PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BERBURU
HINGGA MUNCULNYA MASYARAKAT PERTANIAN DI INDONESIA
|
|
|
|
Kelompok 4
Andi akhmad (03)
Diaztika Cahya Sari (10)
Wuri Ayu Puspita Sari (30)
Yolanda Putri Aqillasari (32)
|
|
2/27/2013
|
|
Ketika saya nge-post postingan ini, sekarang saya sudah dudukdi bangku kuliah. jujur saya rindu dengan mereka yang membuat tugas sejarah ini bersama - sama saya. Semoga mereka menjadi orang yang sukses termasuk saya jug dan semoga kelak kami dipertemukan dalam keadaan yang membahagiakan, Ya Allah pertemukan kami dalam keadaan sukses materi maupun rohani. Aamiin.
Kehidupan
Manusia Purba Masa Berburu dan Meramu
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, di Indonesia sudah
ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam,
utamanya di gua-gua, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap
sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
1) Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat
untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai
penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia
Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula
bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan terpaksa menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah
kacang-kacangan, mentimuri, umbi-umibian dan biji-bijian, seperti padi, dan
sebagainya.
2) Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala
Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa,
gajah, dan badak, untuk dimakan.
Di bagian Barat dan utara ada sekelompok populasi dengan
ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid.
Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi
dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ke timur lagi, yaitu di Nusa
Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
3) Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Fos
Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak
genggam Sumatera Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia
Tenggara sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Law Semanding Tuban, di Gua
Petpuruh utara Prajekait dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak gengga Sumatera ditemukan
di daerah pesisir Sumater Utara, yaitu di LhokSeumawe, Binjai, dan Tamiang..
4) Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atap gua-gua payung yang dekat
dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang,
siput, dat sebagainya. Mereka membuat lukisan lukisan di dinding gua, yang
menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
Ciri-Ciri Kehidupan Pada Masa Berburu dan Meramu & Ciri
- Ciri Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam
Ciri-Ciri Kehidupan Pada Masa Berburu dan Meramu
Kehidupan
berpindah-pindah (nomaden)
Bahan makanan
tergantung pada alam (food cathering)
Tinggal di gua-gua
tepi pantai.
Sudah ada
pembagian tugas.
Alat/perkakas
terdiri dari batu berbentuk kapak perimbas dan kapak genggam
Ciri - Ciri Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam
Hidupnya sudah
menetap (sedenten).
Bahan makanannya
hasil dari bercocok tanam (food producing).
Sudah mulai
mengenal hidup bergotongroyong, dipimpin kepala suku.
Sudah mengenal
perdagangan barter.
Alat pertaniannya terdiri dari kapak persegi
dan kapak lonjong.
MASA
PERALIHAN
Masa
peralihan diperkirakan terjadi pada zaman Batu Tengah (Mezolithikum). Pendukung
masa ini adalah jenis Homo Sapiens bdari ras Papua Melanesoid. Di masa ini
manusia purba mulai menerapkan sistem bercocok yanam, dengan kata lain mereka
menerapkan sistem ladang berpindah. Mereka masih menerapkan pola hidup berburu,
menangkap ikan, dan mengumpulkan makanan. Manusia purba mulai mengenal api
untuk memasak, penerrangan, penghangat, dan menghalau binatang, Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya Kyokkenmodinger dan abris sous roche
3. MASA MENETAP dan BERCOCOKTANAM
Masa
ini disebut juga dengan food producing, kehidupan masyarakat menetap, bertani,
beternak, dan memproduksi barang. Hidup menetap dan bercocoktanam terjadi pada
masa Neolithikum. Hasil panenan tidak dapat disimpan lama karena belum mengenal
teknologi pengawetan makanan.
Karena hidup menetap masyarakat telah m,enghasilkan alat-al;at yang lebih halus dan baik untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaannya. Hasil kebudayaannya yang berupa alat-alat kehidupan sehari-hari, seperti kapak persegi, beliung persegi, dan anak panaah serta perhiasan telah dibuat dan diasah dengan halus dan bentuknya seperti yang ada sekarang, tembikar dan kulit kerang.
