PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Saat ini diberlakukan pembelajaran Tematik Terpadu bagi peserta didik mulai dari
kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan
Tema yang akan menjadi pemersatu
berbagai mata pelajaran.
Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
dan mencoba, mengasosiasikan dan menalar, dan menyajikan dan mengkomunikasikan
hasil untuk semua mata pelajaran. Untuk
materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan
ilmiah pembelajaran antara lain meliputi
aspek pokok:
1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Mengumpulkan informasi/ eksperimen
4.
Mengasosiasikan/ mengolah informasi
5.
Mengkomunikasikan
Langkah-langkah
tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan,
terlebih pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya
menggunakan Tema sebagai pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena
itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih
memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Contoh Penerapan Pendekatan
Saintifik dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu
1.
Mengamati
Dalam
proses mengamati, kegiatan belajar: membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat),.
Dalam
penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas 5 Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui
kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar,
maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang
sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut contoh Tema 6 Indahnya Negeriku pada sub tema 2 Keindahan Alam Negeriku. Peserta
didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak mengidentifikasi, tentang ciri-keindahan alam. Dengan
mengamati gambar, peserta didik akan dapat secara langsung dapat menceritakan
kondisi sebagaimana yang di tuntut dalam kompetensi dasar dan indikator, dan
mata pelajaran apa saja yang dapat dipadukan dengan media yang tersedia.
Contoh objek gambar yang diamati siswa
Pengamatan
gambar dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan pengetahuan awal dari siswa sehinga proses pembelajaran dapat lebih
menyenangkan dan membangkitkan rasa antusias siswa karena dapat mengaitkan pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata.
Gambar-gambar yang diamati juga harus bervariasi dan dapat membangkitkan
keingintahuan anak sehingga dapat memancing anak untuk bertanya hal hal yang
ingin diketahui dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
2.
Menanya
Kegiatan
belajarnya: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
hipotetik).
Peserta
didik yang masih duduk di kelas 4
/
5 Sekolah Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru
yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak
selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Dengan media gambar peserta didik diajak
bertanya jawab sekaligus membedakan karakteristik Keindahan
alam negeri.
Beberapa
contoh pertanyaan
yang diharapkan muncul setelah pengamatan:
1. Apa nama-nama tempat wisata
dalam foto-foto yang diamati ?
2. Di mana lokasi
tempat-tempat wisata tersebut?
3. Kekayaan alam apa saja yang
terkandung di tempat-tempat wisata tersebut?
4. Apa manfaat kekayaan alam
tersebut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi wista?
5. Apa jenis-jenis mata
pencarian masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tersebut?
6. Bagaimana sikap yang harus
dilakukan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian dan keindahan tempat
wisata? Berikan contohnya!.Mengapa masyarakat tersebut harus memiliki sikap-sikap
tersebut di atas? Berikan alasannya.
|
Beberapa
contoh jawaban
yang diharapkan muncul setelah tanya jawab:
1. Nama tempat wisata, yaitu
Gunung Bromo, sawah berundak Bali, Danau Toba, pantai dan wisata bawah laut
Raja Ampat, dan hutan Kalimantan dll.
2. Lokasi di setiap pulau di
Indonesia.
3. Kekayaan sumber daya alam
hayati, seperti beragam tumbuhan dan hewan di laut, dan hewan serta
tumbuhan di hutan. Juga sumber daya alam nonhayati seperti keindahan pantai
pasir, danau, dan pegunungan.
4. Kekayaan alam tersebut
kemudian dimanfaatkan sebagai obyek wisata dan menjadi sumber pendapatan
bagi masyarakat yang tinggal.
5. Jenis
mata pencarian masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi, nelayan di
pantai, nelayan di sawah, dst.
6. Sikap yang harus
dilakukan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian dan keindahan tempat
wisata, contohnya sikap peduli lingkungan, seperti buang sampah ke tempat
sampah, tidak merusak tumbuhan, dst.
7.
