Tumbuhan paku merupakan
tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan
pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor
internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi
kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat
(terdapat xilem dan fleom).
Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, sangat pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang. Daun ketika masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukurandan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil bentuk kecil atau bersisik, tidak bertangkai, tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Makrofil daun besar, bertangkai, bertulang daun, bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil. Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis. Sporofil berfungsi untuk menghasilkan spora.
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus muda sering dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga yaitu paku homospora (isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis spora (ex Lycopodium/paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil) (ex Marsilea/semanggi dan Selaginella/paku rane). Paku peralihan merupakan peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora pbentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin (ex Equisetum debile/paku ekor kuda).
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan/metagenesis. Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora.
Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelompok yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta. Psilotophyta mempunyai dua genera (ex Psilotum sp). Psilotum sp tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, mempunyai ranting dikotom, tidak memiliki akar dan daun, pengganti akar berupa rizoma diselubungi rambut-rambut yang dikenal rizoid.
Lycophyta contohnya Lycopodium sp dan Selaginella sp. Lycopodium sp sporanya dalam sporofit daun khusus untuk reproduksi dan dapat bertahan dalam tanah selama 9 tahun, dapat menghasilkan spora tunggal yang berkembang menjadi gametofit biseksual (memiliki baik organ jantan dan betina), jenis homospora. Selaginella sp merupakan tanaman heterospora, menghasilkan dua jenis spora (megaspora/gamet betina dan mikrospora/gamet jantan).
Sphenophyta sering disebut paku ekor kuda, bersifat homospora, mempunyai akar; batang; daun sejati, batangnya keras karena dinding sel mengandung silika. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
Pterophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daunnya besar, daun muda menggulung. Sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora). Contohnya: Adiantum cuncatum (paku suplir untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).
Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, sangat pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang. Daun ketika masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukurandan susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil bentuk kecil atau bersisik, tidak bertangkai, tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Makrofil daun besar, bertangkai, bertulang daun, bercabang-cabang, sel telah terdiferensiasi. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil. Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis. Sporofil berfungsi untuk menghasilkan spora.
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus muda sering dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga yaitu paku homospora (isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis spora (ex Lycopodium/paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil) (ex Marsilea/semanggi dan Selaginella/paku rane). Paku peralihan merupakan peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora pbentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin (ex Equisetum debile/paku ekor kuda).
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran keturunan/metagenesis. Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora dan heterospora.
Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelompok yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta. Psilotophyta mempunyai dua genera (ex Psilotum sp). Psilotum sp tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, mempunyai ranting dikotom, tidak memiliki akar dan daun, pengganti akar berupa rizoma diselubungi rambut-rambut yang dikenal rizoid.
Lycophyta contohnya Lycopodium sp dan Selaginella sp. Lycopodium sp sporanya dalam sporofit daun khusus untuk reproduksi dan dapat bertahan dalam tanah selama 9 tahun, dapat menghasilkan spora tunggal yang berkembang menjadi gametofit biseksual (memiliki baik organ jantan dan betina), jenis homospora. Selaginella sp merupakan tanaman heterospora, menghasilkan dua jenis spora (megaspora/gamet betina dan mikrospora/gamet jantan).
Sphenophyta sering disebut paku ekor kuda, bersifat homospora, mempunyai akar; batang; daun sejati, batangnya keras karena dinding sel mengandung silika. Contohnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
Pterophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daunnya besar, daun muda menggulung. Sporangium terdapat pada sporofil (daun penghasil spora). Contohnya: Adiantum cuncatum (paku suplir untuk hiasan), Marsilea crenata (semanggi untuk sayuran), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).
