Ekonomi Kelas x Kurikulum 2013
1. Pengertian Investasi
Investasi
pada hakikatnya merupakan
penempatan
sejumlah dana yang ada saat ini
dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan
di
masa mendatang.
Umumnya
investasi dibedakan menjadi dua
yaitu:
a.
Investasi pada financial assets, dilakukan di
pasar
uang, misalnya berupa sertifikat
deposito,
commercial paper, surat berharga
pasar
uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham,
obligasi,
waran, opsi, dan lainnya
b.
Investasi pada real assets, diwujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif,
pendirian
pabrik, pembukaan tambang, dan pembukaan perkebunan.
2. Proses Investasi
Proses
investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat
keputusan
investasi pada efek-efek yang bisa dipasarkan , dan kapan dilakukan. Untuk
itu
diperlukan tahapan sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan
investasi
Ada tiga hal yang perlu
dikembangkan dalam tahap ini, yaitu: tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (rate of
risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan
diinvestasikan. Apabila dana cukup
tersedia, maka investor
menginginkan penghasilan yang maksimal dengan risiko
tertentu. Umumnya hubungan antara risk dan
return bersifat linier, artinya semakin
besar rate of risk , maka semakin besar pula expected rate of return.
b. Melakukan analisis
Investor melakukan analisis
terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah
satu tujuan penilaian ini adalah
untuk mengidentifikasi efek yang salah harga
(mispriced), apakah
harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua
pendekatan yang dapat
dipergunakan, yaitu:
1) Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada
informasi-informasi yang diterbitkan
oleh emiten maupun oleh
administratur bursa efek.
2) Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada
data (perubahan) harga saham di masa
lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga saham di masa mendatang.
Dengan kata lain analisis ini para
analis memperkirakan pergeseran supply
dan demand dalam
jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung
mengabaikan risiko dan pertumbuhan
earning dalam menentukan barometer
dari supply dan
demand.
c. Melakukan pembentukan
portofolio
Dalam tahap ini dilakukan
identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan
dipilih dan berapa proporsi dana
yang akan diinvestasikan pada masing-masing
efek tersebut. Efek yang dipilih
dalam pembentukan portofolio adalah efek-efek
yang mempunyai koefesien korelasi
negatif (mempunyai hubungan berlawanan).
Hal ini dilakukan untuk
memperkecil risiko.
d. Melakukan evaluasi
kinerja portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi
atas kinerja portofolio yang telah dibentuk,
baik terhadap tingkat keuntungan
yang diharapkan maupun terhadap risiko yang
ditanggung. Sebagai tolok ukur
digunakan dua cara yaitu:
1) Measurement asset adalah penilaian kerja portofolio atas dasar aset yang
telah
ditanamkan dalam portofolio
tersebut, misalnya dengan menggunakan rate
of return.
2) Comparison adalah
penilaian atas dasar pembandingan atas dasar dua set
portofolio yang memiliki risiko
yang sama.
e. Melakukan revisi
kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut
dari tahap evaluasi kinerja portofolio.
Dari hasil evaluasi inilah
selanjutnya akan dilakukan revisi/perubahan terhadap
efek-efek yang membentuk
portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi
portofolio yang sudah dibentuk
tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya
rate of return-nya lebih rendah dari yang diisyaratkan. Revisi
tersebut bisa
dilakukan secara total, yaitu
dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian
dibentuk portofolio yang baru.
Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan
perubahan atas proporsi/komposisi
dana yang dialokasikan dalam masing-masing
efek yang membentuk portofolio tersebut.
3. Risiko dalam Investasi
Dalam
konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan
antara
pengambilan yang diharapkan (expected return)
dengan tingkat pengembalian
yang
dicapai secara nyata (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti
semakin
besar tingkat risikonya. Apabila risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil
yang
diperoleh bisa menyimpang dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran
156 Ekonomi Kelas 10
penyebaran.
Alat statistik yang digunakan sebagai ukuran penyebaran tersebut adalah
varians
atau deviasi standar. Semakin besar nilainya, berarti semakin besar
penyimpangannya
(risikonya
semakin tinggi).
Apabila
dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan
menjadi
tiga, yaitu:
a. Investor yang suka terhadap risiko (risk
seeker)
Investor
yang suka terhadap risiko (risk seeker) merupakan
investor yang
apabila
dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat
pengembalian
yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka
mengambil
investasi dengan risiko yang lebih besar. Biasanya investor jenis ini
bersikap
agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi.
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk
neutrality)
Investor
yang netral terhadap risiko (risk neutrality) merupakan
investor yang
akan
meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan
risiko.
Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent)
dalam
mengambil keputusan investasi.
c. Investor yang tidak suka terhadap risiko
(risk averter)
Investor
yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) merupakan
investor
yang
apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat
pengembalian
yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka
mengambil
investasi dengan risiko lebih kecil. Biasanya investor jenis ini
cenderung
selalu mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan
investasinya.
Ketiga
preferensi investor terhadap risiko disajikan dalam kurva berikut ini.
Keterangan:
Dari gambar tersebut tampak bahwa, bagi investor yang risk seeker ditunjukkan
oleh perubahan return dari A1 ke A2 lebih kecil dari perubahan risiko dari ß1 ke
ß2 sama dengan perubahan risiko dari ß1 ke ß2.
4. Karakteristik Fungsi Utilitas
Perhatikanlah gambar kaitan risiko dengan utilitas berikut ini!
Dengan memerhatikan gambar di
atas, sekarang bagaimanakah fungsi utilitas
jika dikaitkan dengan preferensi
investor terhadap risiko? Hal ini dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a. Investor yang suka
terhadap risiko (risk seeker)
Bentuk kurva fungsi utilitasnya
akan melengkung dengan peningkatan yang
semakin bertambah. Mengapa
demikian? Karena risk seeker menganggap bahwa
tambahan satu unit kekayaan yang
berikutnya (dari 1−2)
akan memberikan utilitas
yang lebih tinggi dari tambahan
satu unit sebelumnya (dari 0 ke 1). Dengan
demikian, bagi risk seeker tambahan kekayaan akan memberikan tambahan utilitas
yang semakin tinggi (increasing marginal utility).
b. Investor yang netral
terhadap risiko (risk neutrality)
Bentuk kurva fungsi utilitasnya
akan berbentuk garis lurus. Mengapa
demikian? Karena risk neutrality merasa bahwa perubahan kekayaan (dari 0 ke 1)
akan memberikan utilitas yang sama
dengan perubaan kekayaan (dari 1 ke 2)
dan seterusnya. Dengan demikian
keputusan untuk berinvestasi atau tidak, akan
memiliki efek yang sama terhadap
utilitas kekayaan investor.
c. Investor yang tidak
suka terhadap risiko (risk averter)
Bentuk kurva fungsi utilitasnya
adalah melengkung dengan peningkatan yang
semakin berkurang. Mengapa
demikian? Karena telah terjadi penurunan tambahan
utilitas (deminishing marginal utility) dari perubahan satu unit kekayaan yang sama.
Maksudnya ialah tambahan satu unit
kekayaan pertama (dari 0 ke 1) akan
memberikan utilitas yang lebih
tinggi daripada tambahan satu unit kekayaan yang
kedua (dari 1 ke 2 ) dan seterusnya.
Pergeseran kurva investasi jika terjadi perubahan selain tingkat bunga adalah
sebagai berikut.