STRATEGI ORGANISASI (AKUNTANSI)

Tags


STRATEGI ORGANISASI


Sistem pengendalian manajemen merupakan alat untuk mengimplementasikan strategi. Tiap organisasi memiliki strategi yang berbeda-beda, oleh karena itu pengendalian manajemen harus disesuikan dengan syarat spesifik strategi tiap organisasi. Yang harus diperhatikan dalam desain sistem pengendalian manajemen adalah apakah perilaku yang didorong oleh sistem pengendalian manajemen tersebut merupakan perilaku yang diperlukan oleh suatu strategi.
Strategi adalah rencana-rencana untuk mencapai tujuan organisasi.

A.    Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi ditentukan oleh pemimpin manajemen puncak (chief executive officer – CEO) dengan mempertimbangkan nasihat yang diberikan oleh para manajer senior lainnya, kemudian diratifikasi oleh dewan direksi. Pada banyak organisasi, tujuan organisasi dirancang oleh para pendirinya, serta berlaku untuk generasi-generasi selanjutnya.
Berbagi tujuan umum organisasi dapat dijelaskan antara lain berikut ini:
1.      Profitabilitas.
Dalam bisnis, kemampuan menghasilkan laba merupakan tujuan yang paling penting. Profitabilitas mengacu pada laba dalam jangka panjang, bukan laba kuartal atau tahun berjalan. Banyak pengeluaran pada periode berjalan mengurangi laba periode berjalan, namun meningkatkan laba jangka panjang. Misalnya, pengeluaran untuk iklan atau pengeluaran untuk riset dan pengembangan.
Profitabilitas dalam arti dan konsep yang luas dinyatakan melalui persamaan dua rasio berikut ini:

             Pendapatan – Beban         Pendapatan
ROI = ---------------------------- x  -----------------
                    Pendapatan                  Investasi




Dalam perhitungan tersebut, rasio pertama disebut profit margin percentage, sedangkan rasio kedua disebut investment turnover. Perkalian dua rasio tersebut disebut return on investment. “Investasi” adalah total utang dan modal.

2.      Memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value).
Konsepnya adalah tujuan yang semestinya sebuah perusahaan yang mencari laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Hal tersebut mengacu pada harga pasar saham perusahaan. Akan tetapi, diyakini bahwa pencapaian tingkat laba yang memuaskan merupakan cara yang lebih baik dalam menetapkan tujuan perusahaan.
3.      Risiko.
Upaya sebuah organisasi untuk meningkatkan profitabilitas sangat dipengaruhi oleh kemauan manajemen mengambil risiko. Tingkat pengambilan risiko sangat bervariasi, tergantung pada kepribadian masing-masing individu di jajaran manajemen.
4.      Pendekatan banyak steakholder.
Sebuah perusahaan bertanggungjawab kepada banyak steakholder yaitu: para pemegang saham, konsumen, para pegawai, para pemasok, dan masyarakat. Idealnya, sistem pengendalian manajemen harus mengidentifikasi tujuan-tujuan dari setiap kelompok dan mengembangkan sistem pernilaian (scorecard) untuk menilai kinerja mereka. Organisasi-organisasi terlibat dalam tiga jenis pasar yaitu:
a.       Pasar  modal (capital market). Sebuah perusahaan mencari dana melalui pasar modal, dimana para pemegang saham publik merupakan konstituennya yang sangat penting.
b.      Pasar produk (product market). Perusahaan menjual barang dan jasa di pasar produk, dimana para konsumen yang menjadi konstituennya.
c.       Pasar faktor (factor market). Perusahaan berkompetisi untuk memperoleh sumber daya (seperti sumber daya manusia dan bahan mentah ) di pasar faktor, dimana yang menjadi konstituennya adalah pegawai perusahaan dan para pemasok serta berbagai komunitas yang menyediakan sumber daya dan menjadi tempat beroperasinya perusahaan.

