dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa dan pelanggaran norma

Tags


ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma yang berlaku di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasi dengan pendekatan Ex Post Facto dan survey. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan angket sebagai teknik pokok. Analisis data menggunakan chi kuadrat.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa: (1) Terdapat Dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap prilaku siswa melanggar norma-norma yang berlaku di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah (2) Dampak negatif perilaku remaja: Dalam menggunakan media informasi dan komunikasi, yang melanggar norma susila  menyebarluaskan gambar atau video yang tidak pantas. Dalam perilaku sehari-hari: Cara berpakaian yang tidak sesuai dengan norma susila dan norma agama, hubungan dengan orang dewasa.


Kata kunci: dampak negatif, globalisasi, budaya, remaja, perilaku siswa, pelanggaran, norma-norma
























NEGATIVE IMPACT OF ADULT CULTURE GLOBALIZATION TOWARD STUDENT BEHAVIOR THAT BREAK NORMS IN
SENIOR HIGH SCHOOL 1 TULANG BAWANG TENGAN

(Joko Adi Saputra, Adelina Hasyim dan Hermi Yanzi)


ABSTRACT


The aimed of this research was to know how negative impact of adult culture globalization toward student behavior that break norms in Senior High School 1 Tulang Bawang Tengah. Method used descriptive correlation with Ex Post Facto and survey approach. Data collecting used inquiry as the main technique. Data analyses used chi quadrate.

Based on result analyses got result that: (1) there was negative impact adult culture globalization toward student behavior that break norms in Senior High School 1 Tulang Bawang Tengah (2) the negative impact of adult behavior: by using information and communication media that break morality norms overspread off-color picture or video. In daily behavior: manner dresses inappropriate with morality and religious norm, connection with adult.


Key word: negative impact, globalization, culture, adult, student behavior,
       break, Norms.
















PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.

Pengaruh globalisasi meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. diantaranya yang menjadi pengaruh positif dari globalisasi adalah semakin cepatnya penguasaan teknologi oleh kalangan remaja. Tidak dapat dipungkiri, salah satu hal positif yang cukup baik sebagai dampak globalisasi di bidang teknologi adalah semakin cepatnya penguasaan teknologi oleh kalangan muda. Maka dapat dibandingkan dengan golongan generasi terdahulu yang sampai saat ini tidak jarang yang masih belum dapat menggunakan fasilitas teknologi. Akan tetapi berbeda dengan kalangan muda sekarang, internet telah melahirkan para remaja yang cakap dalam penguasaan berbagai bidang teknologi. Penguasaan teknologi akan memberikan dampak kemudahan terhadap sistem kehidupan manusia.