Dari Spora - berkecambah menjadi Protonema (bayi lumut) - Protonema tumbuh besar menjadi Tumbuhan lumut yang menghasilkan gametangium - gametangium menghasilkan sel kelamin yang bersatu menjadi Zygote - tumbuh menggembung membentuk Sporogomnium - setelah matang dan tua menghasilkan spora lagi OK
Sedang detail metagenesis Paku (Pterydophyta) Spora - Prothallium - Tumbuhan Paku -Sporogomnium
BEDA METAGENESIS PAKU DAN LUMUT
Setelah diamati metagenesis lumut dan paku diatas dapat kita simpulkan bahwa
Gametofit paku umurnya lebih pendek dibanding sporofitnya karena yang terlihat di alam tumbuhan pakunya bukan Prothaliumnya , sedang pada lumut sebaliknya yang dialam tumbuhan lumutnya maka gametofitnya lebih lama / dominan hidupnya dibanding sporogonium
Tumbuhan paku ada di bawah skema berarti kromosomnya diploid karena yang dibawah selalu berasal dari zygot hasil pertemuan dua sel kelamin , sebaliknya lumut haploid karena ada diatas skema yang terbentuknya hasil dari perkembangan spora. dan spora itu dibentuknya secara miosis ( pembelahan reduksi)
Berikut juga kami tampilkan morfologi tanaman paku dan lumut
Berikut letak spora pada tumbuhan paku , berada di daun Paku yang di daun itu terdapat sporogonium , sedang di Lumut tidak akan di jumpai di daun namun di Sporogonium yang menjulang di atas tumbuhan lumut ( lihat gambatnya ya )
Untuk perbedaan ciri yang lain dari keduanya yaitu
Pada lumut akarnya masih rhizoid , sedang pada tumbuhan paku akarnya serabut
Pada lumut tubuhnya belum terdapat berkas pengangkut xilem dan floem , sedangkan di paku sudah mempunyai xilem dan floem sehingga lumut tergolong Non tracheophyta sedang pada tumbuhan paku tergolong Tracheophyta
pada lumut daun tidak dijumpai spora sedang dipaku terlihat ada sporanya ( sporofil) , pada daun paku ketika masih muda menggulung
alat pengatur keluarnya spora di lumut berupa gigi peristome sedangkan di paku berupa anullusSEKILAS LUMUT DAN PAKU
Hingga saat ini tumbuhan nonvaskuler (lumut daun dan lumut hati dan antocerros ) dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal.
Divisio itu adalah Bryophyta yang berasal dari bahasa Yunani Brion yang berarti “ lumut ”
Gamet Bryophta berkembang di dalam gametangia.
Gametangium jantan dikenal dengan Anteredium, menghasilkan sperma berflagella.
Gametangium betina disebut dengan Arkogonium yang menghasilkan sel telur.
Sel telur tersebut dibuahi di dalam arkegonium yang kemudian terbentuk zygot didalamnya
Zygote kemudian membelah secara mitosis terus menerus membentuk Embryo yang kemudian menjadi badan yang menggelembung yang disebut Sporogonium
Walaupun dengan embrio yang terlindungi, bryophta tidak sepenuhnya tidak memerlukan air , tetap haris ada air namun tidak perlu habitat perairan , cuku[ ditempat lembab saja cukup ( Hygrophyt_.
Tumbuhan Bryophyta memerlukan air untuk bereproduksi.OK
Bryophta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, yang diperlukan untuk menyokong tumbuhan tinggi seperti tumbuhan di daratan.
Meskipun Bryopyhta dapat merentang secara horizontal sebagai hamparan lumut,
Bryophta selalu memiliki profil yang rendah.
Sebagian besar tingginya hanya 1 - 2 cm. Pada umumnya lumut mempunyai warna yang benar-benar hijau (ever gteen)
Warna hijau itu karena Lumut mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil a dan b,
Sehingga lumut bisa melakukan Fotosintesis , dengan demikian lumut bersifat Autotrof.
Bryophyta tumbuh di darat dan di tempat-tempat seperti: tanah, bebatuan, gambut, kulit pohon, dan kondisi ekstrem yang lain sehingga Lumut digologkan organisme Kosmopoltan .
Lumut pada batangnya belum terdapat berkas pengangkut xylem dan floem
Maka kemudian dikelompokkan dalam tumbuhan Non Tracheophyta .
Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran keturunan atau generasi antara sporofit dan gametofit
Generasi Gametofit adalah Generasi yang menghasilkan sel kelamin Gemerasi itu terdapat pada Tubuhnya sendiri , terletak pada ujung batangnya , sehingga Tumbuhan lumut tidak dijumpai spora pada daunnya
Generasi Sporofit adalah menghasalailkan spora , [ada lumut pada bagian sporogoniumnya .