B.     Konsep Strategi
Walaupun banyak definisi yang berbeda satu sama lain, namun ada kesepakatan umum yang bisa disimpulkan bahwa strategi mendeskripsikan arah umum yang akan dituju suatu organisasi untuk mencapai tujuannya”. Perusahaan mengembangkan strateginya dengan cara mencocokkan kompetensi inti perusahaan dengan peluang industri. Menurut Kenneth R. Andrew: perumusan strategi merupakan proses yang digunakan oleh para eksekutif senior untuk mengevaluasi keunggulan dan kelemahan sehubungan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan perusahaan, kemudian memutuskan strategi yang menyesuaikan antara kompetensi inti perusahaan dengan peluang lingkungan”. (Kenneth R. Andrew, The Concept of Corporate Strategy, Home, IL: Dow Jones-Irwin, 1971)

   



Gambar 3.1. Perumusan Strategi
Strategi dapat ditentukan pada dua tingkatan: (1)strategi untuk organiasi keseluruhan (korporat); (2)strategi untuk unit bisnis dalam organisasi. Walaupun pilihan strategi berbeda pada tingkatan hierarkis yang berbeda, namun ada konsistensi dalam strategi di seluruh tingkatan unit bisnis dan organisasi keseluruhan (korporat).
Tingkatan Strategi
Isu Strategi Kunci
Opsi Strategi Generik
Tingkatan Organisasi Primer yang terlibat
Corporate level (tingkat korporat/organisasi keseluruhan)
·    Apakah organisasi ada dalam bauran industri yang tepat?
·    Industri atau sub-industri apa yang harus dimasuki oleh organisasi?
·     Industri tunggal.
·     Diversifikasi yang berhubungan.
·     Diversifikasi yang tidak berhubungan.
Kantor korporat
Business unit level (tingkat unit bisnis)
·    Apa yang  menjadi misi dari unit bisnis?
·    Bagaimana unit bisnis harus bersaing untuk mewujudkan misinya?
·      Membangun
·      Mempertahankan
·      Memanen
·      Menjual
·      Biaya rendah
·      Deferensiasi
Kantor korporat dan manajer umum unit bisnis


Manajer umum unit bisnis
Gambar 3.2. Dua Tingkatan Strategi

C.    Strategi Tingkat Korporat
Strategi korporat berkaitan dengan keberadaan organisasi di tengah-tengah bauran bisnis yang tepat. Oleh karena itu, strategi korporat lebih berkenaan dengan pertanyaan dimana sebaiknya organisasi bersaing. Pada tingkat korporat, masalah organisasi adalah: (1)definisi bisnis, dimana perusahaan akan berpartisipasi; (2)pengalokasian sumber daya antar bisnis-bisnis perusahaan. Analisis strategi tingkat korporat akan menghasilkan keputusan yang melibatkan: bisnis yang akan ditambah, bisnis yang akan dipertahankan, bisnis yang ditekankan, bisnis yang akan dikurangi perhatiannya, dan bisnis yang akan didivestasi (dijual).
Berkaitan dengan strategi tingkat korporat, perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:
1.      Perusahaan dengan industri bisnis tunggal beroperasi dalam satu lini bisnis.
2.      Perusahaan dengan diversifikasi bisnis yang berhubungan beroperasi dalam beberapa industri, dan unit-unit bisnis tersebut memperoleh manfaat dari seperangkat kompetensi inti yang umum.
3.      Perusahaan dengan diversifikasi bisnis yang tidak berhubungan beroperasi dalam bisnis yang tidak saling berhubungan satu sama lain, hubungan antar unit-unit bisnis bersifat murni finansial.

Penelitian menunjukkan bahwa secara rata-rata, perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan mencapai kinerja tertinggi, perusahaan dengan industri tunggal mencapai kinerja terbaik kedua, dan perusahaan dengan diversifikasi yang tidak berhubungan tidak mencapai kinerja baik dalam jangka waktu panjang (Richard P. Rumself, Strategy, Structure and Economic Performance, Boston: Division of Reserch, Harvard Business School, 1974, hal. 128-142).
Strategi korporat merupakan satu rangkaian dengan strategi industri tunggal di satu ujung spektrum dan diversifikasi yang tidak berhubungan di ujung spektrum lain (diversifikasi yang berhubungan ada di tengah spekturm). Oleh karena itu, masalah kunci bagi desainer sistem pengendalian adalah: bagaimana struktur dan bentuk pengendalian akan berbeda antara perusahaan dengan industri tunggal, perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan, atau perusahaan dengan diversifikasi yang tidak berhubungan.


