2. Jenis-Jenis
Peta
Peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
menurut karakteristiknya, antara lain sebagai berikut.
a.
Berdasarkan Sumber Datanya
Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan menjadi
dua, yaitu peta induk dan peta turunan.
1) Peta
Induk ( Basic Map )
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei
langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar
(basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan
peta-peta lainnya.
2) Peta
Turunan ( Derived Map )
Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada
acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke
lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
b.
Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dibagi menjadi
peta umum dan peta tematik.
1) Peta
Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur
topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta
menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan.
Peta umum dibagi
menjadi 3, sebagai berikut.
a) Peta
topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan
reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam
bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
Perhatikan contoh peta topografi sederhana berikut ini!
Sumber:
Exploring planet earth,
2002 Sumber: Erwin Raisz 1948
Gambar 1.1 (a) Gambar penggunaan garis kontur
sederhana pada peta topografi, (b) Gambar penggunaan garis kontur pada daerah
yang lebih rumit.
Sifat-sifat garis kontur pada peta topografi antara lain
sebagai berikut.
(1) Semakin
rapat jarak antargaris kontur, menunjukkan semakin curam daerah tersebut.
Begitu juga sebaliknya, bila jarak antargaris konturnya jarang, maka tempat
tersebut adalah landai.
(2) Bila
ditemukan ada garis kontur yang bergerigi, hal tersebut menunjukkan di daerah
tersebut terdapat depresi atau lembah.
b) Peta
chorografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi
yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah
atlas.
c) Peta
dunia, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang
sangat luas.
2) Peta
Tematik
Peta tematik yaitu peta
yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/ khusus. Misal peta geologi,
peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk,
dan sebagainya. Salah satu contoh peta tematik adalah peta penggunaan lahan.
Peta penggunaan lahan merupakan peta yang khusus menunjukkan persebaran peng-
InfoGeo
Tahukah Anda bahwa pada suatu zaman, peta
pernah menjadi suatu barang yang sangat rahasia dan berharga? Pada saat itu
bila ada orang yang berani membocorkan atau mempertontonkan peta, maka
hukumannya adalah dibunuh.
gunaan lahan suatu wilayah
yang dipetakan. Perhatikan contoh peta penggunaan lahan berikut.
Gambar 1.2 Salah satu contoh peta tematik adalah peta penggunaan lahan.
c. Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan pada skalanya
peta dibagi sebagai berikut.
1) Peta Kadaster/Peta Teknik
Peta ini mempunyai skala
sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta kadaster ini sangat rinci sehingga
banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan
jalan, jaringan air, dan sebagainya.
2) Peta Skala Besar
Peta ini mempunyai skala
antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk
perencanaan wilayah.
3) Peta Skala Sedang
Peta ini mempunyai skala
antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
4) Peta Skala Kecil
Peta ini mempunyai skala
antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
5) Peta Geografi/Peta Dunia
Peta ini mempunyai skala
lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
BERPIKIR KRITIS
Dalam suatu atlas tertera
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan skala 1 : 142.000, maka peta
tersebut termasuk dalam jenis peta dengan skala apa? Uraikan pendapat Anda di
depan Kelas!
3. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
1) Fungsi Pembuatan Peta
Peta mempunyai beberapa
fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
a) menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat
dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi,
b) memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan
bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam
peta,
c) menyajikan data tentang potensi suatu daerah, dan
d) memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur
luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.
2) Tujuan Pembuatan Peta
Tujuan pembuatan peta antara
lain sebagai berikut:
a) membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi
jalan, navigasi, atau perencanaan,
b) analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
c) menyimpan informasi,
d) membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain
jalan, dan
e) komunikasi informasi ruang.
BERPIKIR KRITIS
Pada tahun 2003, di kecamatan
A di Bantul Yogyakarta dilakukan uji coba untuk tanaman tembakau. Berdasarkan
hal tersebut, peta apa saja yang digunakan untuk analisisnya? Keluaran (out
put) apa yang dihasilkan
dari analisis peta tersebut? Kerjakan di buku tugas Anda dan kumpulkan kepada
bapak atau ibu guru untuk dinilai!