Jadi bentuk gametofitnya berupa tumbuhan lumut , dan sporofitnya adalah Sporogoniumnya yang akan menghasilkan spora yang di dalamnya terdapat sporangium.
Bryophyta berkembang biak dengan spora dan telah menunjukkan pergantian keturunan yang nyata.
Gametofit berupa tumbuhan lumutnya., Sporofit berupa sporogonium atau kapsul spora yang terdapat pada gametofit dan sporofit yang belum terpisah.
Dari spora tidak lalu terjadi tumbuhan lumut, melainkan protonema dulu yang kemudian baru menjadi lumut.
Dalam sistematik lumut dibedakan menjadi dua kelas :
Kelas Musci (lumut daun): Bryopsida
Kelas Hepatica (lumut hati) : Hepaticopsida
Kelas Antoceros : Anthoceropsida
Metagenesis Hepaticopsida
Metagenesis Bryopsida
Berdasarkan struktur tubuhnya, Tumbuhan Lumut telah berkormus.(batang akar dan daunnya sudah bisa dibedakan)
Lebih tepatnya lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus.ADAPTASI LUMUT
Lumut melakukan adaptasi yang memungkinkan untuk tumbuh di tanah yaitu,
Pertama tumbuhnya diselubungi oleh kutikula lilin yang menolong tubuhnya menyimpan air.
Kedua, gamet-gametnya berkembang dalam metangia, sebagai akibatnya zigot hasil vertilisasinya berkembang didalam jaket pelindung.
Oleh karena lumut belum memiliki jaringan pengangkut, maka air masuk ke tubuh lumut secara imbibisi.
Setelah air masuk ke tubuh lumut, kemudian didistribusikan ke bagian-bagiantumbuhan secara Osmose dengan gaya kapilaritas maupun aliran sitoplasma.
Sistem pengangkutan air seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat hidup di rawa dan tempat-tempat teduh.
Lumut tidak pernah berukuran tinggi dan besar, kebanyakan hanya 1-2 cm, dan seringkali besarnya kurang dari 20cm.
SEKILAS PAKU
Paku-pakuan merupakan golongan tumbuhan yang benar-benar telah berkormus (mempunyai akar, batang dan daun).
Paku-pakuan merupakan kelompok tumbuhan berpembuluh yang paling sederhana.
Kurang lebih 550 juta tahun yang lalu (zaman karbon) hutan paku raksasamendominasi permukaan bumi.
Semua anggota divisi paku-pakuan memiliki 4 struktur penting yang tidak terdapat pada ganggang tingkat tinggi dan terkompleks sekalipun, yaitu
lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,
embrio multiseluler. Yang terdapat dalam arkegonia,
kutikula pada bagian luar membungkus epidermis
sistem transfor internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah, sistem ini sama baiknya seperti pengorganisasian transfor air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
JADI
Ciri tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan darat sejati, bentuknya kecil dan panjang, menyukai tempat-tempat yang lembab atau basah seperti di bebatuan, tanah, dan dinding tua, merupakan peralihan antara tumbuhan berthallus dan tumbuhan berkormus, mempunyai kloroflas untuk fotosintesis, tidak mempunyai berkas pengangkut, reproduksi secara seksual dengan perpaduan antara sel sperma dan sel telur, berkembangbiak secara kawin (generatif) dan tidak kawin (vegetatif).
Tumbuhan lumut tubuhnya masih berupa thallus, artinya tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati, akan tetapi memiliki bagian yang menyerupai akar yang disebut rhizoid.
Ciri khas tumbuhan paku adalah mempunyai akar, batang dan daun, umumnya tumbuh di tempat lembab (higrofit), belum menghasilkan bunga, daunnya yang masih muda yang merupakan kumpulan kotak spora. Sporangium yang berkumpul akan membentuk sorus yang kebanyakan terletak pada bagian bawah daun, reproduksi secara aseksual dengan sporofit, dan reproduksi seksual dengan gametofit, dan pada batang sudah terdapat epidermis, korteks dan stele.
Tumbuhan paku merupakan jenis tumbuhan kormus, artinya telah memiliki akar, batang, dan daun sejati serta berkembangbiak dengan menggunakan spora.
Daun muda paku menggulung
PERSAMAAN TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU
Sama-sama melakukan fotosintesis.