 Gambar 3.3. Strategi Tingkat Korporat: Ikhtisar dari Tiga Strategi Generik

D.    Strategi Unit Bisnis
Persaingan antar perusahaan dengan diversifikasi berlangsung pada tingkat unit bisnis antara unit bisnis satu perusahaan dengan unit bisnis pada perusahaan lain. Kantor korporat dari perusahaan dengan diversifikasi tidak menghasilkan laba dari dirinya sendiri, melainkan pendapatan dihasilkan dan biaya ditanggung dalam uni-unit bisnis. Strategi unit bisnis berkaitan dengan bagaimana menciptakan dan memelihara keunggulan kompetitif dalam masing-masing industri yang telah dipilih oleh suatu perusahaan untuk berpartisipasi. Strategi bisnis unit bergantung pada dua aspek yang saling berkaitan yaitu:


1.      Misi unit bisnis
Dalam perusahaan dengan diversifikasi, salah satu tugas dari manajemen senior adalah mengalokasikan sumber daya, yaitu membuat keputusan mengenai penggunaan kas yang dihasilkan dari beberapa unit bisnis untuk mendanai pertumbuhan dalam unit bisnis lain. Beberapa model perencanaan telah dikembangkan untuk membantu manajer tingkat korporat dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif. Model-model ini menyarankan bahwa perusahaan yang  memiliki unit-unit bisnis dalam beberapa kategori diidentifikasi dengan misinya. Strategi yang tepat ditetapkan untuk setiap kategori yang berbeda. Sacara bersama-sama, beberapa unit bisnis membentuk satu portofolio yang komponennya berbeda dalam hal karakteristik return dan risiko seperti halnya komponen portofolio investasi. Kantor korporat dan manajem umum unit bisnis terlibat dalam mengidentifikasikan misi unit bisnis individual.
2.      Keunggulan kompetitif unit bisnis
Setiap unit bisnis harus mengembangkan keunggulan kompetitifnya untuk dapat melaksanakan misinya. Tiga pertanyaan yang saling berkaitan harus dipertimbangkan dalam mengembangkan keunggulan kompetitif unit bisnis: (1)Bagaimana struktur industri, dimana unit bisnis beroperasi? ;(2)bagaimana unit bisnis seharusnya mengeksploitasi struktur industri? ;(3)apa yang akan menjadi basis keunggulan kompetitif unit bisnis?. Michael Porter mendeskripsikan dua pendekatan analisis untuk membantu dalam mengembangkan keunggulan kompetitif yang lebih superior dan berkesinambungan (Michael E. Porter, Competitive Advantage, New York: The Free Press, 1985) yaitu:
a.      Analisis industri (industry analysis)
Struktur industri harus dianalisis dengan lima kekuatan persaingan, yaitu:
1)      Intensitas persaingan di antara para pesaing yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan secara langsung adalah pertumbuhan industri, perbedaan produk, jumlah dan keanekaragaman pesaing, tingkat biaya tetap, kapasitas intermiten yang berlebihan, dan kendala untuk keluar dari industri.
2)      Daya tawar pelanggan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli adalah jumlah pembeli, biaya peralihan pembeli, kemampuan pembeli untuk mengintegrasikan kembali, dampak produk dari unit bisnis pada biaya total pembeli, dampak produk unit bisnis pada kualitas/kinerja produk pembeli, dan signifikansi volume unit bisnis bagi pembeli.
3)      Daya tawar pemasok. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pemasok adalah jumlah pemasok, kemampuan pemasok untuk melakukan integrasi ke depan, kehadiran input substitusi, dan pentingnya volume unit bisnis bagi pemasok.
4)      Ancaman dari barang substitusi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman barang substitusi adalah harga/kinerja relatif barang substitusi, biaya peralihan pembeli, dan kecenderungan pembeli untuk menggunakan barang substitusi.
5)      Ancaman pendatang baru yang masuk industri. Faktor-faktor yang mempengeruhi kendala untuk masuk ke dalam industri adalah persyaratan modal, akses terhadap saluran distribusi, skala ekonomis, diferensiasi produk, kompleksitas teknologi dari produk atau proses, tindakan balasan yang diperkirakan dari perusahaa-perusahaan yang sudah ada, dan kebijakan pemerintah.