B. Keterampilan Dasar
Membuat dan Membaca Peta
Pada pembahasan sebelumnya,
telah dipelajari tentang pengertian, fungsi dan jenis peta. Dalam pembuatan
peta, harus diperhatikan kaidah-kaidah tentang
peta yang telah disepakati secara internasional. Peta yang baik adalah peta
yang mempunyai informasi yang lengkap. Dalam pembuatan peta harus memerhatikan
aspek mudah tidaknya dalam pembacaan, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir
bagi pembaca peta.
1. Komposisi Peta
Peta yang baik adalah peta
yang menggambarkan semua ketampakan yang ada dan mudah diinterpretasi oleh
penggunanya. Perhatikan gambar komposisi peta dengan unsur-unsurnya berikut.
Gambar 1.3 Unsur-unsur yang harus ada dalam
sebuah peta
Suatu peta dikatakan lengkap
dan baik bila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.
a. Judul Peta
Judul peta harus
menggambarkan isi dan karakteristik peta yang digambar. Pemberian judul peta
tidak harus berada di atas, penempatannya bisa di mana saja selama tidak
mengganggu makna dari peta, dan masih berada pada garis tepi peta. Dengan
adanya judul, maka pembaca akan mengetahui isi peta tersebut. Misal, peta
iklim, peta curah hujan, peta persebaran objek wisata, dan sebagainya.
b. Garis Tepi ( Border )
Garis tepi atau border adalah
garis yang terletak di bagian tepi peta dan ujung-ujung tiap garis bertemu
dengan ujung garis yang berdekatan. Biasanya garis ini dibuat rangkap dua dan
tebal.
c. Orientasi
Orientasi merupakan arah
penunjuk mata angin. Pada peta biasanya arah mata angin menunjuk ke utara.
Penempatan mata angin ini boleh di sembarang tempat, asal masih berada dalam garis tepi dan
tidak mengganggu pembacaan peta.
d. Skala Peta
Skala peta menunjukkan
perbandingan jarak, antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan.
Misalnya, peta berskala 1 : 100.000 artinya tiap jarak 1 cm di peta sama dengan
jarak 100.000 cm di lapangan. Rumus untuk menghitung skala peta adalah sebagai
berikut.
e. Legenda
Legenda adalah keterangan
mengenai simbol-simbol yang terdapat di dalam peta. Legenda biasanya terletak
di sebelah kiri, kanan ataupun bawah dari peta yang digambar.
f. Garis Bujur dan Garis
Lintang
Garis bujur dan garis lintang
disebut juga dengan garis astronomi. Garis bujur biasanya ditunjukkan dengan satuan
derajat.
g. Simbol Peta
Simbol merupakan tanda
konvensional yang terdapat di dalam peta untuk mewakili keadaan sebenarnya yang
ada di lapangan. Syarat-syarat simbol yang baik adalah:
1) kecil, agar tidak terlalu
banyak memerlukan ruang pada peta, 2) sederhana, supaya mudah dan cepat
digambar, dan 3) jelas, agar tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca peta.
Berikut ini adalah contoh
simbol yang umum dipakai dalam peta.
Secara garis besar,
simbol-simbol yang digunakan pada peta tematik hanya mempunyai
ketentuan-ketentuan menurut temanya saja. Umumnya tema tersebut mempunyai sifat
kualitatif dan kuantitatif. Menurut artinya, simbol dibagi menjadi dua, yaitu
simbol kualitatif dan kuantitatif.
1) Simbol Kualitatif
Simbol kualitatif menyatakan
identitas atau melukiskan keadaan asli unsurunsur yang diwakilinya. Simbol ini
mempunyai keuntungan yaitu, mudah untuk dikenali, sedangkan kekurangannya
adalah simbol tersebut sulit untuk digambar. Simbol ini tidak menyajikan besar
atau banyaknya unsur yang diwakilinya.
2) Simbol Kuantitatif
Simbol ini melukiskan keadaan
aslinya dan menunjukkan besar atau banyaknya unsur yang diwakilinya. Umumnya
pemetaan simbol kuantitatif menggunakan data-data statistik, sehingga sering
disebut pemetaan statistik.
Berdasarkan bentuknya, simbol
dibagi menjadi 3 sebagai berikut.
