I. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan mencakup asal usul dan penyebaran
cabai, manfaat cabai,sentra penanaman, serta prospek agribisnis cabai hibrida.
Adapun cabai awalnya berasal dari Peru sekitar 7000 tahun
lalu. Lalu oleh Christoporus Colombus dibawa ke Spanyol dan menyebar ke
berbagai negara hingga samapi di Indonesia yang dibawa oleh pedagang Persia.
Selain sebagai penyedap masakan, cabai juga bermanfaat untuk mengatur peredaran
darah, memperkuat jantung, dan nadi. Sementara itu, daerah sentra penanaman
cabai tersebar mulai dari Sumatera Utara sampai Sulawesi Selatan. Di tahun
90-an prospek keuntungan agribisnis Cabai Hibrida mencapai Rp 7.000.000 - Rp
10.000.000 per ha.
II. Morfologi, Anatomi, dan Varietas
A. Morfologi Cabai
Hibrida
Cabai Hibrida termasuk tanaman semusim, berbentuk perdu,
serta batang berkayu dan memiliki banyak cabang. Seperti cabai pada umumnya,
Cabai Hibrida termasuk dalam keluarga terung-terungan ( Solanaceae ), dan
digolongkan ke dalam jenis cabai besar.
B. Anatomi Cabai
Hibrida
Anatomi Cabai Hibrida meliputi akar, batang, daun, serta
bunga dan buah.
Perakaran Cabai Hibrida merupakan akar tunggang, yang
terdidiri dari akar primer dan sekunder . Sementara itu, batang Cabai Hibrida
dapat tumbuh dengan tinggi 35-50 cm dan diameter 1,5-3,0 cm dan dapat bercabang
hingga 19 cabang. Adapun daun Cabai Hibrida berwarna hijau muda sampai hijau
tua dengan tulang daun menyrip dan berbentuk lonjong dengan ujung meruncing.
Seperti umumnya suku Solanaceae, bunga Cabai Hibrida berbentuk terompet dan
tergolong bunga lengkap. Sedangkan buah Cabai Hibrida berbentuk lurus dengan
ujung agak melengkung.
C. Varietas Cabai
Hibrida
Ada sekitar 12 varietas Cabai Hibrida di Indonesia,
yaitu: Hot Beauty, Hero, Long Chili, Ever Flavor, Passion, Amando, Red Beauty,
Hot Chili, Wonder Hot, Arimbi, Hybrid TM-999, dan Hybrid TM-888 yang
masing-masing memiliki karakterisstik yang berbeda.
III. Syarat Pertumbuhan
Syarat pertumbuhan Cabai Hibrida meliputi: Tanah, Air,
dan Iklim.
Faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah jenis tanah
dan PH tanah, dimana tanah yang baik adalah tanah dengan struktur gembur, tidak
terlalu liat dan tidak terlalu porus, serta kaya bahan organik. Sementara itu,
PH tanah yang baik berkisar 5,5-6,8. Selain tanah, adapula air yang berfungsi
sebagai pelarut unsur hara serta sebagai proses fotosintesis. Selain faktor tanah
dan air, ada juga faktor iklim dimana faktor iklim tersebut meliputi: angin,
curah hujan, cahaya matahari, suhu, dan kelembapan.
Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air
sehingga penguapan akan berkurang. Adapun curah hujan yang baik untuk Cabai
Hibrida 1.500-2.500 mm/tahun. Selain itu, cahaya matahari penting bagi tanaman
untuk fotosintesis, pembentukan bunga, serta pemasakan buah. Sedangkan suhu
optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28 derajat celcius dengan kelembapan
relatif 80%.
IV. Manajemen Produksi
Manajemen produksi meliputi: Persiapan teknis dan
persiapan nonteknis
A. Persiapan Teknis
Persiapan yang perlu dilakukan untuk menghasilkan
produksi cabai seoptimal mungkin dengan pengeluaran seefisien mungkien.
Persiapan teknis meliputi: pemilihan lokasi, pengukuran pH tanah, analisis
tanah, dan persiapan sarana dan prasarana.
Pemilihan lokasi yang baik yaitu letaknya yang strategis,
dekat dengan sumber air, jauh dari polusi udara, serta jauh dari penanaman
cabai lain. Selain itu, pengukuran pH tanah diperlukan untuk mengetahui derajat
keasaman tanah dimana pengukuran dapat dilakukan dengan kertas lakmus, pH
meter, serta dengan cairan pH tester. Adapun analisis tanah dilakukan untuk
mengetahui unsur hara yang dikandung dengan pengambilan sampel tanah secara
sistematis dan secara acak dimana secara sistemais meliputi sistem diagonal dan
sistem zigzag.