Masa-masa remaja dapat dikatakan masa yang paling menyenangkan. Kebanyakan remaja masih memiliki sifat cenderung labil atau cenderung mengikuti perkembangan di sekitarnya. Anggapan bahwa pada masa remaja, dapat dengan bebas melakukan apa yang disuka. Jika tidak mengikuti perkembangan, berarti tidak modern atau ketinggalan zaman. Dengan sikap seperti itu, akan lebih banyak dampak globalisasi yang mereka dapatkan secara tidak sadar. Baik itu dampak positif maupun negatif.
SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah yang telah menjalankan disiplin dan memberikan lebih banyak kebebasan kepada siswa pun masih banyak kasus-kasus pelanggaran yang terjadi terhadap peraturan sekolah yang diberlakukan, maka masih terdapat norma-norma yang harus dipahami dan ditaati oleh semua pihak. Karena tanpa disiplin, kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan baik. Pelanggaran masih akan terjadi apabila isyarat-isyarat itu tidak dipahami atau tidak diterima baik karena komunikasi antara kedua belah pihak tidak serasi.
Hal utama yang perlu diperhatikan berkaitan dengan persoalan norma di sekolah adalah norma sekolah tidak boleh bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mencermati dan mengetahui norma-norma yang ada di masyarakat. Lebih jauh, perlu adanya komunikasi dan interaksi aktif antara pihak sekolah dan masyarakat secara berkesinambungan untuk menyesuaikan dan menyepakati norma-norma dan nilai-nilai bersama.
Adapun nilai-nilai dan norma kelakuan yang berlaku di kalangan siswa yang telah didorong oleh pengaruh globalisasi biasanya siswa merasa dirinya kompak, yakni bersatu-padu terhadap siswa sekolah atau kelas lain, bahkan juga kompak terhadap guru. Perkelahian dengan sekolah lain sering terjadi karena rasa kekompakan atau solidaritas ini. Bila salah seorang murid dihina atau ditantang menurut tafsiran mereka, seluruh kelas atau sekolah berdiri di belakangnya. Mereka lebih dikuasai oleh emosi subjektif daripada pikiran rasional yang objektif. Teman sendiri selalu pada pihak yang benar dan sekolah lain sudah pasti pihak yang bersalah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah bahwa di sekolah ini terdapat siswa yang bermain secara kelompok-kelompok atau biasa disebut dengan geng. Terdapat juga seragam siswa yang sengaja diubah sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti tren masa kini, misalnya celana dibuat seperti celana jeans, alasan mereka bermacam-macam salah satunya agar mereka nyaman memakainya dan terlihat modis. Dan pada saat pelajaran berlangsung ada saja siswa yang memainkan HP-nya di kelas. Hal ini bukan sepenuhnya kesalahan siswa, namun seluruh elemen dalam bidang pendidikan pun harus berbenah.

Berikut adalah data tentang pelanggaran tata tertib sekolah di kelas X SMA N 1 Tulang Bawang Tengah pada bulan Januari sampai bulan Maret tahun pelajaran 2011/2012.

Tabel 1. Data pelanggaran tata tertib sekolah di kealas X SMA N 1 Tulang Bawang Tengah pada bulan Januari sampai bulan Maret tahun pelajaran 2011/2012.

No
Kelas
Jenis Pelanggaran  
  Seragam Sekolah Datang Terlambat Penggunaan HP di Kelas Jumlah  
1 X1 8 22 11 41  
2 X2 9 20 8 41  
3 X3 10 21 10 41  
4 X4 8 20 9 41  
5 X5 10 21 8 42  
Jumlah 45 104 46 206
Sumber: Data Guru BK
Berdasarkan tabel 1 di atas maka diperoleh gambaran ketidakpatuhan siswa, terdapat 45 siswa melakukan pelanggaran terhadap ketidakpatuhan penggunaan seragam sekolah hal ini dipengaruhi oleh media tayangan televisi dan pengaruh budaya yang kebarat-baratan, sehingga siswa meniru gaya pakaian yang ditayangkan di televisi seperti pakaian yang kurang sopan/pantas untuk dikenakan oleh siswa. Terdapat 104 siswa datang terlambat ke sekolah hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, bahwa siswa kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan dari orang tua untuk pengaturan jadwal belajar dan istirahat baik di rumah dan di sekolah. Faktor eksternal dipengaruhi oleh pergaulan di lingkungan tempat siswa tinggal. Sebagai bagian dari unsur globalisasi itu sendiri penggunaan alat komunikasi di dalam kelas dan pada saat waktu belajar sangat mengganggu konsentrasi siswa. Siswa juga sering lupa waktu pada saat bermain di warnet.

Berdasarkan uraian di atas dan kenyataan yang terjadi di SMA N 1 Tulang Bawang Tengah, peneliti tertarik untuk mengambil judul skripsi tentang “Pengaruh Dampak Negatif Globalisasi Budaya Remaja terhadap Perilaku Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Tinjauan Pustaka
Konsep Globalisasi
Istilah globalisasi berhubungan dengan keterkaitan antarbangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang globalisasi.