1) Simbol titik/dot, digunakan untuk menyatakan posisi atau
lokasi suatu tempat. Simbol yang digunakan dapat berupa simbol pictorial
(gambar) maupun huruf.
2) Simbol garis, digunakan untuk menggambarkan batas-batas
administrasi, jalan, maupun sungai.
3) Simbol luas, digunakan untuk menunjukkan suatu tempat
tertentu, seperti hutan atau rawa.
Gambar 1.6 Contoh penggunaan simbol (titik,
garis, dan luas).
h. Lettering
Lettering adalah semua
tulisan yang bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk huruf meliputi huruf
kapital, huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak (Roman), dan miring
(Italic). Beberapa contoh cara penulisan pada peta adalah sebagai berikut.
1) Judul peta ditulis dengan huruf kapital dan tegak.
2) Hal-hal yang berkaitan dengan air ditulis dengan huruf
miring. Tulisan untuk sungai sejajar dengan arah sungai dan dapat terletak di
atas atau di bawahnya.
3) Besar kecilnya huruf disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu
memerhatikan unsur keindahan dan seni peta.
4) Tulisan nama ibu kota lebih besar daripada tulisan nama
kota-kota lain.
i. Sumber Data dan Tahun Pembuatan
Sumber data dan tahun
pembuatan perlu dimasukkan dalam peta agar bisa diketahui dari mana asal
datanya dan tahun pembuatannya.
j. Warna Peta
Warna mempunyai peranan yang
sangat penting dalam membedakan berbagai unsur yang terdapat dalam peta.
Warna-warna tersebut antara
lain:
1) hitam, warna ini digunakan untuk menunjukkan batas
administrasi, lettering, maupun detail penghunian,
2) biru, warna ini digunakan untuk menunjukkan tubuh air,
seperti sungai, danau, serta laut. Degradasi warna biru muda hingga biru tua
mununjukkan tingkat kedalaman dari tubuh air. Semakin tua warna birunya, maka
semakin dalam tubuh air tersebut,
3) hijau, warna ini digunakan untuk menunjukkan dataran
rendah, vegetasi atau tumbuhan, serta hutan,
4) coklat, warna ini menunjukkan daerah yang mempunyai
kemiringan lereng yang amat besar, misalnya dataran tinggi atau daerah
pegunungan, dan
5) merah, warna ini digunakan untuk menunjukkan jalan raya
atau untuk menunjukkan letak kota atau ibu kota.
2. Menentukan Letak dan Nama (Toponimi)
Unsur Geografis
Dalam menentukan letak dan
unsur geografi ada aturan-aturan yang harus diikuti. Hal tersebut sudah
merupakan suatu konvensi atau keputusan bersama. Aturan-aturan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Nama desa atau kota, pemberian nama desa atau kota adalah
dengan cara salah satu huruf menempel pada desa atau kota tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi salah tafsir dari pembaca peta.
Contoh:
b. Sungai, jika arah sungai mengalir ke arah utara-selatan
atau selatan-utara, maka huruf diletakkan di sebelah kiri.
c. Samudra/laut, untuk menulis samudra atau laut, maka huruf
harus memenuhi samudra.
d. Selat dan teluk, untuk menulis nama teluk atau selat,
maka harus mengikuti bentuk teluk atau selat.
e. Pulau, penulisan pulau hampir sama dengan menulis desa
atau kota, yaitu ditulis di sepanjang pulau.
f. Pelabuhan, untuk menulis pelabuhan, huruf harus
diletakkan di atas laut.
g. Pegunungan, untuk menulis pegunungan, harus ditulis
disepanjang pegunungan.
h. Puncak gunung, huruf ditulis melingkar, tapi hanya
setengah lingkaran.
i. Danau/ rawa, huruf ditulis di dalam danau atau rawa.
j. Jalan raya, penulisan jalan diletakkan di sebelah kiri
jalan.
Dalam Pembuatan suatu
peta, khususnya peta tematik diperlukan beberapa tahapan atau proses, yang
dimulai dari persiapan (pengumpulan data), pengolahan data, sampai pencetakan
dalam wujud peta tematik. Proses pembuatan peta meliputi secara sederhana dapat
dilakukan dengan 3 tahapan, sebagai berikut.
