contoh dan dampak ledakan penduduk

Tags


Keluarga memang sesuatu yang sangat penting dalam hidup manusia. Karena melalui keluarga, manusia menghasilkan keturunan dan terus berkembang. Anak, adalah hal yang di harapkan dari adanya keluarga. Karena anak merupakan masa depan dari keluarga. Yang akan membawa dan membantu keluarga itu di masa depan. Karena itu lahirlah banyak sekali anggapan yang mengatakan bahwa banyak anak akan makmur, atau semboyan yang sering terdengar yaitu “banyak anak banyak rezeki”. Hal ini akan mengakibatkan banyak keluarga berusaha membangun keluarga yang besar dengan banyak anak, dengan harapan anak akan membantu di masa depan.  Namun hal ini seharusnya jangan sampai terjadi. Jumlah anak di setiap keluarga harus dibatasi (dengan KB).
Ini sangat berbahaya, karena jika tidak maka pertumbuhan dari penduduk akan meningkat dengan drastis. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi kebutuhan manusia itu sendiri. Kebutuhan manusia akan semakin sulit di dapat, karena tidak seimbang antara jumlah sumber daya dengan jumlah penduduk. Ini akan membuat manusia semakin sulit dalam menjalani kehidupan untuk masa depan. Hal ini justru berbalik arah dari semboyan “banyak anak banyak rezeki”. Justru dengan jumlah anak yang terlalu banyak akan membahayakan kesetabilan dunia di masa depan.
Jumlah anak yang banyak tidak hanya akan menjadikan pertumbuhan penduduk tinggi,tapi juga akan menjadikan banyak dampak-dampak yang negatif bagi manusia di masa yang akan datang,seperti :
a.       Angka kemiskinan meningkat.
b.      Angka penganguran meningkat.
c.       Semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah                                 tangga,pabrik,perusahaan,industri peternakan,dan lain-lain.
d.      Lahan tempat tinggal dan bercocok tanam berkurang.
e.       Ketersedian pangan sulit
f.       Angka kecukupan gizi memburuk
g.      Muncul wabah penyakit baru
h.      Dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu masyarakat harus paham bahwa anggapan/pedoman “banyak anak banyak rezeki” harus dihindari di zaman yang sekarang ini. Karena kini jumlah penduduk sudah sangat besar. Oleh karena itu harus dilaksanakan pembatasan jumlah penduduk, yaitu dengan cara :
a.       Dengan menggalakkan program KB bagi setiap keluarga.(pembatasan 2 orang anak bagi 1 keluarga.)
b.      Membuat Undang-undang/peraturan tentang batas umur pernikahan, agar mengurangi jumlah pasagan muda.(akan berefek langsung pada pengurangan jumlah anak. )

Banyak anak banyak rezeki? Begitulah kata orang tua kita zama dulu. Semakin banyak anak maka semakin banyak pula rezeki yang akan kita dapatkan. Namun apakah adagium kuno itu benar?
Mungkin benar anggapan tersebut karena mereka berorientasi pada kuantitas sumber daya manusia. Namun di zaman yang serba sulit ini menjadi agak bergeser. Semakin banyak anak yang berkualitas maka semakin baik pula rezekinya. Jadi kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dapat dikelola dengan baik. Tetapi untuk bisa menerapkan pola pikir banyak anak banyak rezeki memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh pengorbanan orang tua yang sangat besar. Mereka pasti sulit untuk mengurusnya. Perlu modal, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, kepemimpinan tercurahkan untuk menjalani hidup dengan banyak anak.
Tetapi jika berhasil membuat anak dewasa dengan kualitas tinggi maka setelah itu kita akan menuai hasilnya. Dari sisi ekonomi banyak anak yang mapan dan mampu menunjang kehidupan orang tua. Tentunya orang tua sangatlah bangga. Anaknya bisa mandiri, sukses, mapan dll. Dari sisi agama pun kita akan tenang di akherat jika anak-anak kita adalah anak yang soleh dan solehah.
Jadi bukan berarti banyak anak tidak banyak rezeki, tetapi jika kita bisa menjalani dengan baik maka banyak anak banyak rezeki bukan isapan jempol semata.