Sama-sama melakukan reproduksi generatif dan vegetatif.
Daur hidup mengalami pergiliran keturunan.
Sporofit merupakan keturunan generatif.
Berkembangbiak dengan spora.
Sama-sama memiliki klorofil.
Sama-sama menyukai habitat yang lembab.
Kebanyakan tinggal di daerah tropisKEGUNAAN TANAMAN PAKU
1. Untuk sayuran
Spora
Spora adalah satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang terbungkus oleh lapisan
pelindung. Sel ini dorman dan hanya tumbuh pada lingkungan yang
memenuhi persyaratan tertentu, yang khas bagi setiap spesies. Spora adalah sel
yang berubah fungsi menjadi alat perkembangbiakkan
Fungsi Spora
Fungsi spora adalah sebagai alat persebaran
(dispersi) mirip dengan biji, meskipun berbeda jika
ditinjau dari segi anatomi dan evolusi.
Tumbuhan berbiji dipandang dari sudut
pandang evolusi juga menghasilkan spora.
Definisi Spora
Definisi spora. Tumbuhan yang berkembang biak
dengan spora antara lain paku, jamur, ganggang dan suplir. Spora terdapat pada
daun tumbuhan bagian belakang, berbentuk serbuk dan disimpan di dalam kotak
spora yang disebut sporangium.
Jenis-jenis spora
Pengertian spora
berlaku umum, dalam arti tidak memandang bagaimana atau oleh spesies apa ia
dibentuk. Akibatnya banyak istilah yang menggunakan kata ini. Penggunaan
istilah spora meluas di lingkungan tumbuhan yang tidak berbiji (seperti paku-pakuan dan lumut-lumutan), fungi, Myxozoa, dan bakteri.
Jenis spora menurut fungsi
§ Spora sebagasdsai alat
persebaran untuk tumbuhan berpembuluh non-biji, lumut, fungi, dan Myxozoa. Spora dengan pengertian ini dikenal
juga sebagai diaspora.
§ Endospora dan eksospora, merupakan spora yang dibentuk oleh
bakteri tertentu (dari divisio Firmicuta) sebagai alat
pertahanan hidup dalam kondisi ekstrem.
§ Klamidospora (chlamydospore), fungsinya mirip dengan endospora, tetapi dihasilkan oleh fungi.
§ Zigospora sebagai alat persebaran haploid dari fungi Zygomycota. Spora ini
berdinding tebal dan dapat tumbuh menjadi konidium atau zigosporangium.
Beberapa istilah lain juga menggunakan kata spora, seperti sporozoit dan sporoblas namun sama sekali bukan
spora.
Bentuk Spora
Bentuk spora serupa dengan biji, namun bentuknya sangat kecil sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Spora dapat dilihat dengan bantuan
alat yang disebut dengan mikroskop. Spora ini berasal dari sel yang
berubah fungsi menjadi alat perkembangbiakan. Perkembangbiakan pada jamur yang
tumbuh liar di kebun terjadi pada saat spora jatuh ke tanah yang lembab dan
subur. Spora yang jatuh tersebut berubah menjadi alat perkembangbiakan dan
mengisap makanan, sampai akhirnya tumbuh menjadi tumbuhan jamur yang baru.
Jenis spora berdasarkan pembentukannnya
Spora yang dihasilkan dari meiosis dinamakan meiospora dan yang dihasilkan dari mitosis dinamakan mitospora.
- Contoh penghasil meiospora: paku air, rane, tumbuhan lumut, tumbuhan
berbiji. Meiospora menumbuhkan organisme haploid (disebut protonema pada
tumbuhan lumut dan disebut protalus pada rane
dan paku air) yang menghasilkan spermatozoid dan sel telur.
Pada tumbuhan berbiji, meiospora tumbuh menjadi serbuk sari (pollen)
dan kantung embrio.
- Contoh penghasil mitospora: sebagian besar paku-pakuan, sebagian besar fungi. Pada paku-pakuan, mitospora tumbuh menjadi protalus yang
setelah dewasa menjadi protalium.