 




Gambar 3.4. Analisis Struktur Industri: Model Lima Kekuatan Porter
b.      Analisis rantai nilai (value chain analysis)
Analisis lima kekuatan merupakan titik awal untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. Unit bisnis mempunyai dua cara untuk mengembangkan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan yaitu:
1)      Biaya rendah. Kepemimpinan biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan seperti skala ekonomis dalam produksi, dampak kurva belajar, pengendalian biaya yang ketat, dan minimalisasi biaya.
2)      Diferensiasi. Focus utama strategi ini adalah melakukan diferensiasi penawaran produk yang dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang dipandang oleh pelanggan sebagai sesuatu yang unik. Pendekatan pada diferensiasi produk meliputi: loyalitas merek, pelayanan pelanggan yang unggul, jaringan dealer, desain produk dan fitur produk, dan teknologi.
Unit-unit bisnis dapat mengembangkan keunggulan kompetitif yang didasarkan pada biaya rendah, diferensiasi, atau keduanya.
Secara intuitif maupun teoritis, keunggulan kompetitif di pasar pada intinya berasal dari penyediaan nilai pelanggan lebih baik untuk biaya yang sama atau nilai pelanggan yang sama untuk biaya yang lebih rendah. Rantai nilai merupakan sekelompok kegiatan lengkap yang terlibat dalam suatu produk, mulai dari ekstraksi bahan baku dan berakhir pada dukungan pasca pengiriman pada pelanggan. Analisis rantai nilai berusaha untuk menentukan di bagian mana dari operasi perusahaan – dari desain produk sampai distribusi – nilai pelanggan dapat ditambah atau dikurangi.

 





Gambar 3.5. Rantai Nilai Tipikal untuk Sebuah Bisnis











Tugas Mata Kuliah
Sistem Pengendalian Manajemen
STRATEGI PERUSAHAAN
Dosen: Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Akt.
KASUS: SOUTHWEST AIRLINES CORPORATION
Pada tahun 2001, hasil akhir Southwest Airlines Corporation’s (Southwest) menandai 29 tahun profitabilitas berturut-turut. Southwest yang didirikan di Texas, memulai bisnis pelayanan pelanggan pada 18 Juni 1971 dengan 3 pesawat terbang Boing 737 yang melayani tiga kota di Texas yaitu: Dallas; Houston; dan San Antonio. Perusahaan tumbuh menjadi perusahaan penerbangan terbesar urutan ke-4 di AS (berkaitan dengan pelanggan domestik yang diangkut). Pada tahun 2002, perusahaan penerbangan ini menambah armadanya yang terdiri dari 366 pesawat terbang Boing 737. Southwest adalah satu-satunya perusahaan angkutan jarak dekat, tarif rendah, berfrekuensi tinggi dari kota ke kota. (lihat tampilan 1 untuk perbandingan data keuangan)
Tampilan 1: Data Keuangan Komparatif pada Perusahaan-perusahaan Terpilih

Rata-rata lima tahun: 1995 – 2000

Southwest
United
American
Delta
Continental
ROE lima tahun (%)
16,3
27,9
12,9
19,5
38,1
Pertumbuhan penjualan lima tahun (%)
14,5
5,4
3,0
6,5
11,2
Pertumbuhan laba bersih lima tahun (%)
26,9
231,4
30,2
15,2
8,8

Data 2000
Penjualan (dalam Miliar $)
5,6
19,3
18,1
16,7
9,9
Persentase terhadap penjualan:





Harga pokok penjualan
76,0
91,0
87,0
83,0
89,0
Laba kotor
24,0
9,0
87,0
83,0
11,0
Pendapatan operasi
23,7
9,0
12,8
17,5
11,0
Laba bersih
10,7
0,3
4,3
4,9
3,5
ROE (%)
18,0
12,0
12,0
17,0
30,0
Southwest memiliki struktur biaya operasi paling rendah dalam industri penerbangan domestik dan secara konsisten menawarkan biaya paling sederhana dan paling rendah. Southwest juga memiliki salah satu dari rekor pelayanan pelanggan keseluruhan terbaik. Pada tahun 2001, perusahaan penerbangan ini memiliki 35.000 karyawan dan menghasilkan pendapatan operasi total $5,6 miliar dari satu faktor muatan penumpang (atau 68,1% dari seluruh pendapatan operasi dari semua faktor).
Simbol pertukaran sahamnya adalah LUV yang mewakili rumah Southwest di Dallas Love Field, dan tema hubungan antara karyawan dan pelanggannya.
Majalah Fortune secara konsisten mengakui Southwest sebagah salah satu dari 10 besar bisnis untuk bekerja di AS dan salah satu perusahaan-perusahaan yang paling dikagumi di dunia. Diantara perusahaan penerbangan, Southwest mencapai peringkat tertinggi sebagai perusahaan penerbangan yang paling dikagumi di dunia dari tahun 1997 sampai tahun 2001. Pada tahun 2002, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Southwest Airlines menempati peringkat pertama diantara perusahaan penerbangan untuk kepuasan pelanggan, menurut sebuah survei yang dilakukan oleh American Customer Satisfaction Index, Business Ethics memasukkan Southwest dalam daftar “100 Best Corporate Citizens”, sebuah daftar yang menentukan peringkat perusahaan publik atas dasar pelayanan perusahaan kepada berbagi kelompok steakholder.