Karena hidup menetap masyarakat telah m,enghasilkan alat-al;at yang lebih halus dan baik untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaannya. Hasil kebudayaannya yang berupa alat-alat kehidupan sehari-hari, seperti kapak persegi, beliung persegi, dan anak panaah serta perhiasan telah dibuat dan diasah dengan halus dan bentuknya seperti yang ada sekarang, tembikar dan kulit kerang.
Kapak
persegi digunakan, antara lain untuk memotong daging binatang hasil buruannya,
menebang pohon dan membuat perahu. Beliung persegi atau cangkul berfungsi untuk
mengerjakan ladang atau sawah, sedangkan tanah atau pahat untuk
mengukir/memahat kayu. Anak panah untuk memanah binatang buruan. Adapun
perhiasan yang dibuat dari masa menetap dan bercocoktanam ini umumnya terbuast
dari batu, tembikar dan kulit kerang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa selain membuat peralatan dan perhiasan,
manusia dari zaman hidup Menetap dan bercocoktanam ini telah mengenal pakaian
1. Kehidupan
mereka sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantab.
2. Mereka
sudah mengenal bercocok tanam secara baik.
3. Mereka
sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka atau
disebut dengan menghasilkan makanan (Food Producing). Mereka disamping berburu
dan menangkap ikan juga telah memelihara b inatang-binatang jinak, seperti
anjing, babi, dan kerbau. Binatang0binatang tersebut bukan saja dipelihara
untuk keperluan konsumsi, tetapi juga untuk dapat dipakai sebagai binatang
korban.
4. Alat-alat
yang dibuat dari batu lebih halus dan macamnya lebih banyak, seperti kapak,
tombak, panah dan lain-lain. Bahkan, mereka telah berhasil membuat perhiasan
dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
5. Peradaban
mereka sudah lebih maju dan membuat alat-alat rumah tangga yang blebih baik
serta telah mengenal seni.
MASA PERUNDAGIAN
Masa perundagian terjadi ketika masa
prasejarah. Perundagian adalah tempat di mana orang – orang yang ahli dalam
membuat barang – barang atau alat – alat dari logam. Logam disebut juga undagi.
Dalam perkembangan teknologi awal, masyarakat awal
Indonesia mulai mengenal peralatan – peralatan atau benda – benda yang berasal
dari logam, berupa logam campuran yang disebut logam perunggu. Logam perunggu
ini merupakan campuran antara logam tembaga dengan logam timah. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan benda – benda yang berasal dari perunggu di beberapa
wilayah di Indonesia.
A. Kehidupan
sosial pada masa perundagian
1. Jumlah
penduduk semakinbertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian
dan perternakan semakin maju mereka memiliki pengalaman dalam bertani
dan berternak, sertamengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
2. Mereka
memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan
memperhitungkan musim tanam dan musim
panen.
3. Dengan
diterapkan sistem persawahan, maka pembagian waktu dan kerja semakin ditetapkan
4. Dalam
masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil
untuk melakukan pekerjaan sepertipembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda
logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat.
5. Dari segi
sosial, kehidupanmasyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian
kerja yang baik berdasarkankemampuan yang dimiliki masing-masing individu.
6. Pembagian
kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
B. Kehidupan
budaya pada masa perundagian
1. Masyarakat zaman ini telah
menunjukkantingkat budaya yang tinggi, terlihat dari berbagai bentuk benda senidan upacara yang ditemukan. Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat perundagian memiliki ketrampilan
yang tinggi.
2. Zaman ini ditandai dengan
pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan
teknologi. Mereka menemukanteknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia
yang menggunakan logamuntuk memenuhi perkakas
hidupnya.
3. Pada zaman perunggu, orang dapat
memperolehjenis logam yang lebih keras daripada
tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnyasudah mengenal
teknologi peleburan dan pencampuran
logam.
4. Pada zaman besi, manusia logam
telah menemukan logamyang jauh lebih keras lagi
dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini lebih sempurna daripada sebelumnya.
Kemampuan membuat benda- benda jauh lebih tinggi
tingkatannyadibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan
sistempemanasan, pencetakan
logam, pencampuran logam dan penempaan
logam.
5. Pada
zaman perundagian peralatan gerabah masih ditemukandengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa
peranan alat-alat dari gerabah tersebut
tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari logam.
