contoh essay (Selfie (Bukan) Perkara Biasa)



Selfie (Bukan) Perkara Biasa
                                                   (Wakhidatun Nisa)

Asyiknya foto sendiri
Yang penting kubisa Happy
Gayanya suka suka sendiri
Pa pakai si tongkat narsis
Pa pakai si tombol narsis
lalu edit pake face eye
Atau kamera 3601
Jadi cantik cantik
Aduh aduh cantiknya
Biar narsis narsis yang penting hati senang
Hati senang hati riang tiada yang melarang heee
Foto foto Selfe selfie foto narsis narsis
Senyum senyum sendiri gaya gaya sendiri
Foto foto Selfe selfie foto narsis narsis
Senyum senyum sendiri happy happy sendiri
(Selfie, Selvi Kitty)

Ada yang belum tahu apa arti dari selfie? Mustahil jika sekarang ini masih ada yang belum tahu apa arti dari selfie. Selfie atau memotret diri sendiri untuk kemudian mengunggahnya ke jejaring sosial saat ini menjadi bagian dari gaya hidup. Sebuah istilah yang sebenarnya sudah muncul lebih dari satu dekade yang lalu dan menjadi populer sejak tahun 2013 hingga sekarang. Bahkan Oxford Dictionary menambahkan selfie dalam kosa katanya dan kemudian menyematkan gelar Word of The Year terhadap ‘Selfie’. Sejak tenarnya istilah tersebut, orang-orang menjadi keranjingan selfie termasuk saya. Sepertinya kapanpun, dimanapun dan sedang melakukan aktifitas apapun, selfie tidak boleh terlewati. Ditambah dengan kamera ponsel yang semakin canggih dan berkualitas tinggi sangat mendukung kegiatan memotret diri sendiri ini.
Selfie kini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Bagaimana tidak, kebanyakan orang-orang memotret untuk mengabadikan sebuah momen. Ketika sedang berada di suatu tempat yang memang pemandangannya indah rasanya sayang sekali jika tidak memotret dirinya sendiri kemudian diunggah untuk mempercantik tampilan akun Instagram. Namun ada juga yang iseng selfie selepas mandi dengan rambut yang masih basah. Lain lagi dengan orang yang selfie saat bangun tidur dengan caption “Baru bangun tidur” atau “Just woke up” padahal sebelumnya mereka telah membersihkan wajah terlebih dahulu dan memulaskan sedikit bedak di wajah mereka. Terkadang hal-hal seperti itu sangat tidak berguna.
Selfie adalah tren yang menjangkiti seluruh warga dunia. Setiap orang berlomba-lomba paling cantik dan ganteng saat melakukan selfie. Selfie memang sedang menjadi tren di berbagai kalangan. Perilaku narsisme di media sosial ini pun sudah berlaku universal. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari rakyat biasa hingga presiden dunia sudah tertular perilaku ini. Survei dari Pew Internet & American Life Project menyatakan bahwa 54 persen pengguna internet punya kebiasaan mengunggah potret dirinya ke dalam Facebook, Twitter atau jejaring sosial lainnya. Namun siapa sangka, kegiatan yang bertujuan untuk mengabadikan momen indah bersama kerabat atau keluarga ini bisa menjadi petaka, bahkan berujung dengan maut. Tak sedikit orang nekat melakukan selfie di gedung-gedung tinggi dan tempat berbahaya tanpa pengaman. Mereka sengaja menantang maut saat melakukan selfie agar hasil fotonya luar biasa dan mendapat banyak pujian. Sudah banyak peristiwa mengenaskan yang terjadi akibat selfie. Kita boleh saja menantang maut dan melakukan perbuatan nekat dalam kehidupan ini. Namun janganlah kenekatan itu berakhir sia-sia hanya karena ingin mengabadikan sebuah momen yang indah tersebut. Seperti halnya kisah yang di alami Xenia Ignatyeva.
