Baby Bomb, dalam bahasa indonesia bisa disebut
ledakan bayi. Apa itu ledakan bayi? Ledakan bayi disini bukanlah suatu kejadian
dimana bayi-bayi meledak karena bom atau bahan peledak lainnya, melainkan suatu
fenomena dimana bayi yang lahir pada periode tertentu di suatu daerah mengalami
kenaikan yang terlalu signifikan sehingga terkadang tidak terkontrol jumlahnya. Bagaikan sesuatu yang meledak begitu saja,
karena itulah fenomena ini disebut ledakan bayi. Bisa dilihat pada gambar ilustrasi
diatas, seorang laki-laki dengan banyak bayi yang begitu menggemaskan di kanan,
kiri, atas, serta bawahnya, terlihat begitu bahagia menimang bayi-bayinya.
Sejenak kita akan berpikir mungkin gambar tersebut tidak nyata, hanya gambaran
estetika yang seharusnya dipajang di jejaring sosial untuk dipertonotonkan,
namun pada kenyataannya, Baby Bomb
bukan hanya sekedar istilah. Tapi, Jika memang ini sebuah realita, pernahkah
muncul pemikiran bahwa Baby Bomb
membuat seluruh lapisan masyarakat tersenyum bahagia karena merasa anak-anak
mereka semuanya terlahir sehat dan berkualitas? Tidak juga, meski gambar diatas
mengilustrasikan demikian.
Jika kita bicara
tentang Baby Bomb, tentu kita juga
akan bertanya-tanya mengapa bisa terjadi sesuatu seperti itu? Yang paling mudah
saya jelaskan disini adalah masalah KB. Di Indonesia misalnya, pemerintah sudah
mencanangkan dan mensosialisasikan program tersebut kepada masyarakat sejak
lama. Namun hingga kini, program KB justru tidak berjalan baik. Penyebab tidak
berjalannya program KB dengan baik adalah karena beberapa faktor. Krisis
ekonomi yang berkepanjangan di masa silam juga disebut-sebut sebagai salah
satunya. Masyarakat terpaksa mendahulukan untuk membeli kebutuhan pokok seperti
beras dan bahan makanan ketimbang harus membeli alat-alat kontrasepsi dan obat
KB yang harganya terus meroket. Selain itu, akibat dari kurangnya pendidikan
bagi masyarakatnya, menikah di usia muda bukanlah sesuatu yang jarang terjadi
akhir-akhir ini. Jika setiap seorang wanita menikah di usia 16 tahun, lalu,
pada usia 26 tahun sudah berapa bayi yang telah ia hasilkan untuk negara kita?
Pertanyaannya adalah, apakah semuanya berkualitas?
Pepatah jawa yang
mengatakan “Banyak anak, banyak rejeki”
belum tentu juga berlaku, khususnya di negara berkembang yang masih terlalu
rumit dan belum tentu bisa menjamin kehidupan para penduduk yang begitu
banyaknya. Jika keadaan terus seperti itu, maka bukan tidak mungkin negara kita
menjadi negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia (bahkan bisa naik
menjadi urutan ke-3 dunia) karena kesadaran masyarakat pada fenomena Baby Bomb masih sangat rendah.
Pemerintah
juga harus memiliki komitmen yang kuat terhadap pelaksanaan program KB. Karena
pada dasarnya, besarnya jumlah penduduk tentu selalu dapat menjadi modal dasar
pembangunan manakala diimbangi dengan kualitas penduduk yang juga memadai.