Menurut A.G. MC Gew (1996:138) globalisasi merupakan proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.
Menurut Selo Soemardjan (2002:70) “globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa globalisasi merupakan fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan tekhnologi yang sangat cepat

Berdasarkan definisi globalisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang membawa konsekuensi penting, sehingga terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama yang menjadikan dunia mengecil dari segi perhubungan manusia.

Pengertian Budaya
Menurut Koentjaraningrat dalam Prawironegoro Darsono (2010:123) Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang berarti budi atau akal. Kebudayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan akal, atau kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Kebudayaan atau culture berasal dari kata latin colere artinya mengolah tanah atau segala tindakan untuk mengelola alam. Karena manusia adalah bagian dari alam, maka kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha manusia mengolah lingkungan alam dan sosial atau usaha manusia mengolah lingkungan hidupnya.

E.B. Taylor (1871) mencoba mendefinisikan yang diterjemahkan oleh Soerjono Soekanto (2002:172) bahwa “ kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Imran Manan dalam Pidarta Made (2007:164-165) mengemukakan bahwa “kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia dan anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan lain-lain kepandaian.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat merupakan keseluruhan hasil karya, rasa, dan cipta manusia dalam hidup bermasyarakat.

Pengertian Remaja
Menurut Anna Freud dalam buku Ny. Singgih dan Singgih Gunarsa (1984:84). Masa remaja merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan di mana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi dari pada ego, dalam hubungan dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya.

Menurut Soerjono Soekanto (2000:414) “masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke arah dewasa. Di mana dapat diketahui masa remaja adalah masa yang dinilai sangat berbahaya, karena didalam periode ini, seseorang meninggalkan tahap kedewasaan yang dimana masa ini juga dapat dirasakan oleh para remaja sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan melanggarkan kepribadiannya melanggar mengalami pembentukan”.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju kearah dewasa, perubahan yang dialami remaja ini dapat dilihat dari segi biologik, psikologik pada masa remaja juga mengalami perkembangan kepribadian, perkembangan kognitif maupun perkembangan moral. Rentang usia remaja yaitu antara 11-24 tahun dan belum menikah dan secara fisik remaja perempuan telah mengalami perubahan-perubahan contohnya perubahan pada anggota-anggota badannya mulai dari perubahan-perubahan tulang-tulang seperti badan menjadi sangat melanggar.

Pengertian Norma
Pengertian norma secara umum adalah kaidah/pedoman/aturan atau ketentuan untuk mengatur hubungan antar individu dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Hans Kelsen dalam Akhmad Sudrajat (2008:2) menyatakan bahwa “Norma adalah perintah yang tidak personal dan anonim (an impersonal and anonymous "command" - that is the norm)”.

Robert M.Z. Lawang dalam Akhmad Sudrajat (2008:2) menyebutkan bahwa “Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu. Norma memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan itu akan dinilai oleh orang lain. Norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa norma adalah patokan perilaku yang anonim dalam suatu kelompok tertentu yang telah disepakati dalam pelaksanaannya agar hubungan di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Norma - norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud : perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang baik. Melanggarkan larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat - akibatnya dipandang tidak baik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dampak negatif globalisasi terhadap perilaku siswa yang melanggar norma-norma yang berlaku di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan Ex Post Facto dan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah semester genap tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 153 siswa. Jumlah sampel yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 20%. Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 20% x 153 = 30,6 dibulatkan 30. Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pokok yaitu angket/kuisioner, dan teknik penunjang yaitu dokumentasi, dan teknik wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penyajian data dampak negatif globalisasi budaya remaja, setelah daftar angket terkumpul dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:

Data dampak negatif globalisasi budaya remaja

No Interval Frekuensi Persentase Kategori  
1.
2.
3. 24 – 28
29 – 33
34 – 38 2
15
13 7%
50%
43% Kurang Berpengaruh
Berpengaruh
Sangat Berpengaruh  
Jumlah 30 100%
Sumber : Analisis data hasil penelitian 2012.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat dapat diketahui bahwa sebanyak 2 responden atau 7% siswa menunjukkan kategori kurang berpengaruh dalam terpengaruh dampak negatif globalisasi budaya remaja, sebanyak 15 responden atau 50% siswa mempunyai kategori berpengaruh dalam terpengaruh dampak negatif globalisasi budaya remaja, dan sebanyak 13 responden atau 43% siswa mempunyai kategori sangat berpengaruh dalam terpengaruh dampak negatif globalisasi budaya remaja.