1. Tahap Pengumpulan Data
Data-data geografis yang
digunakan sebagai sumber dari pembuatan peta ada dua macam yaitu sumber primer
dan sumber sekunder.
a.
Sumber data primer
adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi secara langsung di
lapangan dengan cara pengukuran, pengamatan, pembuatan sketsa, dan wawancara
terhadap penduduk setempat.
b.
Sumber data sekunder
adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi secara tidak langsung,
artinya data diperoleh dari foto, peta, dan dokumentasi yang sudah ada pada
suatu instansi terkait. Misalnya data sekunder dari dokumentasi milik
Direktorat Topografi (Dittop) TNI-AD, Pusat Survei Pemetaan (Pussurta), Badan
Pusat Statistik (BPS), Badan Pertanahan Negara (BPN), Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan, dan lembaga-lembaga lain
atau lembaga pemerintah setempat.
2. Tahap Pemetaan atau Penyajian Data
Data yang telah terkumpul
dapat dianalisis dengan komputer dan hasilnya disimpan, selanjutnya hasil
analisis data tersebut dicocokkan kembali dengan keadaan di lapangan. Tahap ini
diawali dengan menyiapkan peta dasar untuk digandakan menjadi peta baru yang
akan digunakan untuk peta tematik. Proses menggambar peta dasar menjadi peta
yang baru dapat dilakukan dengan cara
memfotokopi atau disalin/digambar pada kertas yang lain dengan menggunakan
pantograph, atau dengan garis-garis koordinat (kotak-kotak).
Setelah peta dasar selesai
dibuat, langkah berikutnya adalah penyajian data dengan cara menggambarkan
simbol-simbol yang sesuai antara objek geografis di lapangan dengan objek di
peta. Misalnya simbol arsir bertingkat, simbol lingkaran, simbol batang, atau
simbol gambar. Simbol peta tematik hendaknya dirancang dengan baik, benar, dan
sesuai, agar tujuan pemetaan dapat tercapai, menarik, bersih, dan mudah dibaca.
3. Penyajian Kembali dalam Bentuk
Grafis
Pada tahap ini
dilakukan pemasukan atau input data yang telah diperoleh dari lapangan,
sehingga dapat diinformasikan kepada pembaca peta dalam bentuk grafis. Misal
peta persebaran jumlah penduduk kecamatan X tahun 2006 diperoleh data jumlah
penduduk sebagai berikut.
2. Lokasi Pertanian pada Peta
Sampai saat ini
Indonesia masih dikategorikan sebagai negara agraris karena sebagian besar
penduduknya secara langsung maupun tidak langsung masih tergantung pada usaha
pertanian. Pengertian pertanian di sini masih didasarkan pada kegiatan bercocok
tanam.
Lokasi pertanian
letaknya bervariasi. Pertanian dengan sistem ladang biasanya dilakukan secara
berpindah-pindah dengan membuka lahan baru berupa hutan. Sistem pertanian
ladang sebenarnya merugikan karena dapat merusak hutan dan kesuburan tanah.
Pertanian dengan sistem tegalan biasanya berada di daerah pegunungan yang
pertumbuhan tanamannya tergantung pada air hujan.
Sistem pertanian
persawahan pada umumnya berada di dekat permukiman penduduk dan daerah yang
dekat dengan sumber air seperti sungai dan bendungan. Contohnya adalah sawah
irigasi, sawah lebak, dan sawah pasang surut, sedangkan sawah tadah hujan
umumnya berada di daerah kering yang jarang terdapat sumber air. Sawah tadah
hujan hanya dapat ditanami pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau sawah
tadah hujan dapat berubah fungsi menjadi tegalan. Pertanian perkebunan dapat
diusahakan di daerah datar dan pegunungan, tergantung dari persyaratan tumbuh
jenis tanaman yang diusahakan, contohnya perkebunan teh diusahakan di tempat
yang tinggi atau daerah pegunungan.
Ketampakan pertanian di peta
disimbolkan dengan simbol area dengan berbagai warna yang berbeda. Warna hijau
untuk perkebunan, hijau gelap untuk hutan, dan
bergaris untuk sawah.