Perkembangbiakkan Spora
1. Spora seksual
Yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ
khusus yang sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa dan gabungan ini
akhirnya membentuk alat reproduksi yang khas, misalnya:
a. Askospora: Spora-spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau
askus.
b. Basidospora: Spora yang dibentuk pada bagian atas basidium.
c. Oospora: Spora-spora yang dibentuk dalam oosit.
d. Sigospora: Spora-spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya
telah bergabung.
2. Spora aseksual
spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa
melalui penggabungan dari hifa- hifa reproduktif. Ada 3 jenis, yaitu:
a. . Talospora
·
Artrospora, yaitu:
spora-spora yang langsung dibentuk di dalam satu hifa atau miselium, dengan membagi
protoplasma.
·
Blastospora, yaitu: anak
sel yang dibentuk dari suatu sel atau induk, umumnya pada ragi.
·
Klamidospora, yaitu:
dari suatu hifa pada bagian tengahnya membentuk tonjolan protoplasma, dan
selanjutnya protopolasma terbagi-bagi menjadi spora.
b. Konidiospora
Dibentuk dari ujung hifa. Di sini protoplasma
membagi diri. Terdapat 2 macam bentuk: makro- dan mikrokonidia.
c. Sporangiospora
Dibentuk dari sporangium, yaitu dari ujung hifa
atau miselium khusus yang berbentuk benjolan, dan dari benjolan ini dibentuk
spora-spora.
Contoh Gambar Spora
1. Non-Tracheophyta (tumbuhan tak berpembuluh) : Lumut
2. Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh) : Paku dan Tumbuhan Berbiji
A. Tumbuhan Lumut (BRYOPHYTA)
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Ukuran lumut makroskopik, yaitu dengan tinggi sekitar 1-2 cm. Lumut mengalami
pergantian generasi, yaitu gametofit dan sporofit. Gametofit adalah lumut yang menghasilkan sel kelamin. Sporofit adalah lumut yang menghasilkan spora.
1.2 Struktur dan Fungsi Tubuh
Tubuh lumut terdiri dari sel-sel yang memiliki kloroplas yang memiliki pigmen klorofil untuk membantu berfotosintesis. Tubuh lumut tidak memiliki jaringan pengangkut air dan mineral. Gametofit memiliki alat perkembangbiakan multiseluler yang disebut gametangium. Gametium jantan disebut anteridium dan gametium betina disebut arkegonium. Jika anteridium dan arkegonium terdapat pada satu gametofit disebut lumut berumah satu (monoseus) dan jika anteridium dan arkegonium terpisah pada dua gametofit disebut lumut berumah dua (dioseus). Lumut sporofit selalu menumpang lumut gametofit untuk memperoleh air dan mineral. Sporofit multiseluler pada sebagian besar lumut memiliki sporangium. Sporangium menghasilkan spora-spora dengan bentuk dan ukuran yang sama sehingga lumut sering dikatakan bersifat homopora atau isospora. Spora digunakan untuk rerproduksi seksual.
2. Cara Hidup dan Habitat
2.1 Reproduksi
Lumut berkembang secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan yang terjadi di dalam sporangium lumut sporofit (sporogonium). Spora tersebut kemudian tumbuh menjadi protonema lalu tumbuh lagi menjadi gametofit haploid (n). pergiliran antara generasi gametofit (n) dan generasi sporofit (2n) disebut metagenesis. Gametofit adalah generasi yang dominan dalam daur kehidupan lumut.
2.2 Klasifikasi
a. Lumut hati (Hepaticopsida)
Bentuk tubuh lumut hati seperti hati (talus). Pada talus lumut hati terdapat gemma cup (kuncup). Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid. Gametofitnya membentuk anteridium dan arkegonium yang berbentuk paying. Sporangium sporofit terbentuk pada bagian bawah cakram arkegooniofor. Arkegoniofor adalah cabang pada gametofit betina berupa struktur seperti jejari yang mekar dari sebuah cakram di tengah. Spermatozoid dihasilkan oleh anteridium yang terdapat pada bagian atas cakram anteridiofor. Anteridiofor adalah cabang pada gametofit jantan yang berupa struktur seperti paying dengan puncaknya membentuk cakram.
b. Lumut tanduk (Anthoceratopsida)
Lumut tanduk memiliki bentuk tubuh seperti lumut hati yaitu berupa talus. Sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya memiliki satu kloroplas. Lumut tanduk terdiri dari 100 spesies.
c. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun memiliki struktur gametofit atau struktir generative dan juga menghasilkan spora (vegetative). Tingginya sekitar 5 inchi. Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom dan kalipra. Spora terdiri dari dua lapisan yaitu endopora dan eksospra. Habitatnya di tempat lembab. Ujung kapsulnya yang telah masak ditutupi oleh penutup yang disebut juga operculum.