PEMBEDA SOUTHWEST AIRLINES CORPORATION
Southwest tidak menggunakan pendekatan “pusat dan jari-jari” (hub-and-spoke) yang digunakan oleh perusahaan penerbangan besar yang lain, seperti United, American, dan Delta. Pendekatannya adalah short-haul atau trayek pendek (waktu penerbangan rata-rata adalah 55 menit) dan point-to-point atau titik ke titik (misalnya, Dallas ke Houston, Los Angeles ke Phonix). Southwest tidak memiliki tempat duduk yang telah dijatahkan, membayar awaknya menurut trayek, dan menggunakan bandara yang kurang padat (misalnya: Baltimore bukan Washington’s Dulles atau Reagen; Manchester, N.H. bukan Boston, Mass).
46% dari pendapatan penumpang Southwest dihasilkan dengan reservasi online melalui southwest.com. Pada tahun 2002, biaya per booking melalui Internet adalah sekitar $1, dibandingkan dengan biaya per reservasi sebesar $6 - $8 melalui agen perjalanan. Terra Lycos, jaringan Internet global paling besar melaporkan bahwa Southwest menerima pencarian 50% lebih banyak daripada perusahaan penerbangann lain.
Pilot yang direkrut oleh Southwest adalah pilot dari sebuah perusahaan penerbangan besar AS yang tidak menjadi anggota serikat nasional. Aturan serikat nasional membatasi jumlah jam terbang yang dapat digunakan seorang pilot. Tetapi para pilot Southwest dimasukkan dalam serikat independen dan mengizinkan mereka untuk memiliki jam terbang jauh lebih banyak daripada pilot perusahaan penerbangan lain.
Pekerja lain pada Southwest dimasukkan sebagai serikat nasional, tetapi kontrak mereka cukup leluasa untuk mengizinkan mereka keluar dan masuk guna memberi bantuan, tidak peduli tugas apa yang sedang menjadi tugas mereka. Dari waktu sebuah pesawat mendarat sampai siap untuk lepas landas memubutuhkan waktu kurang lebih 20 menit pada Southwest, dan memerlukan 4 orang petugas landasan ditambah 2 orang pada pintu gerbang. Bila dibandingkan, waktu penyelesaian pada United Airlines kurang lebih 35 menit dan memerlukan 12 orang petugas landasan ditambah 3 orang pada pintu gerbang.
CEO Herb Kelleher yang mendirikan Southwest memiliki komitmen yang dalam pada filosofi mengutamakan karyawan. “Bila mereka gembira, puas, penuh dedikasi, dan energik, mereka akan sungguh-sungguh memberi perhatian yang baik pada pelanggan. Jika pelanggan gembira, mereka akan datang kembali. Dan itu membuat pemegang saham gembira”. Dinding Southwest penuh dengan foto-foto para karyawannya. Lebih dari 1.000 pasangan suami-istri (2.000 karyawan) bekerja untuk perusahaan penerbangan itu. Usia rata-rata karyawan Southwest adalah 34 tahun. Karyawan Southwest adayang dibayar paling tinggi dalam industri jasa penerbangan dan perusahaan mengalami tingkat pergantian (turnover) karyawan yang relatif rendah dalam industri perusahaan penerbangan.
Budaya kerja keras Southwest, energi tinggi, rasa senang, otonomi lokal, dan kreativitas mendapat dukungan melalui pelatihan pada University of People, dorongan dari perlombaan dalam penerbangan (in-flight contests), dan pengakuan inisiatif pribadi.
Berada dalam bisnis orang berarti pendekatan yang cermat pada penerimaan karyawan baru. Pada tahun 2001, Southwest meninjau 194.821 lamaran dan mempekerjakan 6.406 karyawan baru. Proses penerimaan oleh perusahaan sedikit unik: rekan-rekan menyaring kandidat dan melakukan wawancara (pilot menerima pilot, petugas pintu gerbang menerima petugas pintu gerbang). Untuk lebih memahami apa yang dicari oleh perusahaan dalam kandidat, Southwest mewawancarai karyawannya yang tertinggi dalam setiap fungsi kerja (misalnya pilot, petugas pintu gerbang, pengurus bagasi, petugas landasan) dan mengidentifikasi kekuatan umum mereka, kemudian menggunakan profil-profil ini untuk mengidentifikasi kandidat paling berkualitas selama proses wawancara. Southwest melakukan perekrutan atas dasar sikap (attitude) selaras dengan kecerdasan. CEO Kelleher mengatakan bahwa “Kami menginginkan orang-orang yang mengerjakan hal-hal dengan baik, dengan tertawa dan senang hati”.
Southwest memulai rencana bagi hasil pertama dalam industri perusahaan penerbangan pada tahun1974 dan menawarkan bagi hasil kepada karyawannya setiap tahun sejak itu. Melalui rencana ini, karyawan memiliki sekitar 10% dari saham perusahaan. Pada tahun 2000, Southwest menawarkan kepada karyawannya sebuah pencapaian $138 juta dalam bagi hasil. Kompensasi yang ditangguhkan pajaknya ini mewakili 41,1% tambahan dari gaji tahunan setiap karyawan.