Data Perilaku siswa melanggar norma-norma.

No Interval Frekuensi Persentase Kategori  
1.
2.
3. 19 – 22
23 - 26
27 - 30 7
18
5 23%
60%
17% Kurang Melanggar
Melanggar
Sangat Melanggar  
Jumlah 30 100%
Sumber : Analisis data hasil penelitian 2012.
Berdasarkan hasil analisis data tabel, dapat dapat diketahui bahwa sebanyak 7 responden atau 23% siswa menunjukkan kategori kurang melanggar dalam perilaku siswa melanggar norma-norma, sebanyak 18 responden atau 60% siswa menunjukkan kategori melanggar dalam perilaku siswa melanggar norma-norma, dan sebanyak 5 responden atau 17% siswa menunjukkan kategori sangat melanggar dalam perilaku siswa melanggar norma-norma.

Pembahasan
Berdasarkan data hasil sebaran angket kepada 30 responden yang berisikan 25 soal pertanyaan angket  tentang dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma yang berlaku di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012, maka peneliti akan menjelaskan keadaan dan kondisi yang sebenarnya sesuai dengan data yang diperoleh sebagai berikut:

Dampak negatif globalisasi budaya remaja lebih dominan pada kategori melanggar hal ini dikarenakan siswa dapat terpengaruh dampak negatif globalisasi budaya remaja melalui indikator penggunaan kata-kata yang tidak sopan dalam percakapan di kelas, bahasa yang tidak sopan dengan guru, sikap tanggung jawab siswa dalam proses belajar, dan pengaruh peer group (rekan kelompok). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus interval diperoleh hasil sebagai berikut:

Indikator penggunaan kata-kata yang tidak sopan dalam percakapan di kelas
Berdasarkan data hasil pengolahan angket penggunaan kata-kata yang tidak sopan dalam percakapan di kelas bahwa sebanyak 7 responden atau 23% siswa mempunyai kategori kurang melanggar. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah mampu menggunakan kata-kata yang sopan dalam percakapan di kelas. Faktor penyebabnya adalah siswa sudah mampu menempatkan dirinya dalam situasi formal ataupun non-formal baikpun itu dalam percapakan dengan temannya di sekolah. Hendaknya sikap tersebut dapat dipertahankan agar siswa tidak mudah terpengaruh dengan istilah-istilah yang tidak baik digunakan oleh kalangan tertentu misalnya artis yang telah menjadi trend saat ini. Para guru hendaknya memberikan bimbingan dan bekal pengetahuan kepada siswa agar dapat mempertahankan perilaku yang baik.

Sebanyak 11 responden atau 37% siswa mempunyai kategori melanggar. Hal tersebut dikarenakan siswa dapat menggunakan kata-kata yang tidak sopan di kelas. Faktor penyebabnya adalah siswa hanya terpengaruh dengan lawan bicaranya yang menggunakan bahasa yang tidak sopan sehingga siswa belum dapat melihat situasi tertentu baikpun itu di sekolah. Hendaknya siswa mampu menempatkan dirinya dan dapat memilah bagaimana dia harus bertindak baikpun itu saat berhadapan dengan teman sebayanya di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Para guru hendaknya memberikan pemahaman terhadap konsekuensi setiap perilaku yang tidak baik agar siswa dapat menyikapi setiap pengaruh budaya remaja yang ditimbulkan adanya dampak negatif dari globalisasi.