Sekitar 7 miliar orang kini hidup di dunia. Bila dalam kondisi sama, maka akan ada tambahan penduduk sebanyak 1 miliar lagi dalam kurun waktu 12 tahun mendatang. Indonesia sendiri menjadi negara dengan penduduk terbanyak nomor empat. Dalam laju perhitungan laju pertumbuhan penduduk, negeri ini berada di posisi kelima setelah Nigeria, Pakistan, India dan Brasil.                                                                                                                                                                                                                                                                            
Ini bukan suatu aib, bahkan bisa menjadi kekuatan negeri yang membanggakan dengan syarat, seluruh manusia yang terlahir di bumi Indonesia memiliki sumber daya yang berkualitas. Sampai di sini, coba renungkan fakta yang sesungguhnya terjadi.
Penduduk yang pesat tentunya membuat persaingan hidup semakin sengit. Multi dimensi permasalahan pun akan mengakar dalam kehidupan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat drastis, tentunya menyisakan penduduk miskin. Penduduk miskin mempunyai keterbatasan mengakses kebutuhan dasar yang tentunya berpengaruh pada tubuh yang lemah dan kesehatan secara keseluruhan, sehingga mereka tidak dapat mencari nafkah dengan baik, tentu hal ini membawa konsekuensi pada kemiskinan yang lebih dalam dan panjang dari generasi ke generasi, biasa disebut lingkaran setan kemiskinan, atau kemiskinan struktural.
Menurut Sestama BKKBN, Sudibyo Alimoeso, proyeksi penduduk perlu direvisi, kalu tidak direvisi dampaknya akan sangat luas apabila dikaitkan dengan penyediaan kebutuhan dasar penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pangan, perumahan, lapangan kerja, dan lain sebagainya Dalam mengupayakan pengendalian laju pertumbuhan penduduk, menurut Kepala BKKBN, Sugiri Syarief memerlukan upaya percepatan dan strategi yang lebih inovatif, salah satunya adalah melalui KB Mandiri Lingkaran Biru, pada Hari Kontrasepsi Dunia.
            KB Mandiri Lingkaran Biru pertama kali diluncurkan oleh Presiden Soeharto pada akhir 1987 dengan empat jenis kontrasepsi, yaitu IUD, pil, implant dan suntik. Program itu sukses karena pelaksanaannya dilakukan dengan mendorong pasangan usia subur mengikuti KB sendiri menggunakan alat dan obat berlogo lingkaran biru yang dijual di tempat-tempat pelayanan, dokter, dan bidan praktik swasta.
Pertumbuhan penduduk tak terkendali juga mengakibatkan kemiskinan struktural, krisis pangan, pengangguran, arus penduduk masuk kota menghasilkan perumahan kumuh, kemacetan, krisis energi dan air bersih. Kita tahu bahwa cadangan minyak hanya untuk 10 tahun mendatang. Berapa lama cadangan energi tak terbarukan seperti batu bara dan gas dapat memenuhi kebutuhan manusia Indonesia? Apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita kelak? Tanah yang tandus karena terlalu banyak ditanami kelapa sawit dan tembakau? Kemiskinan dan kebodohan?
Oleh karena itu, sejak saat ini kita perlu mengupayakan terwujudnya keluarga kecil sehat sejahtera, dan kelak menurunkan anak cucu yang lebih berkualitas dan berdaya saing secara global. Anak cucu kita diharapkan mempunyai kemampuan berinovasi untuk mengatasi berbagai krisis di masa yang akan datang, mengejar ketertinggalan di segala bidang, kelak meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Jadi, sangat perlu untuk menggeser nilai tradisional bahwa banyak anak banyak rejeki, menjadi keluarga kecil sehat sejahtera.