PERTANYAAN:
1.      Apakah strategi yang digunakan oleh Southwest? Apakah basis yang digunakan sebagai landasan untuk membangun keunggulan kompetitif?
2.      Bagaimana sistem pengendalian Southwest membantu melaksanakan strategi perusahaan?

KASUS: CISCO SYSTEM
Pada awal tahun 2000, Cisco merupakan pemimpin dunia dalam menyediakan hardware, software, dan jasa yang terkait dengan jaringan internet. Setelah didirikan tahun 1984 oleh para ahli komputer dari Stanford University, Cisco tumbuh menjadi perusahaan global yang mempekerjakan lebih dari 20.000 orang di 55 negara dan mempunyai nilai pasar $363 milyar. Dari laporan tahunan 1999, perusahaan memiliki pendapatan sebesar $12,2 milyar, kurang lebih 40% berasal dari luar AS. Oleh para ahli industri, Cisco dianggap sebagai perusahaan yang memiliki keunggulan dalan menjalankan setiap aspek bisnisnya sendiri pada Web. Dengan ungkapan yang lebih puitis seorang pengamat mengatakan bahwa Cisco percaya pada ungkapan “makan makanannya sendiri” (eating its own dogfood)”.
Cisco telah mengkodifikasi algoritma bahwa petugas teknis penjualan dipekerjakan untuk mengkonfigurasi sistem jaringan bagi pelanggan korporat mereka dan menempatkan algoritma ini pada Web untuk digunakan oleh para pelanggan. Sistem jaringan cenderung kompleks, sangat mudah dimodifikasi (customized), dan memerlukan konfiguarasi yang seksama. Pada tahun 1999, 80% dari semua pesanan Cisco datang melalui Web yang dikonfigurasi sendiri oleh pelanggan. Seperti yang diobservasi oleh sebuah artikel media yang memberi komentar tentang ekspor Cisco ke Amerika Selatan: “92% dari pesanannya yang berasal dari Amerika Selatan sampai melalui elektronik. Sebagai pelanggan yang jauh letaknya, pesanan berupa jenis layar dengan spesifik sistem yang mereka inginkan, dan detil konfigurasi dengan software khusus. Pesanan ditransmisi dengan jet dan dikirim ke selatan”. Konfigurasi-sendiri oleh pelanggan menghasilkan dua manfaat penting. Pertama, ada penghematan besar dalam biaya penjualan. Kedua, tidak seperti pada jaman pra-jaringan (pre-Net) ketika sepertiga dari semua pesanan yang masih belum benar dan harus diperbaiki dan dispesifikasikan kembali, hampir semua pesanan berbasis Web datang secara benar sejak permulaan.
Cisco melakukan banyak outsourcing dari manufakturnya. Pengunaan software pengisian ulang dinamis berbasis Web yang memisahkan pesanan yang masuk, pemasok memperoleh informasi tentang materi dan komponen apa yang harus mereka kirim ke pabrik perakit dan kapan dikirim. Pabrik-pabrik perakit juga menerima informasi relevan tentang setiap pesanan melalui internet, dan kemudian segera setelah materi/pesanan yang masuk sampai, siap untuk merakit, melakukan tes dan mengirim sistem final ke pelanggan. Pada tahun 1999 akhir, lebih dari 50% pesanan pelanggan Cisco ditransmisikan dan dipenuhi ke dan oleh subkontraktor perusahaan tanpa karyawan Cisco yang menyentuh sepotong kertas.
