Anemia dan Ibu Hamil

Tags

Masalah-masalah kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasarkan karma secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat kesehatan. Masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi (Tarwoto 2007).

Departemen Kesehatan menetapkan visi Indonesia sehat tahun 2010, melalui Keputusa Menkes RI Nomor 574 / Memkes / SK / IV / 2000, visi ini menggambarkan bahwa pada tahun 2010, bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, berprilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai harapan tersebut ini Departemen Kesehatan ini menuangkan visi barunya yaitu masyarakat mandiri untuk hidip sehat “dengan misi” Membuat Masyarakat Sehat artinya dengan visi baru tersebut setiap usaha-usaha kesehatan di arahkan untuk menjamin masyarakat yang sehat dan produktif.


Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Animea karena difisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lainnya. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim didunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi berkisar antara 1`0 % dan 20 % (Prawirohardjo, 2002).

Di Indonesia, kasus animea umumnya terjadi karena kekurangan zat besi. Seperti pernah dikatakan Prof. Dr. dr. Sutaryo dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, tahun lalu (Republika 25 Juni 2005) persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia

Jika ibu kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia.
Kekurangan zat besi juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana zat besi sebagai salah satu unsure pembentukannya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat di butuhkan untuk metabolisme sel, hal ini dapat menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga menyebabkan anemia pada bayinya.(Ridwanamiddin.2007)

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75 %, serta semakin meningkat seiiring dengan pertambahan usia kehamilan. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1 % (SKRT 2001). Di provinsi denan pravelensi anemia terbesar adalah Sumatera Barat (82,6 %) dan yang terendah adalah Sulawwsi Tengah. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. (Ridwanaminuddin.2007)

Anemia berat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan kita sehari-hari, karena itu memperbaiki pola makan merupakan jurus paling penting untuk mengatasi anemia. Terapkan pola makan yang sehat, dengan selalu memperhatikan jumlah, jadwal dan jenisnya. Jumlah yang dimaksud adalah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 45-40 mg sehari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, kunign elur, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tempe, roti, dan sereal. Tetapi jiak dokter menemukan ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia biasanya akan memberikan suplemen zat besi berupa tablet besi, biasanya dikonsumsi satu kali dalam sehari. Suplemen tabelt besi juga diberikan pada ibu hamil yang menganut pola makan vegetarian. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, ibu hamil vegetarian hanya cukup makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (Ridwanaminuddin 2007).

Pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan gizi yang optimal akan memberikan hasil akhir yang positif keadaan malnutrisi dapat membawa akibat yang merugikan kesehatan dan tumbuh kembang janin (Eastwood, 1992). Berat badan lahir rendah dan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih lanjut sangat berkaitan dengan keadaan kurang gizi yang diderita ibu hamil. Di Inggris peningkatan asupan zat besi, zink, protein dan Vitamin B pada ibu hamil selama trimester ketiga terbukti bermanfaat bagi para ibu hamil yang memeriksa diri mereka ke rumah sakit (Sue Jordan.2004)

Artikel Terkait