Masalah ledakan penduduk bukan hal baru. Masalah ini mulai mengemuka bahkan sejak 1798. Dalam konteks ke-Indonesiaan, masalah ledakan penduduk mulai terasa di akhir tahun 1960-an. Data statistik dari sensus ke sensus membuktikan bahwa sampai kini kita harus ”jujur” belum berhasil melampaui masalah ledakan penduduk. Sensus tahun 1971 menyebut jumlah penduduk Indonesia 119,2 juta. Dua puluh tahun kemudian jumlah ini merangkak naik menjadi 179,4 juta (sensus 1990). Prediksi awal penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 234,2 juta jiwa. Hasil sensus tahun 2010 penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa, lebih besar 3,4 juta dari proyeksi. Dengan jumlah penduduk yang besar tersebut, masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah soal sebarannya. Jika dilihat dari luas Pulau Jawa, tidaklah seimbang jika sebanyak 58,8% penduduk berdiam di atasnya. Di pulau Sumatra berdiam sekitar 21%. Jadi jika dikalkulasikan penduduk Indonesia yang mendiami pulau Jawa (termasuk Madura) dan pulau Sumatra sebanyak 79,8 %. Padahal dua pulau ini hanya berluaskan 30% dari keseluruhan luas Indonesia. Sebelum mengakhiri tulisan ini, proyeksi apapun terhadap pencapaian tujuan pembangunan dalam pandangan saya takkan membawa dampak yang signifikan jika tidak memperhatikan faktor kependudukan di Indonesia. Meski angka kemiskinan menurun, toh kenyatannya kualitas hidup masyarakat Indonesia masih rendah. Capaian pembangunan manusia (Human Development Indeks) tahun 2011 yang menempatkan Indonesia di rangking ke 124 dari 187 harusnya membuat kita merefleksi ulang. Padahal di tahun 2007 negara Indonesia berada di rangking 107, artinya turun 17 peringkat. Maka dari itu mari kita selamatkan bumi kita dari ledakan penduduk!


Pergaulan bebas yang terjadi di Indonesia  menyebabkan dampak yang luar biasa disegala aspek tetutama masalah kependudukan. Sebagai contoh pergaulan yang melampaui norma akan menyebabkan berbagai masalah misalnya saja kelahiran di luar nikah atau kelahiran seorang bayi yang tidak diharapkan. Jika ini terjadi pada seorang remaja khususnya siswa, seperti gambar di atas, maka siswa tersebut tidak bisa melanjutkan sekolahnya, tidak bisa belajar seperti teman sebayanya, karena harus mengurus dan mengasuh anaknya, sehingga cita- citanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pun akan sirna, begitu pula menjadi orang yang sukses. Siswa yang mengalami hal ini karena ia salah bergaul, kurang mendapat pengawasan dari orang di sekeliling mereka, serta pendidikan yang dimiliki anak tersebut belum mampu mengubah pola pikirnya sehingga ia acuh akan resiko yang akan terjadi. Pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah, menyebabkan tingginya tingkat aborsi serta tingginya angka kematian bayi, akibat bayi yang ditelantarkan atau dibuang.
Jika siswa yang hamil tadi menikah dengan sebayanya, maka ia masih akan sangat bergantung pada orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidup, angka ketergantungan (dependensi rasio) pun akan semakin tinggi, hal ini karena mereka belum bisa mencari nafkah sendiri. Bisa jadi pada usia 25 tahun, yang seharusnya ia baru menikah dan memiliki satu anak, sudah memiliki 2 atau lebih anak, hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk yang pesat bahkan terjadinya ledakan penduduk.
Untuk itu menscegah pergaulan bebas, bisa dengan:
1.      Pendidikan  ( karakter, moral, agama).
2.      Kontrol sosial oleh orang tedekat mereka.

Artikel Terkait