Masyarakat harus memiliki sikap-sikap tersebut supaya kelestarian alam juga
terjaga sehingga mata pencarian masyarakat juga tidak terganggu
|
Pada saat
siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan
mengakomodasi berbagai muatan pelajaran. Dari hasil pengamatan dan menanya diharapkan ada jawaban yang ilmiah yang memberikan pemahaman yang baik pada siswa.
3.
Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
Kegiatan
belajanya: melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivitas atau wawancara dengan narasumber.
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan eksperimen, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada tema 6 kelas 4 ini misalnya, peserta didik harus memahami
konsep-konsep materi dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Contoh
penerapan percobaan yang sesuai dengan tema dengan mengaplikasikan bentuk bidang dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam:
SiswamembacainformasisingkattentangTebangPilihTanam
(TPT)
Siswamelakukan 2
jenispercobaanuntukmengetahuifungsipohon/tanamanbagikehidupan di bumi.
Siswamelakukan 2 jenispercobaan.
Untukteknikpelaksanaannya,
siswabisadibagidalambeberapakelompokkecildanmintasetiapkelompokuntukmempersiapkansendirialatdanbahanpercobaan.
Sebelummelakukanpercobaan,
mintasiswauntukmelakukanprediksi/ hipotesisapa yang akanterjadipada:
1.
Tanah/bukithijau/hutan: Gundukantanahditutuprumput yang
disiram air.
2.
Tanah/bukitgundul: Gundukantanahtanparumput yang disiram
air.
Setelahpercobaan,
siswakemudianmenuliskanapa yang terjadipadaduajenisgundukantanahtersebut.
|
4.
Mengasosiasi/
mengolah informasi
Kegiatan
belajarnya: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi; pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Apabila
dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran
ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating;
bukan merupakan terjemahan dari reasoning,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa
khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu
dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi
merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan
dalam ruang dan waktu. Dalam menalar siswa dapat mengambil hikmahdari sikap dan
pengetahuan yang didapa dari proses belajarnya.
Contoh
untuk kegiatan menalar ini bisa dengan kegiatan
seperti berikut :
Peduli Keindahan Lingkungan
|
Merusak Keindahan Lingkungan
|
||||
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
Buang sampah pada tempatnya
|
Hutan terjaga kebersihannya
|
tidak ada
|
Buang sampah dihutan atau sungai
|
tidak ada
|
hutan dan sungan kotor banyak tumpukan sampah
|
|
|
|
Menulis di batang
pohon dan merusak pohon
|
tidak ada
|
batang pohon rusak dan pohon bisa mati
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
Dengan tabel di atas siswa tidak hanya mencari jawaban
tapi akan dituntut untuk berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) dan juga secara tidak langsung belajar mengontrol diri dengan sikap
yang posistif terhadap lingkungan. Bagaimana jika keadaan tersebut dikaitkan
dengan lingkungan sekitar pantai yang sedang mereka diskusikan?
Proses menalar juga
bisa diasah dengan dorongan guru dalam bertanya jawab dan memancing
siswa untuk berpikir komplek misalnya seperti saat guru dan siswa membahas masalah kehidupan nelayan, di suatu
tempat dimana mereka mengamati daerah pantai. apa yang bisa dilakukan guru
dalam membimbing siswa untuk belajar menalar secara
ilmiah seperti berikut :
Dari gambar di atas dan interaksi antara guru dan
siswa akan menuntut untuk melakukan Higher Order Thinking yang sangat bermanfaat dalam kelanjutan proses
belajarnya. Akan lebih mebrmakna proses pembelajarnnya jika siswa dapat
langsung mencoba melakukan apa yang diamati, sitanyakan dan dinalar secara
ilmiah dalam tindakan nyata.
Pada tahapan mengolah ini juga peserta didik
sedapat mungkin dikondisikan belajar secara
kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih
bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus
lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif
diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang
lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi
dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga
memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar
secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama, saling
bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang
sedang dipelajari.
5.
Mengkomunikasikan
Kegiatan
belajarnya: menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Hasil
tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah, bisa dilakukan
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan
sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Hasil tugas
yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam
bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
Pada
kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta
didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
Standar Proses.