Xenia Ignatyeva adalah gadis yang baru mencicipi 1 bulan dari umur 18 tahunnya. Ia adalah seorang fotografer amatir yang sedang semangat-semangatnya dengan kamera yang ia beli setahun lalu setelah bekerja part time. Ia ingin membuat sebuah foto yang mengesankan teman-temannya. Oleh karena itu, ia mencoba untuk membuat sebuah foto yang dramatis dan penuh resiko, yaitu foto di atas ketinggian. Foto itu dilakukan di sebuah konstruksi jembatan Krasnogvardeysky. Xenia nekat melakukan hal sangat berbahaya tersebut seorang diri sedangkan teman-temannya menunggu di bawah. Xenia berhasil memotret dirinya dalam beberapa foto. Namun sayang, tiba-tiba Xenia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh di sisi jembatan. Ia bertahan dan hendak meraih sebuah kabel. Ternyata itu adalah kabel tegangan tinggi yang segera menyengat tubuhnya hingga ia tewas dan akhirnya jatuh ke beton di bawahnya. Xenia Ignatyeva tewas setelah melakukan foto terakhirnya.
Kejadian memilukan ini mendatangkan peringatan dari psikolog dan polisi. Polisi menyarankan bahwa di dalam potret tersebut bukan hanya ada foto yang mengesankan, tetapi resiko hidup yang harus mereka pertaruhkan. Apalagi kejadian seperti ini banyak terjadi di kalangan anak muda. Seorang psikolog dari Munich juga mengatakan bahwa banyak fotografer profesional apalagi yang masih muda perlu memahami lebih dalam konsep memotret di area berbahaya seperti ketinggian, rel kereta api dan sejenisnya.
Namun kalau dipikir-pikir lagi, apa sebenarnya tujuan berfoto selfie? Apa yang diinginkan dari unggahan foto diri? Apakah ingin menunjukkan kecantikan wajah, membuat sensasi, sekadar ingin menuai banyak likes dari teman di media sosial, atau karena ingin membuat orang lain cemburu? Apakah selfie termasuk narsis dan kurang percaya diri ataukah hanya untuk eksplorasi diri?
Menurut psikolog dan direktur Media Psychology Research Center, Dr. Pamela Rutledge, keinginan memotret, mem-posting dan mendapatkan likes dari situs jejaring sosial merupakan hal yang wajar pada setiap orang. Namun, membagi terlalu banyak foto ke jejaring sosial termasuk foto selfie berpotensi memperburuk hubungan atau membuat pengunggah foto kurang disukai. Dr David Houghton mengatakan bahwa seseorang yang secara berkala mem-posting foto miliknya di media sosial berisiko membahayakan hubungannya di kehidupan nyata. Hal ini menurut Houghton dikarenakan tidak semua orang berhubungan baik dengan orang yang mem-posting foto personalnya. Mem-posting foto selfie di jejaring sosial juga bisa memengaruhi karakter dan tingkah laku orang dewasa.
Selfie tak sepenuhnya hanya menguntungkan diri sendiri. Selfie bisa menguntungkan banyak orang bila digunakan dengan tepat. Misalnya foto seusai menjalankan kebiasaan hidup sehat dibanding sebelumnya. Bila dilakukan dengan benar, selfie bisa menjadi cara mengeksplorasi kepercayaan diri. Saya percaya selfie bisa memberi dukungan pada orang dengan cara berbeda. Pada wanita misalnya, ketika dia merasa terpuruk selfie membantu mereka melihat keadaan tersebut sebagai sesuatu yang normal, sama halnya pada pria.
Selfie intinya adalah menciptakan keseimbangan dan membuka pikiran kita untuk mengerti. Ada sisi menguntungkan yang diperoleh bila melakukan selfie dengan benar. Bila merasa lebih baik dengan selfie, tentu hal ini baik untuk memperbaiki kondisi psikologis seseorang.
Menurut saya selfie itu tidak masalah. Hanya yang harus diperhatikan adalah porsinya. Jangan berlebihan mengunggah foto selfie ke media sosial. Apalagi sampai berbelas-belas foto dengan pose yang itu-itu saja. Selain membuat orang lain bosan pasti orang lain merasa risih juga. Ada banyak gaya dan ekspresi yang bisa digunakan saat selfie. Seperti wajah yang lucu, seksi, cantik, seram, menakutkan bahkan gaya mulut bebek. Tidak ada salahnya jika gaya-gaya tersebut digunakan pada saat selfie. Maybe it's just a selfie, but do it carefully!



tag
contoh essay bahasa indonesia 
kumpulan essay 
contoh essay tentang selfie
contoh essay selfie

Artikel Terkait