Sedangkan untuk persiapan sarana dan prasarana meliputi:
pengadaan tanah media semai, pengadaan pupuk, pengadaan benih dan mulsa PHP,
pengadaan pestisida dan kapur pertnian, pengadaan ajir dan gelagar serta pasak
penjepit mulsa, pengadaan peralatan, dan yang terakhir persiapan tenaga kerja.
Untuk tanah media semai paling baik adalah di sekitar
kebun bambu dimana tanah tersebut banyak mengandung unsur hara. Lalu untuk
pupuk dapat menggunakan pupuk kandang maupun pupuk kimia,seperti ZA, Urea, TSp,
dan KCL. Semantara itu, untuk peralatan lapangan digunakan seperti cangkul,
gembor, alat kored, dsb. Dan yang terakhir persiapan tenaga kerja dimana untuk
1 ha diperlukan 2 orang,
B. Persiapan
Nonteknis
Persiapan nonteknis meliputi perencanaan produksi dan
pemasaran. Perencanaaan produksi dan pemasaran meliputi: penetapan waktu tanam,
penetapan luas areal, pengaturan volume produksi, pencarian pasar produksi, serta
pembuatan dan pelaksanaan jadwal kerja.
Penetapan waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen,
dimana saat panen paling baik saat harga cabai tinggi yaitu di seputar hari
raya Idul Fitri. Untuk penetapan luas areal berkaitan dengan kepemilikan modal dimana
untuk beragribisnis Cabai Hibrida sekitar Rp 12.000.000 - Rp 15.000.000 per ha.
Sedangkan unutk pengaturan volume produksi berkaitan dengan perkiraan harga
saat panen. Saat harga rendah, maka penanaman sebaiknya dilakukan secara
bertahap.
V. Penyiapan Lahan
Secara terperinci proses penyiapan lahan mulai dari
pembukaan lahan sampai pengolahan tanah yang meliputi: pembajakan dan
penggaruan, pencangkulan, pengapuran, pembentukan bedengan kasar, pemupukan,
dan pemasangan mulsa plastik hitam perak.
A. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan
dari segala macam gulma dan bertujuan untuk memudahkan perakaran tanaman.
Pembersihan lahan dilakukan dengan cara membabat dan dicangkuli.
B. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah
bergumpal menjadi gembur. Proses pengolahan lahan meliputi pembajakan dan
penggaruan hingga pemasangan plastik mulsa.
1. Pembajakan dan
Penggaruan
Pembajakan dilakukan untuk meningkatkan peredaran air dan
udara di dalam tanah. Pembajakan dapat dilakukan dengan hewan ternak maupun
traktor. Setelah pembajakan, lahan digenangi kemudian digaru. Penggaruan
bertujuan memecah bongkahan menjadi struktur yang lebih halus sehingga tanaman
dapat tumbuh subur.
2. Pencangkulan
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit
dijangkau alat bajak.
3. Pembentukan Bedengan
Kasar
Bedengan kasar merupakan bedengan tempat penanaman yang
baru 70% diselesaikan. Penyelesaian dilakukan bersamaan dengan penutupan mulsa
PHP.
4. Pengapuran
Pengapuran bertujuan menaikan pH tanah yang semula masam hingga mendekati netral.
Pengapuran dilakukan dengan menambahkan kalsium(Ca) dan magnesium(Mg).
5. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara. Unsur hara
tersebut meliputi unsur mikro dan makro. Unsur mikro adalah unsur yang mutlak
diprlukan oleh tanaman tapi dalam jumlah kecil. Sedangkan unsur makro adalah
unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi: nitrogen, fosfor, kalium,
kalsium,dll. Adapun pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk kandang maupun pupuk
kimia.
6. Pemasangan Mulsa Plastik
Hitam Perak (PHP)
Pemasangan mulsa plastik bertujuan untuk menekan
perkembangan hama, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi pengupan, serta
mencegah erosi tanah.
VI. Penyiapan Bibit dan Penanaman
Penyiapan bibit dan penanaman meliputi: rumah pembibitan
dan media semai, penyemaian benih, pemeliharaan pembibitan, pindah tanam.
A. Rumah pembibitan dan Media Semai
Rumah pembibitan dibuat untuk melindungi bibit yang masih
muda dari terik sinar matahari, air hujan, serta serangan hama dan penyakit.
Sementara itu, media semai yang digunakan dalam budidaya Cabai Hibrida
merupakan campuran dari tanah, pupuk kandang, pupuk NPK, dan insektisida
karbofuran.
B. Penyemaian Benih
Untuk memudahkan perkecambahan dan mematikan bibit
penyakit, dapat dilakukan perlakuan benih sebelum penanaman ke polibag.