C. Teknologi
1. Teknologi dapat dilihat dari
pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihatpada masa pembuatan alat-alat dari
logam. Hal ini disebabkankarena teknik
yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik pembuatan logam di daratan China.
2. Logam digunakan sebabpenggunaan
alat bercocok tanam dari logam lebih efisien serta
memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari
batu.
3. Teknik yang digunakan pada masa
itu ada dua, yaitu :
a.Teknik bivalve, yaitu cetakan yang
terdiri dari dua bagian, kemudian diikat dan ke dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan
tersebut kemudian dilepas dan
jadilah barang yang dicetak.
b.Teknik a cire perdue (membuat model
benda dari lilin). Benda yang akan dicetak dibuat
dari lilin atau sejenisnya, kemudia dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang. Setelah itu dibakar,maka lilin
akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi dengan cairan perunggu , sesudah dingin perunggu membeku dan
tanah liat dibuang maka jadilah
barang yang dicetak.
D. Sistem
kepercayaan masyarakat Indonesia pada zaman prasejarah
1. Animisme
adalah kepercayaan bahwa setiap benda baik mati maupun hidup memiliki roh atau jiwa. Kepercayaan memuja
roh nenk moyang masih dilakukan hingga
sekarang, misalnya tradisi masyarakat Megalithikum di Pulau Nias.
2. Dinamisme
adalah kepercayaan padabenda-benda yang memiliki kekuatan gaib. Misalnya pohon
besar,batu besar, gunung, dan senjata. Mereka masih memuja benda- benda
tersebut agar mendapatkan kekuatan. Kepercayaan ini terus berkembang
hingga sekarang, misal benda pusaka seperti keris dan tombak yang dipandang memiliki kekuatan gaib yang dapat
menghancurkan musuh, mendatangkan ketentraman, dan meminta tumbal.
3. Totenisme
yaitu kepercayaan bahwa binatang-binatang memiliki roh. Dengan demikian, masyarakat Purba menganggap binatang tertentu memiliki kekuatan gaib. Binatang tersebut antara lainadalah
harimau, gajah, buaya, ular, dll.
Sebelum
pengaruh Hindu Budha, terdapat sepuluh kemampuan asli masyarakat Indonesia.
Kemampuan tersebut sebagai berikut
a. Kemampuan berlayar
Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan,
mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau sehingga untuk
sampai kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis perahu yang
dipergunakan adalah perahu bercadik yaitu perahu yang digunakan ras bangsa Austronesia datang ke Indonesia
dan menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
b.
Mengenal
Astronomi
Pengetahuan
astronomi diperlukan dalam pelayaran di malam hari. Mereka menggunakan rasi
bintang pari atau bintang gubug penceng. Selain itu mereka juga menggunakan
astronomi untuk mengetahui datangnya musim bagi pertanian.
c.
Kepandaian
Bersawah
Kepandaian
bersawah dimulai sejak memasuki masa Menetap dan Bercocok Tanam (Food Producing). Sistem pertanian yang
dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah perladangan, yang hanya
mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah
tempat.
Selanjutnya
masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan untuk menanam padi. Sistem
sawah menuntut pengaturan air yang baik (irigasi). Untuk itu mereka sudah
melakukan dengan membuat saluran.
d.
Mengatur
Masyarakat
sistem kemasyarakatan terus mengalami
perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan
masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok
sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing
kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum
yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum
dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam kehidupan yang
demokratis.
e.
Aktifitas
Perdagangan
Perdagangan
dilakukan dengan sistem barter, hal tersebut terjadi karena setiap wilayah
/orang masih bisa memproduksi/menanam satu hal, dan tidak bisa mengupayakan
yang lainnya. Akibatnya mereka saling membutuhkan maka terjadi barter.
f.
Kesenian
Wayang
Kesenian wayang
merupakan kesenian yang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Wayang
berasal dari kata “ayang-ayang” dalam Bahasa Indonesia berarti bayang-bayang.