Sebanyak 12 responden mempunyai kategori sangat melanggar. Hal tersebut dikarenakan siswa menggunakan kata-kata yang tidak sopan di kelas. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap situasi formal dan non-formal dalam menggunakan kata-kata yang tidak sopan saat melakukan percakapan dengan temannya. Hendaknya siswa dapat melakukan kontrol terhadap penggunaan kata-kata dalam setiap percakapannya di kelas karena melihat kelas adalah lingkungan belajar yang harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dan tidak untuk berkata yang tidak baik. Para guru hendaknya dapat menanamkan nilai-nilai kesopanan kepada siswa dalam berhadapan dengan siapapun dengan penggunaan kata-kata yang tepat agar siswa dapat menggunakan kata-kata yang baik dalam percakapannya.

Demikian dapat disimpulkan bahwa memasuki era globalisasi sekolah harus mampu menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat. Kemampuan untuk berbicara bahasa asing adalah kriteria yang diminta masyarakat untuk memasuki era globalisasi. Maka dari itu diharapkan siswa dapat memahami dan memanfaatkan kemampuannya dalam berbicara bahasa asing dengan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa yang tidak sopan dengan guru
Berdasarkan data hasil pengolahan angket tentang bahasa yang tidak sopan dengan guru dapat dapat diketahui bahwa sebanyak 2 responden atau 7% siswa mempunyai kategori kurang melanggar. Hal ini dikarenakan siswa mampu berbahasa yang sopan dengan guru. Faktor penyebabnya adalah siswa mampu menggunakan bahasa yang tepat dengan guru. Hendaknya siswa dapat menggunakan bahasa yang sopan dengan guru baik lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Para guru hendaknya memberikan apresiasi kepada siswa yang berperilaku sopan agar melatih siswa melakukan hal yang baik.

Sebanyak 19 responden atau 63% siswa mempunyai kategori melanggar. Hal ini dikarenakan siswa dapat berbahasa yang tidak sopan dengan guru. Faktor penyebabnya adalah siswa kurang menghormati dan menghargai gurunya. Hendaknya siswa menghargai dan menghormati guru dengan berbahasa yang sopan. Para guru hendaknya memberikan contoh yang baik dalam menggunakan bahasa yang tepat pada proses pembelajaran.

Sebanyak 9 responden mempunyai kategori sangat melanggar. Hal ini dikarenakan siswa menggunakan bahasa yang tidak sopan dengan guru. Faktor penyebabnya adalah siswa tidak menghormati dan menghargai guru dengan menggunakan bahasa yang tidak sopan dengan guru. Hendaknya siswa dapat benar-benar memahami hakekatnya seorang guru agar siswa dapat mengerti bagaimana tugas dan fungsi seorang guru dalam dunia pendidikan. Para guru hendaknya dapat menyikapi dengan bijak setiap perilaku siswa baik itu perilaku yang menyenangkan ataupun perilaku yang tidak menyenangkan.

Demikian dapat disimpulkan bahwa memasuki era globalisasi setiap individu harus mampu menyiapkan diri untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat. Contohnya bahasa yang tidak sopan dan penggunaan kata-kata kasar. Maka dari itu diharapkan siswa dapat mengontrol diri dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap  tanggung jawab siswa dalam proses belajar
Berdasarkan data hasil pengolahan angket sikap tanggung jawab siswa dalam proses belajar, sebanyak 15 responden atau 50% siswa mempunyai kategori kurang melanggar. Hal ini dikarenakan siswa belum dapat bertanggung jawab dalam proses belajar. Faktor penyebabnya adalah kurangnya tanggung jawab siswa dalam proses belajar. Hendaknya siswa dapat bertanggung jawab dalam proses belajar. Para guru hendaknya memberikan latihan khusus kepada siswa dalam membangun sikap tanggung jawabnya di sekolah.

