MAKALAH KIMIA
Konsep Reaksi Redoks
dalam
Pengolahan
Limbah (Lumpur Aktif)
SMA NEGERI 1 PURWOREJO
2012/2013
Disusun
Oleh:
1. Andi
Akhmad (03)
2. Anissa
Dika L (05)
3. Hafied
Achmad W (16)
4. Hendarti
Azizah A (17)
KATA PENGANTAR
Indonesia dalam
satu dasa warsa ini dikenal sebagai penghasil tekstil yang besar disamping
India dan Pakistan. Dalam proses produksi industri tekstil banyak menggunakan
bahan kimia dan air. Bahan kimia yang digunakan antara lain untuk proses
pencucian, pemutihan, dan pewarnaan. Akibat dari itu pencemaran lingkungan
menjadi masalah bagi masyarakat yang tinggal disekitar industri tekstil.
Mengingat pentingnya industri tekstil sebagai penghasil devisa negara dan
perlunya perlindungan lingkungan, maka diperlukan adanya teknologi pengolah
limbah tekstil yang handal. Salah satu contoh pengolahan limbah tekstil yang
hingga saat ini beroperasi adalah pengolahan limbah tekstil milik P.T. Unitex
di Bogor, pengolahan limbah ini dilakukan dengan cara menerapakan konsep-
konsep redoks dengan memanfaatkan lumpur aktif sebagai bahan utama.
DAFTAR ISI:
Konsep Reaksi Redoks dalam
Pengolahan Limbah
1
Proses Pengolahan Lumpur
Aktif
2
PENDAHULUAN
Jika kita mengamati sungai di daerah perkotaan, seringkali kotor dan berbau
tidak sedap. Hal itu terjadi karena banyaknya sampah atau limbah cair yang
dibuang ke saluran air dan akhirnya masuk kesungai. Limbah cair harus diolah
terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sungai, sehingga sungainya tetap bersih
dan dapat digunakan untuk sanitasi. Para ilmuwan, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, dapat menemukan cara untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
lingkungan yang dapat mengganggu kesejahteraan manusia, salah satunya dengan
cabang ilmu pengetahuan Kimia. Dalam Kimia, terhadap Konsep Redoks yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan lingkungan semacam pengolahan air kotor.
Diharapkan dengan diketahuinya kegunaan dari Konsep Redoks, pembaca menjadi
termotivasi untuk menemukan resolusi-resolusi baru di ilmu pengetahuan yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menyangkut kesejahteraan
manusia.
TUJUAN PEMBUATAN:
1. Menyelesaikan
tugas yang diberikan Ibu. Sri Rahayu, S.Pd, selaku guru kimia kami untuk
membuat makalah mengenai pemanfaatan reaksi redoks dalam teknologi pengolahan
air limbah.
2.
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai pemanfaatan reaksi redoks dalam teknologi pengolahan air limbah, yang
dapat menghilangkan limbah organik sederhana dan mudah urai, organik kompleks
seperti warna, bau dan logam berat.
Konsep
Reaksi Redoks dalam
Pengolahan
Limbah (Lumpur Aktif)
Salah satu penerapan
konsep reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bidang
penolahan limbah. Prinsip dasar yang
digunakan adalah teroksidasinya bahan-bahan organik maupun anorganik, sehingga
lebih mudah diolah lebih lanjut.
Limbah merupakan salah satu pencemar lingkungan yang perlu dipikirkan cara-cara
mengatasinya. Untuk mencegah lingkungan
tercemar akibat akumulasi limbah yang semakin banyak, berbagai upaya telah
dilakukan untuk memperoleh teknik yang tepat dan efisien sesuai kondisi lokal.
Dewasa ini metode
lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbah yang paling banyak
dipergunakan, termasuk di Indonesia. Proses lumpur aktif (activated sludge) merupakan sistem yang banyak dipakai
untuk penanganan limbah cair secara aerobik. Lumpur aktif merupakan metode yang paling efektif untuk
menyingkirkan bahan-bahan tersuspensi maupun terlarut dari air limbah. Dengan menerapkan
sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung senyawa organik
beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat
dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya.