Boneka-boneka
perwujudan roh nenek moyang, dimainkan oleh dalang pada malam
hari. Dengan menempatkan lampu di belakang dan tirai didepannya, anak
cucu menyaksikan bayangan itu dari balik tirai. Roh nenek moyang yang
masuk pada dalang menyuarakan suara nenek moyang yang berisi nasehatnasehat
kepada anak cucu. Kata bayang dalam bahasa Indonesia, menjadi
wayang dalam bahasa Jawa. Setelah pengaruh Hindu masuk, nasihat dan kisah nenek moyang tersebut diganti dengan cerita dari Mahabharata dan Ramayana yang lebih menarik. Fungsinya sebagai pertunjukan, sehingga penonton melihatnya dari depan tirai.
perwujudan roh nenek moyang, dimainkan oleh dalang pada malam
hari. Dengan menempatkan lampu di belakang dan tirai didepannya, anak
cucu menyaksikan bayangan itu dari balik tirai. Roh nenek moyang yang
masuk pada dalang menyuarakan suara nenek moyang yang berisi nasehatnasehat
kepada anak cucu. Kata bayang dalam bahasa Indonesia, menjadi
wayang dalam bahasa Jawa. Setelah pengaruh Hindu masuk, nasihat dan kisah nenek moyang tersebut diganti dengan cerita dari Mahabharata dan Ramayana yang lebih menarik. Fungsinya sebagai pertunjukan, sehingga penonton melihatnya dari depan tirai.
g.
Kesenian
Batik.
Batik merupakan
kerajinan membuat gambar pada kain dengan alat yang disebut canting.
Lilin yang dicairkan disendok dengan canting dan melalui ujung canting itu keluarlah lilin yang dititik-titikkan pada kain. Dari titik-titik itu diperoleh gambaran pada kain. Bagian kain yang tidak diberi
lilin akan menjadi merah bila kain itu dicelupkan ke dalam air soga. Kemudian
ada bagian yang dihilangkan dan akan menjadi biru bila kain itu direndam
dalam air nila. Akhirnya bila kain itu dimasukkan dalam air panas maka
sisa lilin akan larut, sehingga diperoleh warna putih, biru dan merah. Untuk
mempercepat gambaran pada kain digunakan cap sebagai alat.
Lilin yang dicairkan disendok dengan canting dan melalui ujung canting itu keluarlah lilin yang dititik-titikkan pada kain. Dari titik-titik itu diperoleh gambaran pada kain. Bagian kain yang tidak diberi
lilin akan menjadi merah bila kain itu dicelupkan ke dalam air soga. Kemudian
ada bagian yang dihilangkan dan akan menjadi biru bila kain itu direndam
dalam air nila. Akhirnya bila kain itu dimasukkan dalam air panas maka
sisa lilin akan larut, sehingga diperoleh warna putih, biru dan merah. Untuk
mempercepat gambaran pada kain digunakan cap sebagai alat.
h.
Seni
Gamelan
Agar pertunjukan
wayang dapat dimainkan, maka perlu dibantu oleh
gamelan sebagai alat musik. Beberapa alat gamelan adalah gong, bonang,
gambang, rebab, saron dan gendang.
gamelan sebagai alat musik. Beberapa alat gamelan adalah gong, bonang,
gambang, rebab, saron dan gendang.
i.
Sistem
Macapat
Macapat artinya
tatacara yang didasarkan pada jumlah empat, dengan
pusat terletak ditengah.Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang
dikuasai. Di pusat yang demikian terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di
empat penjuru alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting
seperti kraton, tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Susunan demikian
masih banyak dijumpai di kota-kota lama. Coba amati lingkungan kota yang
ada di sekitar Anda!
pusat terletak ditengah.Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang
dikuasai. Di pusat yang demikian terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di
empat penjuru alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting
seperti kraton, tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Susunan demikian
masih banyak dijumpai di kota-kota lama. Coba amati lingkungan kota yang
ada di sekitar Anda!
j.
Membuat
Kerajinan
Dengan adanya waktu luang saat menunggu hasil panen, ada upaya
untuk membuat kerajinan tangan, misalnya gerabah, manik-manik, pakaian
dari kulit kayu/kerang, anyaman dan perhiasan. Bahkan pada zaman logam
usaha kerajinan perundagian makin berkembang.
Dengan adanya waktu luang saat menunggu hasil panen, ada upaya
untuk membuat kerajinan tangan, misalnya gerabah, manik-manik, pakaian
dari kulit kayu/kerang, anyaman dan perhiasan. Bahkan pada zaman logam
usaha kerajinan perundagian makin berkembang.