Dengan adanya kompleksitas produk Cisco, pelanggan memerlukan banyak dukungan teknis pasca penjualan. Cisco menempatkan sebagian besar dari dukungan teknisnya dan pengetahuan (know-how) tentang troubleshooting pada Web. Pada pertengahan 1999, 80% dari kebutuhan dukungan teknik pelanggan dipenuhi secara online. Hasil bersihnya selama 5 tahun dari 1994 sampai 1999, penjualan Cisco naik 6 kali, namun besarnya staf pendukung teknik hanya naik dua kali. Cisco juga mendorong konsumen menggunakan Internet untuk berbagi pengalaman dengan menggunakan peralatan Cisco tidak hanya dengan perusahaan tetapi juga dengan pelanggan lain, dengan demikian menciptakan “balon pengetahuan yang mengembang sendiri” (self-inflating ballon of knowledge).
Cisco juga menjalankan banyak aspek fungsi manajemen sumber daya manusianya memalai Web. Calon karyawan direkrut dan disaring melalui Web. Posisi pekerjaan internal didaftar pada Web untuk diakses oleh karyawan dan bila diinginkan maka bisa diambil. Pada tahun 1999 akhir, perusahaan juga mengumumkan peluncuran inisiatif e-learning skala besar yang secara signifikan mengubah cara perusahaan mendidik dan memberi pelatihan karyawannya, channel partners, dan pelanggan. Dengan inisiatif ini, Cisco ingin menggeser keseluruhan struktur pelatihan ke model e-learning. Tambahan pula, karyawan dapat memeriksa ke dalam tentang kebijakan korporat, mencari rincian paket tunjangan mereka, membeli atau menjual saham perusahaan – semua di Web. Bahkan rencana perjalanan dan prosedur penyerahan biaya seluruhnya telah dilakukan melalui Web sehingga orang dapat memperoleh pembayaran dalam dua hari.
Cisco menganggap kompetensi intinya sendiri adalah pada riset dan pengembangan (R&D), dan manajemen hubungan dengan pelanggan. Dengan penyebaran operasi perusahaan sendiri dan secara global dan operasi pelanggannya, kedua kegiatan ini tersebar menurut geografis. Lagi pula, Cisco mengandalkan Internet untuk mempermudah kolaborasi R&D lintas-batas dan manajemen perkiraan pelanggan global.
Pada akhirnya, para manajer Cisco yakin bahwa dengan bekerja keras untuk menempatkan semua aspek kegiatan perusahaan pada Web, mereka mempunyai akses real-time pada data operasi dan finansial. Pada tahun 2000, Cisco menjadi perusahaan pertama di dunia yang dapat secara virtual menutup bukunya dalan sehari pada hari apapun dalan setiap triwulan. Larry Carter, CFO-Cisco (Chief Financial Officer) mengatakan bahwa: “ini bukan pamer, mengetahui dimana Anda semua setiap waktu memungkinkan Anda untuk merespon lebih cepat daripada pesaing Anda. Tetapi ini juga berarti bahwa 600 orang yang biasa memerlukan waktu 10 hari setiap triwulan untuk menelusuri transaksi, sekarang dapat secara lebih berguna pada hal-hal seperti data mining untuk intelijensi bisnis”. Secara keseluruhan, Carter mengestimasikan bahwa menjalankan perusahaan dengan menggunakan Web, Cisco menghemat $500 juta per hari (sama dengan 1/6 dari pendapatan operasi tahun 1999 sebesar $3 miliar). Ia menambahkan bahwa dengan kelangkaan tenaga manusia yang terlatih secara teknik dan kompleksitas operasi perusahaan itu, Cisco secara sederhana tidak dapat tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan hampir 50% tanpa tergantung pada browser.

PERTANYAAN:
1.      Deskripsikan penggunaan Internet oleh Cisco untuk membangun keunggulan kompetitifnya.

2.      Bagaimana sebuah perusahaan besar yang mapan (seperti General Motors) menggunakan Internet sebagai senjata strategis? Apakah pelajaran Cisco dapat digeneralisasikan?

Artikel Terkait