3. Manfaat Lumut Bagi Manusia
a. Obat penyakit hepar (hati)
b. Bahan pengganti kapas atau pembalut
c. Sumber bahan bakar
d. Mampu merombak struktur batu menjadi tanah
B. Tumbuhan Paku (PTERIDOPHYTA)
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Tinggi tumbuhan paku bervariasi. Mulai dari yang tingginya sekitar 2 cm, sampai tumbuhan paku di darat yang mencapai tinggi 5 m. tumbuhan terdiri dari generasi gametofit dan sporofit sama dengan tumbuhan lumut tadi. Namun, tidak seperti tumbuhan lumut, sporofit tumbuhan paku lebih besar dari gametofitnya dan hidupnya lebih lama. Karena itu sporofit disebut sebagai generasi yang dominan pada daur kehidupan tumbuhan paku. Generasi sporofit umumnya yang kita lihat sehari-hari sebagai tumbuhan paku.
1.2 Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Sporofit
Sebagian besar tumbuhan paku sporofit memiliki akar, batang dan daun sejati. Dan ada pula tumbuhan paku yang memiliki rizom. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan yang berdaun besar (makrofil). Di sepanjang batang tumbuhan paku yang tidak berdaun terdapat sporangium. Sedangkan pada tumbuhan paku yang berdaun sporangium terletak pada daun yang fertil (sporofil). Sedangkan daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan ada yang memebentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil memebentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil yang berbentuk helaian, sporangium berkelompok dan membentuk sorus. Sorus dilindungi oleh selaput (indusium). Spira yang dihasilkan sporofit akan tumbuh memebentuk gametofit berbentuk hati (protalus atau protalium).
1.3 Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Paku Generasi Gametofit
Gametofit memiliki alat reproduksi seksual yaitu anteridium (jantan) yang menghasilkan spermatozoid berflagelum dan arkegonium (betina) yang menghasilkan ovum. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual. Sedangkan gametofit yang hanya memiliki salah satu jenis alat reproduksi disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual dihasilkan oleh paku homospora. Gametofit uniseksual dihasilkan oleh paku heterospora.
2. Cara Hidup dan Habitat
2.1 Reproduksi
Tumbuhan paku berkembang biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dan aseksual pada tumbuhan paku terjadi sama seperti tumbuhan lumut. Cara bereproduksi tumbuhan paku dibedakan berdasarkan sporofil paku tersebut yaitu paku homospora, paku heterospora dan paku peralihan.
2.2 Klasifikasi
a. Paku purba (Psilopsida)
Sebagian besar paku purba merupakan tumbuhan paku yang telah punah. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Pada paku purba, daun yang ada merupakan mikrofil dan makrofil. Sporofil pada paku purba merupakan homospora.
b. Paku kawat (Lycopsida)
Paku kawat banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Sporangium terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang yang berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu, paku kawat sering disebut juga pinus tanah. Paku kawat memiliki mikrosprangium dan megasporangium yang menghasilkan mikrospora dan megaspore yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan gametofit betina. Gametofit pada paku kawat berukuran kecil dan tidak berklorofil.
c. Paku ekor kuda (Sphenopsida)
Tumbuhan paku ini berbentuk seperti pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Bentuk batang tumbuhan paku ini sama dengan namanya, ekor kuda. Paku ekor kuda digolongkan ke dalam paku peralihan.
d. Paku sejati (Pteropsida)
Tempat tumbuh paku sejati sebagian bessar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daun muda pada paku sejati tumbuh menggulung (circinnatus). Umumnya berdaun berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang.