Proses lumpur aktif
mulai dikembangkan di Inggris pada tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett (Metcalf
dan Eddy, 1991). Dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa
mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara aerobik.
Istilah lumpur aktif diterapkan baik pada proses maupun padatan biologis di
dalam unit pengolahan.
Proses Pengolahan Lumpur Aktif
Limbah yang datang
dari segala macam aktifitas akan ditampung kedalam bak penyaring. Bak
penyaring berfungsi sebagai penyaring kotoran padat dan sampah yang dapat
mengganggu proses peralatan. Selanjutnya menuju ke bak equalizing, bak
equalizing berfungsi sebagai penampung dalam proses awal agar kualitas air
rata dan teratur.
Selanjutnya limbah cair dimasukkan
ke dalam tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan mikroorganisme
yang aktif (lumpur aktif). Mikroorganisme inilah yang melakukan penguraian dan
menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik.
Oksigen yang
dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara
memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower. Selanjutnya,
campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki
sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant
dikeluarkan sebagai effluen dari proses.
Sebagian besar
lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut dikembalikan ke
tangki aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi mikroorganisme dalam
tangki aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.
Metode lumpur aktif memanfaatkan
mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri dan sisanya protozoa, rotifer, dan jamur)
sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah.
Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada
proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi
proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang dilengkapi recycle/umpan
balik lumpur dan cairannya. Lumpur secara aktif mereduksi substrat yang
terkandung di dalam air limbah.
Tahapan-tahapan pengolahan air limbah
dengan metode lumpur aktif secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Tahap awal
Pada tahap ini dilakukan pemisahan
benda-benda asing seperti kayu, bangkai binatang, pasir, dan kerikil. Sisa-sisa
partikel digiling agar tidak merusak alat dalam sistem dan limbah dicampur agar
laju aliran dan konsentrasi partikel konsisten.
2. Tahap primer
Tahap ini disebut juga tahap
pengendapan. Partikel-partikel berukuran suspensi dan partikel-partikel ringan
dipisahkan, partikel-partikel berukuran koloid digumpalkan dengan penambahan
elektrolit seperti FeCl3, FeCl2, Al2(SO4)3,
dan CaO.
3. Tahap sekunder
Tahap sekunder meliputi 2 tahap yaitu
tahap aerasi (metode lumpur aktif) dan pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen
ditambahkan ke dalam air limbah yang sudah dicampur lumpur aktif untuk
pertumbuhan dan berkembang biak mikroorganisme dalam lumpur. Dengan agitasi
yang baik, mikroorganisme dapat melakukan kontak dengan materi organik dan
anorganik kemudian diuraikan menjadi senyawa yang mudah menguap seperti H2S
dan NH3 sehingga mengurangi bau air limbah. Tahap selanjutnya
dilakukan pengendapan. Lumpur aktif akan mengendap kemudian dimasukkan ke
tangki aerasi, sisanya dibuang. Lumpur yang mengendap inilah yang disebut
lumpur bulki.
4. Tahap tersier
Tahap ini disebut tahap pilihan. Tahap
ini biasanya untuk memisahkan kandungan zat-zat yang tidak ramah lingkungan
seperti senyawa nitrat, fosfat, materi organik yang sukar terurai, dan padatan
anorganik. Contoh-contoh perlakuan pada tahap ini sebagai berikut:
a.
Nitrifikasi/denitrifikasi
Nitrifikasi
adalah pengubahan amonia (NH3 dalam air atau NH4+)
menjadi nitrat (NO3-) dengan bantuan bakteri aerobik.
Reaksi:
2 NH4+(aq)
+ 3 O2(g) 2 NO2-(aq)
+ 2 H2O(l) + 4 H+(aq)
2 NO2- (aq)
+O2(g) 2 NO3-
(aq)
Denitrifikasi adalah reduksi nitrat
menjadi gas nitrogen bebas seperti N2, NO, dan NO2.
Senyawa NO3 gas nitrogen bebas
b. Pemisahan
fosfor
Fosfor
dapat dipisahkan dengan cara koagulasi/ penggumpalan dengan garam Al dan Ca,
kemudian disaring.