Sebanyak 9 responden atau 30% siswa mempunyai kategori melanggar. Hal ini dikarenakan siswa dapat bertanggung jawab dalam proses belajar. Faktor penyebabnya adalah siswa sudah cukup baik dalam menunjukkan sikap tanggung jawabnya pada proses belajar. Hendaknya siswa lebih dapat bertanggung jawab pada proses belajar dengan melanggar tata tetib sekolah, mengerjakan tugas dengan baik dan mempersiapkan kebutuhan sekolah dengan baik. Para guru hendaknya mengarahkan dan membimbing siswa agar lebih bertanggung jawab baik pada diri sendiri maupun terhadap pearturan yang berlaku.

Sebanyak 6 responden atau 20% mempunyai kategori sangat melanggar. Hal ini dikarenakan siswa sudah bertanggung jawab pada proses belajar. Faktor penyebabnya adalah siswa dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dalam proses pembelajaran. Hendaknya siswa dapat memberikan contoh dan membawa pengaruh yang berarti bagi siswa lain dalam bertanggung jawab pada proses pembelajaran. Para guru hendaknya dapat melatih siswa yang sudah dapat melaksanakan tanggung jawab untuk meneladankan dengan siswa lain dalam pergaulannya sehari-hari.
Demikian dapat disimpulkan bahwa sikap tanggung jawab siswa dapat dilihat dari adanya ketekunan dalam proses belajar dan melanggar setiap tata tertib dan peraturan yang berlaku di sekolah dengan baik. Maka dari itu diharapkan siswa dapat menerapkannya dengan penuh kesadaran dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku siswa melanggar norma-norma lebih dominan pada kategori melanggar hal ini dikarenakan siswa dapat melakukan perilaku melanggar norma-norma yang berlaku melalui indikator norma hukum, norma agama, dan norma kesopanan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan menggunakan rumus interval diperoleh hasil sebagai berikut:

Indikator Norma Hukum
Berdasarkan data hasil pengolahan angket norma hukum, sebanyak 13 responden atau 43% siswa mempunyai kategori kurang melanggar. Hal ini dikarenakan siswa tidak melakukan perilaku yang melanggar norma-norma yang berlaku, berarti siswa melanggar norma hukum yang berlaku. Faktor penyebabnya adalah siswa menjalankan dan melanggar norma hukum dengan baik. Hendaknya siswa dapat memberikan contoh yang baik kepada siswa lain dalam menjalankan dan melanggar norma hukum untuk meminimalkan perilaku yang melanggar norma-norma yang berlaku di sekolah. Para guru hendaknya dapat meneladankan perilaku yang melanggar norma hukum yang berlaku di sekolah.

Sebanyak 15 responden atau 50% siswa mempunyai kategori melanggar. Hal ini dikarenakan siswa dapat melakukan perilaku yang melanggar norma-norma di sekolah sehingga siswa belum dapat sepenuhnya melanggar norma hukum yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah kurangnya perilaku siswa yang menunjukkan kepatuhannya terhadap norma hukum yang berlaku di sekolah. Hendaknya siswa dapat memberikan kontribusi yang baik bagi diri sendiri dan sekolahnya dengan melanggar dan menjalankan norma-norma yang berlaku di sekolahnya. Para guru hendaknya memberikan pemahaman kepada siswa terhadap konsekuensi atau sanksi setiap peraturan atau norma-norma yang berlaku di sekolah.

Sebanyak 2 responden atau 7% mempunyai kategori sangat melanggar. Hal ini dikarenakan siswa telah menunjukkan perilaku yang melanggar norma-norma di sekolah sehingga siswa tidak melanggar norma hukum yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah sangat melanggarnya perilaku siswa melanggar norma hukum yang berlaku di sekolah. Hendaknya siswa dapat memahami dan menjalankan norma hukum yang berlaku di sekolah dengan baik. Para guru hendaknya dapat mempertimbangkan siswa-siswa yang telah melanggar norma hukum di sekolah agar tidak membawa pengaruh bagi siswa lain.