3. Manfaat Tumbuhan Paku bagi Manusia
a. Dapat dimakan sebagai sayur
b. Obat untuk menyembuhkan luka
c. Pupuk hijau tanaman padi di sawah
d. Tanaman hias
C. Tumbuhan Berbiji (SPERMATOPHYTA)
1. Ciri Tubuh
1.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh
Perawakan atau penampilan tumbuhhan berbiji sangat bervariasi, dari pohon, perdu, semak hingga herba. Ukuran tumbuhan bebiji makroskopis yaitu dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop.
1.2 Struktur dan Fungsi Tubuh
Tunbuhan berbiji merupakan tumbuhan heterospora. Mikrospora pada tumbuhan berbiji merupakan kantung serbuk sari. Mikrosporofilnya berupa benang sari. Megaspore pada tumbuhan berbiji adalah kandung lembaga (kantung embrio). Megasporangiumnya tentu saja bakal biji sedangkan megaporofilnya merupakan daun buah (karpela).
2. Cara Hidup dan Habitat
2.1 Reproduksi
Reproduksi dilakukan tumbuhan berbiji melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi). Penyerbukan adalah menempelnya serbuk sari pada kepala putik. Pembuahan adalah terjadinya penyatuan sel telur yang terdapat dalam kantung lembaga pada bakal biji dengan inti yang berasal dari serbuk sari.
2.2 Klasifikasi
a. Subdivisi Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka)
Ciri-cirinya adalah bakal biji tumbuh pada permukaan megasporofil, umumnya berkelamin tunggal dan penyerbukan hamper selalu dengan penyerbukan anemogami (bantuan angin). Gymnospermae dibagi menjadi beberapa kelas.
- Kelas Cycadinae
Habitus menyerupai palem, berkayu, sedikit atau tidak bercabang, daun tersusun dalam roset batang, tulang daun berbagi menyirip atau menyirip dan daun mudanya bergulung.
- Kelas Coniferae atau Coniferinae
Habitus semak, perdu atau pohon, dengan tajuk menyerupai kerucut. Daun menjarum. Terbagi dalam beberapa ordo dengan contoh famili sebagai berikut.
• Ordo Toxales. Family Taxaceae.
• Ordo Araucariale. Famili Araucariaceae.
• Ordo Podocarpales. Famili Podocarpaceae.
• Ordo Pinales. Famili Pinaceae.
- Kelas Gnetinae
Tumbuhan berkayu yang batangnya bercabang-cabang atau tidak. Terbagi dalam beberapa ordo dengan contoh famili sebagai berikut.
• Ordo Ephedrales. Famili Ephedraceae.
• Ordo Gnetales. Famili Gnetaceae.
• Ordo Welwitschiales. Famili Welwitschiaceae.
- Kelas Ginkgoinae
Pohon yang memiliki tunas pendek, daun bertangkai panjang berbentuk kipas dengan tulang daun bercabang-cabang menggarpu.
b. Subdivisi Angiospermae (Tumbuhan Berbiji Tertutup)
Habitu herba, semak, perdu atau puhon. Selama pertumbuhan, inti dalam serbuk sari membelah menjadi dua (vegetative dan generative). Terbagi menjadi beberapa kelas.
- Kelas Dycotyledoneae (Tumbuhan Dikotil)
Berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas tidak jelas.
- Subkelas monoklamida
Pohon atau tumbuhan berkayu, bunga berkelamin tunggal, anemogami, tak ada perhiasan bunga
- Subkelas dialipeta
Tumbuhan dengan habitus terna, semak, perdu dan pohon, bunga menarik perhatian. Perhiasan bunga lengkap.
- Subkelas simpetala
Tumbuhan denga habitus herba, semak, perdu dan pohon, perhiasan bunga lengkap.
- Kelas Monocotyledoneae (Tumbuhan Monokotil)
Habitus herba, semak, perdu atau pohon. Batang dari pangkal ke ujung hamper sama tanpa cabang. Daun tunggal, jarang majemuk, umumnnya memiliki pelepah, helaian daun sejajar. Bunga berjumlah trimer atau kelipatan tiga dan tidak berkambium.
3. Manfaat Tumbuhan Berbiji Bagi Manusia
Peneduh, penyimpan air, penyerap karbon dioksida, sumber oksigen, bahan obat-obatan, dekorasi, upacara adat, agama, kosmetik, makanan utama, sumber serat, protein, vitamin, bahan sandang, papan, perabotan, dan masih banyak la