya dan laporan yang terkodinasi secara erat yang didisain
untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan
manajemen (Nugroho Widjajanto 1989).
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa sistem akuntansi adalah keseluruhan tata cara dari prosedur-prosedur yang
meliputi dokumen-dokumen yang berbentuk catatan yang saling berkaitan dan
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menghasilkan
suatu keputusan atau kebijaksaaan dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya
operasional perusahaan.
C. Pengertian Kas
Hampir disetiap transaksi perusahaan melibatkan
perkiraan kas. Bagi perusahaan kas menjadi alat pembayaran yang siap dan bebas
digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari serta untuk
investasi aktiva tetap. Kas merupakan alat pertukaran yang baku serta menjadi
dasar pengukuran dan akuntansi untuk semua perkiraan.
Menurut
Munawir (1983) pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan, termasuk dalam
pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan
di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang
dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).
Menurut
Soemarso S.R (1996) dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar Kas didefinisikan
sebagai berikut: Kas merupakan segala sesuatu (baik berbentuk uang atau bukan)
yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban
pada nilai nominalnya.
Menurut
Zaki Baridwan (2003) kas merupakan suatu alat pertukaran dan digunakan sebagai
suatu ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca kas merupakan aktiva yang paling
sering berubah. Hampir dalam setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas.
Menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (2002) dalam buku Standar Akuntansi Keuangan,
pengertian kas adalah kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Menurut
Niswonger, Warren, Reeve Fess (1999) dalam buku Prisip-prinsip Akuntansi,
Pengertian kas adalah kas (cash)
meliputi koin, uang kertas, cek wesel (money
order atau kiriman uang melalui pos berbentuk draf bank atau cek bank) dan
uang yang disimpan dibank yang dapat ditarik tanpa batasan dari bank
bersangkutan.
Dari
definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kas adalah segala sesuatu yang
dapat segera dikeluarkan untuk membiayai kegiatan sehari-hari perusahaan, yang
termasuk sebagai kas adalah uang logam, uang kertas yang ada diperusahaan dan
rekening giro yang ada dibank. Perkiraan-perkiraan yang dapat dianggap sebagai
kas adalah seperti wesel pos, cek yang disahkan, cek pribadi, dan wesel bank.
Sedangkan cek mundur, bon hutang, uang muka perjalanan, dan dana kas khusus
tidak dapat diklasifikasikan sebagai kas, karena tidak dapat diuangkan segera
sebelum tanggal yang ditentukan.
Kas
adalah aktiva lancar yang sifatnya sangat likuid dibandingkan aktiva lancar lainnya.
Likuiditas merupakan salah satu indikasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo. Penting bagi perusahaan untuk mempertahankan
posisi likuiditas yang memadai. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas
yang tidak memadai cenderung memiliki resiko kegagalan, sedangkan perusahaan
yang memiliki likuiditas yang memadai umumnya memiliki fleksibilitas keuangan
yang lebih besar untuk menerima peluang investasi baru yang tidak terduga.
Selain itu kas merupakan aktiva yang tidak produktif, karena kas tidak dapat
dikembangkan dan ditambahkan kecuali menjadi aktiva lainnya.
Banyak
transaksi secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penerimaan dan
pengeluaran kas. Kas juga mudah diselewengkan oleh siapa saja. Oleh karena itu,
perusahaan harus merancang sistem akuntansi kas yang didalamnya terdapat
prosedur-prosedur penerimaan dan pengeluaran kas yang dapat digunakan sebagai
sarana untuk pengendalian terhadap kas.
Menurut
Mulyadi (2001) sistem pengendalian intern yang baik dalam sistem kas
mensyaratkan agar dilibatkan pihak luar (bank) ikut serta dalam mengawasi kas
perusahaan dengan cara sebagai berikut:
1. Semua penerimaan kas harus disetor
penuh kebank pada hari yang sama dengan penerimaan kas atau pada hari kerja
berikutnya.
2. Semua pengeluaran kas dilakukan
dengan cek.
3. Pengeluaran kas yang tidak dapat
dilakukan dengan cek (karena jumlahnya kecil) dilakukan melalui dana kas kecil
yang diselenggarakan dengan imprest
system.