Demikian dapat disimpulkan bahwa globalisasi dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi membawa dampak terhadap angka pelanggaran dalam pelaksanaan norma hukum yang berlaku di sekolah, guru dan siswa diharapkan dapat bekerjasama dengan baik dalam menyikapinya setiap perubahan yang akan dan sudah terjadi.  

Indikator norma agama
Berdasarkan data hasil pengolahan angket norma agama, sebanyak 12 responden atau 40% siswa mempunyai kategori kurang melanggar. Hal ini dikarenakan siswa tidak menunjukkan perilaku melanggar norma agama yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah siswa melanggar dan menjalankan norma agama yang berlaku di sekolah dengan baik. Hendaknya siswa dapat mengajak siswa untuk tidak melakukan pelanggaran terhadap norma agama yang berlaku di sekolah. Para guru hendaknya meningkatkan pengaruhnya dalam membawa siswa pada hal-hal yang positif.

Sebanyak 14 responden atau 47% siswa mempunyai kategori melanggar. Hal ini dikarenakan siswa dapat melakukan pelanggaran terhadap norma agama yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah siswa belum dapat sepenuhnya menjalankan norma agama yang berlaku di sekolah. Hendaknya siswa dapat meningkatakan perilaku yang bertanggung jawab dalam melanggar norma agama yang berlaku di sekolah.

Sebanyak 4 responden atau 13% mempunyai kategori sangat melanggar. Hal ini dikarenakan siswa melakukan pelanggaran terhadap norma agama yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah siswa tidak menjalankan norma agama yang berlaku di sekolah. Hendaknya siswa dapat memahami hakikatnya norma agama itu sendiri sehingga dapat melanggar dan menjalankan norma agama yang berlaku di sekolah. Para guru hendaknya dapat memberikan pemahaman kepada siswa terhadap norma agama yang berlaku di sekolah.

Demikian dapat disimpulkan bahwa dalam era globalisasi dalam berbagai bidang diharapkan siswa dapat mengontrol dan membentengi dirinya dengan agama yang kuat agar tidak mudah terpengaruh seperti tidak memakai pakaian yang mengunbar aurat layaknya para artis, baikpun dengan aktifitas belajar yang padat selalu berusaha melakukan ibadah dengan tepat waktu, dan menjalin kerukunan antar umat beragama.

Indikator norma kesopanan
Berdasarkan data hasil pengolahan angket norma kesopanan, sebanyak 11 responden atau 37% siswa mempunyai kategori kurang melanggar. Hal ini dikarenakan siswa tidak menunjukkan perilaku yang melanggar norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah siswa telah melanggar dan menjalankan norma kesopanan yang berlaku di sekolah dengan baik. Hendaknya siswa dapat meningkatkan kepatuhannya dalam menjalankan norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Para guru hendaknya dapat membina siswa dapat melanggar dan menjalankan norma kesopanan yang berlaku di sekolah agar menjadi contoh bagi siswa lain.

Sebanyak 16 responden atau 53% siswa mempunyai kategori melanggar. Hal ini dikarenakan siswa dapat melakukan pelanggaran terhadap norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah siswa kurang melanggar norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Hendaknya siswa dapat memaksimalkan perilakunya yang menunjukkan kepatuhan dalam menjalankan norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Para guru hendaknya dapat mengarahkan siswa untuk dapat mengimplementasikan perilaku yang menunjukkan kepatuhan dalam menjalankan norma kesopanan yang berlaku di sekolah.

Sebanyak 3 responden atau 10% mempunyai kategori sangat melanggar. Hal ini dikarenakan siswa menunjukkan perilaku melanggar norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Faktor penyebabnya adalah siswa tidak menunjukkan perilakunya dalam melanggar norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Hendaknya siswa dapat menunjukkan perilaku yang melanggar norma kesopanan yang berlaku di sekolah. Para guru hendaknya dapat memberikan pembinaan khusus terhadap siswa yang melakukan pelanggaran pada norma kesopanan yang berlaku di sekolah agar siswa dapat mengambil sikap yang bijak dalam kehidupannya sehari-hari.