3. Proyeksi Peta
Untuk menggambarkan
seluruh ketampakan permukaan bumi tanpa penyimpangan (distorsi), maka peta
harus digambar dalam bentuk bola yang disebut dengan globe. Peta yang digambar
pada bidang datar tidak dapat secara akurat menggambarkan seluruh permukaan bumi,
kecuali hanya untuk menggambarkan daerah dalam areal yang lebih sempit. Oleh
karenanya untuk menggambar sebagian besar permukaan bumi tanpa penyimpangan,
maka dilakukan kegiatan proyeksi. Apa itu proyeksi? Bacalah uraian singkat di
bawah ini.
a. Pengertian
proyeksi peta
Proyeksi adalah cara
penggambaran garis-garis meridian dan paralel dari globe ke dalam bidang datar.
Contoh sederhana pembuatan peta dengan menggunakan proyeksi adalah seperti pada
waktu kita mengelupas buah jeruk, kemudian kulit jeruk tersebut kita lembarkan.
Di dalam melakukan
kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh terabaikan, yaitu:
1)
peta harus equivalen,
yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi setelah
dikalikan dengan skala.
2)
peta harus equidistan,
yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala.
3)
peta harus konform,
yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan sesuai
dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi.
b. Jenis-Jenis Proyeksi Peta
Terdapat beberapa
jenis proyeksi yang digunakan untuk menggambar peta, yaitu proyeksi azimutal,
kerucut, dan silinder.
1)
Proyeksi Azimutal/
Proyeksi Zenital
Proyeksi zenital ini
bidang proyeksinya berupa bidang datar. Proyeksi zenital ini sesuai digunakan
untuk memetakan daerah kutub, namun akan mengalami penyimpangan yang besar jika
digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada di sekitar khatulistiwa.
2)
Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder ini
bidang proyeksinya berupa silinder. Proyeksi seperti ini sangat
baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah khatulistiwa,
RANGKUMAN
1. Peta
adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih
dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan.
2. Peta
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian menurut karakteristiknya, antara
lain sebagai berikut.
a. Berdasarkan
sumber datanya, peta dibagi menjadi peta induk dan peta turunan.
b. Berdasarkan
isinya, peta dibagi menjadi peta umum dan peta khusus (tematik). Peta umum
dapat dibagi menjadi peta topografi, peta chorografi, dan peta dunia.
c. Berdasar
skalanya, peta dibagi menjadi:
1) peta
kadaster 3) peta skala sedang
2) peta
skala besar 4) peta skala kecil
3. Peta
dikatakan lengkap dan baik apabila mempunyai
komponen kelengkapan peta, yaitu:
a. judul f. simbol
b. garis
tepi g. lettering
c. orientasi
h. legenda
d. skala i. sumber dan tahun pembuatan
e. garis lintang
dan bujur j. warna
peta
4. Skala
adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Skala
dapat dibedakan menjadi: a. skala verbal/inci,
b. skala
angka/pecahan, dan
c. skala
garis.
5. Skala
peta dapat dikonversi atau diubah dari jenis skala yang satu ke jenis skala
lainnya.
6. Untuk
menghitung luas wilayah pada peta dapat dilakukan dengan cara:
a. pembuatan
kisi-kisi atau kotak-kotak,
b. pembuatan
potongan garis,
c. pembuatan
segitiga, dan
d. menggunakan
alat pengukur luas, yaitu planimeter.
7. Peta
dapat diperbesar atau diperkecil dengan beberapa cara, antara lain:
a. dengan
sistem bujur sangkar ( grid square),
b. dengan
menggunakan alat pantograph, dan
c. dengan
menggunakan alat map o-graph.
8. Dalam
pembuatan peta harus memerhatikan hal-hal berikut ini:
a. conform,
b. equivalent,
dan
c. equidistant.
9. Proses
pembuatan peta meliputi 3 tahapan utama sebagai berikut.
a. Tahap
pengumpulan.
b. Tahap
pemetaan/ penyajian.
c. Penyajian
kembali dalam bentuk grafis, kemudian dicetak.
10. Ketampakan
bentang budaya pada peta dapat dilihat dari peta lokasi industri dan peta
lokasi pertanian.