Dengan
demikian perusahaan dapat memanfaatkan catatan pihak bank untuk mengawasi
catatan kas perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi bank.
D.
Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Penerimaan
kas adalah
kas yang diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat
berharga yang mempunyai sifat dapat segara digunakan, yang berasal dari
transaksi perusahaan maupun penjualan tunai, pelunasan piutang, atau transaksi
lainnya yang dapat menambah kas perusahaan. “Sumber pnerimaan kas
terbesar suatu perusahaan dagang berasal dari transaksi penjualan tunai”
(Mulyadi 2003).
Penerimaaan kas bisa terjadi dengan
berbagai macam cara seperti lewat pos, pembayaran langsung ke kasir atau
pelunasan ke bank. Uang yang diterima biasanya berbentuk uang tunai, baik logam
maupun uang kertas, cek, money order, bank draft, dan lain-lain.
Dalam penyusunan prosedur penerimaan
kas perlu dipertimbangkan pentingnya dan frekuensi masing-masing transaksi.
Sesudah itu baru merencanakan organisasi dan metode pengelolaan dan pengawasan
fisik atau membuat catatan pengelolaan dan pengawasan.
Sistem akuntansi penerimaan kas
adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang
dari penjualan tunai atau dari piutang yang siap dan bebas digunakan untuk
kegiatan umum perusahaan. Sistem akuntansi penerimaan kas adalah proses aliran
kas yang terjadi di perusahaan adalah terus menerus sepanjang hidup perusahaan
yang bersangkutan masih beroperasi. Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk
dan aliran kas keluar.
Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi penerimaan kas
adalah suatu kesatuan untuk mengumpulkan, mencatat transaksi yang dapat
membantu pimpinan untuk menangani penerimaan perusahaan.
Beberapa
bentuk pembayaran dari langganan di dunia usaha yang dikenal antara lain :
1. Uang tunai.
2. Cek.
3. Giro bilyet.
4. Transfer lewat bank.
5. Wesel bank
Penerimaan
uang dari langganan dapat dilakukan melalui cara:
1. Langganan membayar sendiri atau oleh
petugasnya.
2. Harus ditagih oleh kreditur.
3. Kompensasi utang piutang.
E.
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Keberadaan sistem pengeluaran kas
dapat mendukung pencapaian tujuan dari perusahaan. Sistem tersebut membuat
perusahaan lebih mudah dalam mengelola hal-hal yang berkaitan dengan besarnya
pengeluaran kas yang terjadi yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap laba
yang diterima perusahaan. Laba tersebut tentunya dapat bermanfaat bagi kelangsungan
perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajer, karyawan,
investor, bank dan lain sebagainya.
Sistem akuntansi pengeluaran kas
terdiri dari dua sistem pokok yaitu sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek
dan sistem pengeluaran kas dengan uang tunai melalui sistem dana kas kecil
(Mulyadi, 2001). Sistem akuntansi pengeluaran kas ini terdiri dari dokumen,
catatan akuntansi yang digunakan, fungsi terkait, jaringan prosedur yang
membentuk sistem akuntansi pengeluaran kas.
Sistem akuntansi pengeluaran kas
dengan menggunakan cek biasanya ditujukan untuk pengeluaran yang jumlah
nominalnya besar. Pengeluaran kas dengan sistem cek
ini mempunyai beberapa kebaikan ditinjau dari pengendalian internnya. Sedangkan
sistem akuntansi pengeluaran kas dengan menggunakan sistem dana kas kecil
digunakan perusahaan jika terjadi pengeluaran dengan nominal kecil.
F. Unsur
Sistem Akuntansi
Terdapat 5 (lima) unsur sistem akuntansi.
Menurut Mulyadi (2003) unsur sistem akuntansi pokok tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Formulir
(Form)
Formulir merupakan dokumen yang
digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Dengan formulir ini, data yang
bersangkutan dengan transaksi yang direkam pertama kali dijadikan dasar dalam
pencatatan.