Perlakuan tersebut meliputi: perendaman benih dengan air hangat, perendaman
dalam larutan fungisida dan bakterisida, serta pengadukan benih dengan
fungisida dan bakterisida. Sementara itu, sistem persemaian dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu, persemaian di bak pasir dan persemaian langsung ke
polibag.
C. Pemeliharaan
pembibitan
Pemeliharaan pembibitan meliputi: pembukaan sungkup,
penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta sortasi
bibit.
Pada saat malam hari sungkup harus ditutup rapat untuk
mencegah masuknya serangga. Sementara itu, saat menjelang penanaman sungkup
harus dibuka karena haurs mandapat banyak sinar matahari. Untuk penyiraman
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Adapun untuk sortasi bibit
dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam di lapangan.
D. Pindah Tanam
Setelah benih dibibitkan, pada umur 15-24 hari, bibit
perlu dipindahkan ke lapangan. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari
atau saat udara sejuk.
VII. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi: penyulaman, Perempelan,
pemasangan ajir, pengairan, pemupukan susulan, serta sanitasi lingkungan
pertanaman.
A. Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika benih yang kita tanam mati.
Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman.
Adapun faktor yang menyebabkan bibit mati, yaitu: kondisi bibit yang tidak
mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, faktor cuaca, serta adanya serangan
hama penyakit.
B. Perempelan
Perempelan dilakukan untuk meningkatkan dan meningkatkan
kualitas produksi. Adapun bagian yang harus dirempel yaitu tunas samping serta
sebagian bunga dan daun. Perempelan tunas samping dilakukan dengan tangan
bersih dan bertujuan agar tanaman menjadi kokoh sebelum memasuki fase
generatif. Selain perempelan tunas di ketiak daun, bunga pertama juga harus
dirempel untuk tanaman di dataran rendah. Sementara di dataran tinggi
perempelan bunga dilakukan sampai bunga kedua dan ketiga. Perempelan bunga
bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dengan menunda pertumbuhan
generatif. Sedangkan untuk perempelan daun dilakukan pada daun-daun di bawah
cabang utama.
C. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir diperlukan untuk menopang pertumbuhan
tanaman. Ajir harus dipasang sedini mungkin dan maksimal satu bulan setelah
penanaman. Sistem pemasangan ajir dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem
ajir miring dan sistem ajir tegak. Pada sistem ajir miring tanaman ditopang
ajir yang ditancapkan miring dimana satu ajir untuk satu tanaman. Sementara
itu, pemasangan sistem ajir tegak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu satu
ajir untuk 3 tanaman atau satu ajir untuk satu tanaman. Setelah sjir dipasang,
ajir perlu diikatkan ke tanaman dimana pengikatan dilakukan dengan sistem angka
8.
D. Pengairan
Pengairan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan
sore hari. Pengairan menggunakan selang air bertekanan rendah supaya tidak
menghanyutka tanah di sekitar tanaman.
E. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan saat cabai berumur 30 hari
dengan pupuk daun unutk menjaga kesehatan tanaman dan peningkatan kualitas
maupun kuantitas produksi. Kemudian secara bertahap dengan jarak 20-30 hari
diberi pupuk lagi baik pupuk kan dang maupun pupuk kimia.
F. Sanitasi
Lingkungan Pertanaman
Sanitasi lingkungan diperlukan dalam pengendalian
serangan hama dan penyakit. Untuk kebersihan perlatan harus diperhatikan secara
teliti dan harus dipisahkan antara wadah pemetikan buah yang bagus dan yang
jelek. Sementara itu untuk kebersihan lingkunga juga harus diperhatikan.
Gulma-gulma yang tumbuh harus segera disiangi, buah cabai yang busuk dan rontok
harus dibersihkan.
VIII. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Organisme pengganggu tanaman meliputi: hama, penyakit, serta gulma.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman harus dilakukan untuk tetap menjaga
kualitas dan kuantitas produksi Cabai Hibrida.
A. Hama
Hama sangat merugikan bagi tanaman Cabai Hibrida.
Berbagai jenis hama meliputi gangsir, ulat tanah, lalat buah, ulat buah, dsb.
Gangsir merupakan hama yang memakan akar-akar tanaman
Cabai Hibrida sehingga menyebabkan tanaman menjadi mati. Adapun pengendaliannya
dengan penyiraman larutan insektisida pada liang gangsir, kemudian ditutup
tanah.
Selanjutnya ulat tanah. Ulat tanah memakan batang tanaman
cabai Hibrida yang masih muda. Adapun pengendaliannya dengan penyemprotan
insektisida pada petang hari sebelum pindah tanam.