Al2(SO4)3+14H2O(s)
+ 2 PO43-(aq)
2 AIPO4(s) + 3 SO42-(aq)
+ 14 H2O(l)
5 Ca(OH)2(s) + 3 HPO42-(aq)
Ca5OH(PO4)3(s) + 6 OH-(aq)
+ 3 H2O(l)
c. Adsorbsi oleh karbon aktif untuk
menyerap zat pencemar, pewarna, dan bau tak sedap.
d. Penyaringan mikro untuk memisahkan
partikel kecil seperti bakteri dan virus.
e. Rawa buatan untuk mengurai materi
organik dan anorganik yang masih tersisa dalam air limbah.
5. Disinfektan
Disinfektan ditambahkan pada tahap ini
untuk menghilangkan mikroorganisme seperti virus dan materi organic penyebab
bau dan warna. Air yang keluar dari tahap ini dapat digunakan untuk irigasi
atau keperluan industri, contoh: Cl2. Reaksi: Cl2(g)
+ H2O(l) HClO(aq)
+ H+(aq) + Cl-(aq)
6. Pengolahan padatan lumpur
Padatan lumpur dari pengolahan ini dapat
diuraikan bakteri aerobik atau anaerobik menghasilkan gas CH4 untuk
bahan bakar dan biosolid untuk pupuk.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya metode
lumpur aktif menemui kendala-kendala seperti:
1. Diperlukan areal instalasi pengolahan
limbah yang luas, karena prosesnya berlangsung lama.
2. Menimbulkan limbah baru yakni lumpur bulki
akibat pertumbuhan mikroba berfilamen yang berlebihan.
3. Proses operasinya rumit karena
membutuhkan pengawasan yang cukup ketat.
Berdasarkan berbagai penelitian,
kelemahan metode lumpur aktif tersebut dapat diatasi dengan cara:
Menambahkan biosida,
yaitu
H2O2 atau klorin ke dalam unit aerasi. Penambahan 15 mg/g
dapat menghilangkan sifat bulki lumpur hingga dihasilkan air limbah olahan
cukup baik. Klorin dapat menurunkan aktivitas mikroba yang berpotensi dalam
proses lumpur aktif.
Konsep Redoks dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah lingkungan dan
kehidupan sehari-hari. Salah satu penerapan Konsep Redoks adalah pengolahan air
kotor atau limbah dengan metode lumpur aktif. Lumpur adalah materi yang tidak
larut yang selalu nampak kehadirannya di dalam setiap tahap pengolahan, tersusun
oleh serat-serat organik yang kaya akan selulosa dan di dalamnya terhimpun
kehidupan mikroorganisme. Lumpur aktif adalah lumpur yang kaya dengan bakteri
aerob, yaitu bakteri yang dapat menguraikan limbah organik dengan cara
mengalami biodegradasi.
Pada metode lumpur aktif terjadi reaksi
oksidasi untuk pertumbuhan bakteri aerob dan terjadi reaksi reduksi pada
substrat (buangan). Bakteri aerob mengubah sampah organik dalam air limbah menjadi bio massa
dan gas CO2. Sementara nitrogen organik diubah menjadi amonium dan
nitrat, fosforus organik diubah menjadi fosfat. Biomassa hasil degradasi tetap
berada dalam tangki aerasi hingga bakteri melewati masa pertumbuhan cepatnya.
Setelah itu akan mengalami flokulasi membentuk padatan yang lebih mudah mengendap.
Dari tangki pengendapan, sebagian lumpur dibuang, sebagian lain disirkulasikan
ke dalam tangki aerasi.
Kombinasi antara bakteri dalam konsentrasi tinggi dan
lapar (dalam lumpur yang disirkulasi) dengan jumlah nutrien yang banyak (dalam
air kotor) , memungkinkan penguraian dapat berlangsung dengan cepat. Peruraian
dengan metode lumpur aktif hanya memerlukan beberapa jam, jauh lebih cepat
dibandingkan dengan peruraian serupa yang terjadi secara alami dalam selokan
atau air sungai
\^_^/