Formulir sering juga disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan
media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi kedalam
catatan. Contoh formulir adalah faktur penjualan, bukti kas keluar dan
cek/kuitansi. Formulir sangat penting artinya dalam menjalankan suatu
organisasi atau perusahaan. Hampir semua peristiwa dalam perusahaan
terjadi karena formulir diperlukan untuk merekamnya.
2. Jurnal
(Journal)
Jurnal merupakan catatan akuntansi
pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data
keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan
data, yang hasil peringkasannya kemudian diposting ke rekening yang
bersangkutan dalam buku besar. Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang
dilakukan secara kronologis (berdasarkan urut waktu terjadinya) dengan
menggunakan rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya
masing-masing. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum
dibukukan ke buku besar, harus dicatat dulu dalam jurnal.
Secara garis besar jurnal dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
a Jurnal Umum
a Jurnal Umum
Jika
jenis transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom, debit
dan kredit, sudah cukup memadai sebgai catatan akuntansi yang pertama.
Jurnal ini digunakan untuk menampung transaksi penjualan, pembelian,
penerimaan dan pengeluaran kas, depresiasi aktiva tetap dan transaksi
lainnya. Karena dalam perusahaan kecil volume transaksinya masih sedikit.
b. Jurnal
Khusus
Buku
jurnal khusus merupakan suatu buku jurnal yang dirancang secara khusus untuk
setiap perkiraan-perkiraan tertentu. Jurnal ini merupakan pengembangan
dari jurnal dua kolom, menjadi jurnal dengan banyak kolom (multi colomn
journal). Kolom-kolom tersebut merupakan tambahan yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mampu mencatat perkiraan tertentu yang sering timbul dari setiap
transaksi, format jurnalnya pun sama dengan jurnal umum.
2. Buku
Besar (General Ledger)
Buku Besar
adalah kumpulan dari perkiraan-perkiraan yang saling berhubungan dan merupakan
satu kesatuan tersendiri. Buku besar terdiri dari
rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah
dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai
dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening
buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan
data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi
keuangan untuk penyajian laporan keuangan. Bentuk buku besar ada dua macam, yaitu
bentuk “T” dan bentuk saldo.
3. Buku
Pembantu (Susbsidiary Ledger),
Buku
Pembantu merupakan rincian rekening tertentu dalam buku besar (general ledger), yang dibentuk untuk memudahkan
dan mempercepat penyusunan laporan dan neraca percobaan. Rekaning buku
besar yang dirinci informasinya dalam buku pembantu disebut rekening kontrol (controlling account), sedangkan
rekaning-rekaning rincian yang terdapat dalam buku pembantu disebut rekening
pembantu (subsidiary account).
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti
tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan
digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku pembantu memiliki bentuk
yang sama dengan bentuk buku besar. Umumnya perusahaan manufaktur
menyeleggarakan berbagai buku pembantu, yaitu sebagai berikut ini:
1. Buku pembantu persediaan
2. Buku pembantu piutang
3. Buku pembantu utang
4. Buku pembantu harga pokok produk
5. Buku pembantu biaya
6. Buku pembantu aktiva tetap
4. Laporan
(Report)
Laporan
merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya
pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang
yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.
Setiap
laporan tersebut didasarkan pada data yang merupakan hasil dari sistem
akuntansi dan seperangkat prosedur yang baik secara ringkas, sistem akuntansi
digunakan oleh perusahaan adalah:
1. Untuk
analisis transaksi.
2. Menangani
tugas pembukuan yang secara rutin.
3. Informasi
yang tersusun sehingga digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Semua
badan usaha tanpa memandang besar dan sifat operasinya, memerlukan
catatan-catatan yang akurat untuk transaksi usaha. Perusahaan yang tidak
menyelenggarakan catatan-catatan yang akurat tidak akan beroperasi seefisien
dan semenguntungkan perusahaan yang menyelenggarakan catatan yang akurat.
Sistem
akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui proses akuntansi. Proses
akuntansi terdiri dari dua bagian yang saling berkaitan, yaitu:
1. Tahap
pencatatan (recording phase)
2. Tahap
pengikhtisaran (summarizing phase)
Selama
periode satu tahun fiskal transaksi-transaksi dibukukan kedalam berbagai
catatan-catatan pada saat terjadi transaksi, pada akhir periode pada tahun
fiskal, data yang telah disesuaikan tadi kemudiaan diikhtisarkan sehingga
laporan keuangan dapat disusun.