Demikian dapat disimpulkan bahwa pada era global yang semakin banyak membawa pengaruh dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal berbusana yang semakin terbuka dan bersikap sopan dengan orang yang lebih tua. Maka dari itu diharapkan siswa dapat menjunjung sangat melanggar adat dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengujian signifikansi korelasi chi kuadrat, dampak negatif globalisasi budaya remaja memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma. Diketahui dari hasil uji hipotesis bahwa pengaruh antara dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma adalah signifikan dengan (  hitung ≥  tabel ), yaitu 11,695 ≥ 9,49 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat terpengaruh dengan dampak negatif globalisasi budaya remaja dalam indikator penggunaan kata-kata yang tidak sopan dalam percakapan di kelas, bahasa yang tidak sopan dengan guru, sikap tanggung jawab siswa dalam proses belajar, dan pengaruh peer group (rekan kelompok). Hal tersebut didukung dengan perilaku siswa yang melanggar norma-norma dengan indikator norma hukum, norma agama, dan norma kesopanan. Sehingga dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa adanya pengaruh yang cukup kuat antara dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma yang berlaku di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012, artinya semakin sangat melanggar dampak negatif globalisasi budaya remaja, maka semakin bertambah juga perilaku siswa yang melanggar norma-norma. Begitu juga sebaliknya, semakin kurang melanggar dampak negatif globalisasi budaya remaja, maka semakin berkurang juga perilaku siswa yang melanggar norma-norma.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:
Ada pengaruh dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma yang berlaku di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 yang memiliki kriteria koefisien kontingensi C= 0,53 berada pada kategori melanggar. Artinya semakin sangat melanggar dampak negatif globalisasi budaya remaja, maka semakin bertambah juga perilaku siswa yang melanggar norma-norma. Begitu juga sebaliknya, semakin kurang melanggar dampak negatif globalisasi budaya remaja, maka semakin berkurang juga perilaku siswa yang melanggar norma-norma.
Dampak negatif globalisasi budaya remaja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku siswa melanggar norma-norma yang berlaku di sekolah. Begitu pula dengan perilaku siswa melanggar norma-norma memiliki pengaruh terhadap budaya remaja dalam tata cara berperilaku yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:
Bagi pihak sekolah dapat membatasi ruang gerak siswa dalam berperilaku di sekolah untuk meminimalkan angka pelanggaran terhadap peraturan dan norma yang berlaku di sekolah dan mengatasi adanya dampak negatif globalisasi. Melalui upaya penegakan ketertiban dan penambahan jam pelajaran yang berhubungan dengan pentingnya penanaman konsep nilai dan budi pekerti serta konsep diri sebagai pondasi agar dampak negatif globalisasi dapat diantisipasi dan ditanggulangi.
Bagi guru dapat memberikan pemahaman dan pengertian tentang arti penting dalam melanggar dan menjalankan peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan setiap generasi penerus bangsa dapat mengerti akan kedamaian dalam kehidupan bangsa dan bernegara.
Bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa dapat melanggar dan menerapkan norma-norma dengan baik yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, sehingga diharapkan siswa tidak terlalu terpengaruh dengan dampak negatif globalisasi budaya remaja dan memiliki perilaku baik yang mencerminkan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi peneliti dapat memaknai dan menyikapi dengan bijak dampak negatif globalisasi terhadap perilaku siswa di rumah, dalam belajar di sekolah, serta di dalam masyarakat. Sehingga diharapkan dapat mengetahui dan memahami kondisi sebenarnya di lapangan.






contoh penulisan karya ilmiah dampak negatif globalisasi budaya remaja terhadap perilaku siswa dan pelanggaran norma

Artikel Terkait