Menurut
Jay M. Smith, K. Fred Skounsen (1997). Proses akuntansi pada umumnya meliputi
langkah-langkah dan rangkaian yang jelas sebagai berikut:
1. Tahap
Pencatatan (Recording Phase)
Berkaitan
dengan pengumpulan mengenai setiap transaksi dan peristiwa ekonomi. Umumnya
terdiri dari langkah-langkah berikut dalam urutan yang teratur yaitu:
a. Dokumen untuk dianalisis
Analisis atas dokumentasi kegiatan
usaha menjadi dasar bagi pembuatan catatan pertama dari setiap transaksi.
b. Transaksi
dicatat
Berdasarkan
dokumen-dokumen pendukung yang terdapat dalam langkah pertama, setiap transaksi
dicatat secara kronologis dalam buku jurnal atau buku pencatatan pertama (Book of original entry).
c. Transaksi diposkan atau
dipindahbukukan
Tranaksi-transaksi sebagaimana telah
dikelompokkan dan dicatat dalam buku jurnal, diposkan keperkiraan bersangkutan
dibuku besar umum, dan jika kemungkinan diposkan kebuku besar pembantu.
2. Tahap Pengikhtisaran (Summarizing Phase)
Informasi yang telah dicatat
tersebut dikelola dan diikhtisarkan dalam berbagai bentuk untuk berbagai tujuan
pengambilan keputusan. Adapun langkah-langkahnya dalam urutan yang teratur
adalah:
a. Neraca saldo bagi setiap perkiraan
buku besar diposkan
Neraca saldo biasanya disisipkan
dalam neraca lajur, memberikan ikhtisar informasi sebagaimana diklasifikasikan
dalam buku besar dan memberikan pengecekan umum atau keakuratan pencatatan dan
pemposan.
b. Ayat jurnal penyesuaian dicatat
Sebelum laporan keuangan dapat
disusun, semua informasi yang harus dibukukan atau dipertanggung jawabkan tetapi
belum dicatat dan ditentukan. Sering kali penyesuaian dibuat pertama kali pada
neraca lajur, dan dapat juga secara formal dicatat dan diposkan sewaktu-waktu
sebelum ditutup (langkah d). Jika tidak menggunakan neraca lajur, maka ayat
jurnal penyesuaian harus dicatat dan diposkan pada tahap ini sehingga posisi
setiap perkiraan sudah benar sebelum laporan keuangan disusun.
c. Laporan keuangan disusun
Laporan berisi ikhtisar hasil
operasi dan menunjukkan posisi keuangan dan perubahan posisi keuangan disusun
berdasarkan informasi yang terdapat dalam neraca lajur atau langsung dari
perkiraan-perkiraan yang sudah disesuaikan.
d. Setiap perkiraan nominal ditutup
Saldo-saldo perkiraan nominal
(sementara) ditutup perkiraan ikhtisar yang sesuai. Sebagaimana ditentukan
dalam perkiraan ikhtisar, hasil-hasil operasi pindahan keperkiraan ekuitas
pemilik yang sesuai.
e. Neraca saldo setelah tutup buku
mungkin perlu disusun
Neraca saldo disusun untuk
menentukan kecocokan pendebitan dan pengkreditan setelah pemposan-pemposan ayat
jurnal penyesuaian ditutup.
f. Beberapa perkiraan tertentu mungkin
perlu dibalik
Saldo yang ditangguhkan dan dibayar
dimuka yang timbul dari ayat jurnal penysuaian dapat dikembalikan ke perkiraan
aktivitas yang melibatkan pos-pos tersebut dalam periode yang baru. Langkah ini
tidak diharuskan, tetapi mungkin diperlukan sebagai alat untuk mempermudah
pencatatan dan penyesuaian rutin dalam periode berikutnya.
Proses tersebut berjalan dan
berulang kembali sehingga merupakan suatu arus berputar (siklus adalah tahap-tahap
kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan
keuangan siap untuk pencatatan transaksi periode berikutnya).