Kutu Thrips merupakan hama yang menghisap cairan daun
muda sehingga menimbulkan bercak-bercak keperakan dan daun menjadi keriting.
Adapun pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida secara bergilir.
Kemudian ada lalat buah yang menyerang tanaman cabai pada
waktu musim hujan. Lalat buah menyebabkan daging buah busuk dan berbelatung
yang merupakan larva lalat buah. Adapun pengendaliannya dengan membersihkan
semua buah yang rontok serta pemasangan berupa perangkap.
Hama selanjutnya adalah ulat buah, dimana ulat buah
menyerang cabai dengan cara mengebor buah sambil memakannya. Pengendaliannya
dengan cara pembersihan buah-buah yang terserang serta penyemprotan insektisida
Decis 2,5 EC.
Tungau juga merupakan hama yang menghisap cairan daun
dimana daun menjadi terpelintir, menebal, dan ujung tanaman mati. Adapun
pengendaliannya dengan pencabutan tanaman yang terserang hama tersebut kemudian
dibakar serta dengan penyemprotan insektisida akarisida.
B. Penyakit
Seperti halnya hama, penyakit juga beragam diantaranya
rebah semai, layu fusarium, layu bakteri, pathek, dsb.
Rebah semai merupakan penyakit yang menyerang persemaian
ditandai dengan bibit tidak berkecambah atau bibit tiba-tiba rebah dan mati.
Adapun pengendalianya dengan sterilisasi media semai dengan Basamid G serta
penyemprotan fungisida.
Layu Fusarium adalah penyakit yang ditandai dengan
memucatnya tulang daun disebelah atas, kemudian diikuti dengan menunduknya
tangkai. Pengendalianya dengan pengapuran lahan sebelum penanaman serta
pencelupan bibit ke air yang telah diberi fungisida.
Layu bakteri adalah penyakit yang ditandai dengan daun
muda yang layu dan menguning. Adapun pengendalianya dengan pencelupan bibit ke
air yang telah diberi bakterisida Agrimicyn.
Pathek juga merupakan penyakit dimana menyebabkan buah
mengering dan keriput. Pathek berkembang pesat pada kelembapan tinggi(>95%).
Pengendalianya dengan memisahkan buah cabai yang terserang kemudian dibakar
serta dengan penyemprotan fungisida.
Bercak daun merupakan penyakit yang ditandai dengan
bercak bulat kecil kebasah-basahan pada daun. Adapun pengendalianya dengan
pembersihan dan pembakaran tanaman yang terkena penyakit tersebut. Selain itu
bisa dengan penyemprotan fungisida secara berseling.
Kemudian ada penyakit tepung dimana sering menyerang pada
musim kemarau mendekati musim hujan. Penyakit ini ditandai dengan bercak dan
menguning pada daun.
C. Gulma
Gulma merupakan tanaman pengganggu pertumbuhan Cabai
Hibrida dimana dapat dikelompokan menjadi gulma berdaun lebar, rerumputan, dan
teki.
Gulma berdaun lebar banyak ditemukan pada pertanaman
Cabai Hibrida yaitu krokot, gendong anak, bayam duri, serta sawi liar. Adapun
pengendalianya dengan penyiangan 2-3 kali per musim tanam serta penyemprotan
herbisida.
Gulma jenis rerumputan banyak ditemukan dalam got/parit
dimana sering dijumpai jenis rumput belulang, tuton, serta rumput grintingan.
Pengendaliannya dengan penyianagn secara manual dan juga penyemprotan herbisida
berspektrum sempit.
Selain itu, teki juga merupakan gulma pengganggu tanaman
Cabai Hibrida yang dapat menembus mulsa plastik serta tergolong gulma yang
merepotkan. Adapun penegendaliannya dengan penyiangan secara manual serta
penyemprotan herbisida khusus teki yakni Cyperal.
Untuk menanggulani berbagai hama dan penyakit serta gulma
perlu dilakukan penyemprotan secara teratur dan bertahap. Misalnya pada minggu
pertama, penyemprotan penyemprotan sebaiknya dimulai setelah tanaman berumur
5-7 hari. Adapun volume semprotnya 168 l per ha. Dan untuk minggu kedua dan
ketiga serta seterusnya dilakukan penyemprotan dengan dosis yang semakin
banyak.
IX. Panen dan Pascapanen
A. Panen
Pemanenan harus dipersiapkan satu minggu sebelumnya, baik
itu wadah panen, timbangan, plastik, bahkan staf pemasaran sudah harus
menghubungi pedagang pengumpul.
Hasil panen Cabai Hibrida ditentukan oleh populasi
tanaman, pertumbuhan tanaman, serta prosentasi kegagalan, dimana prosentasi
kegagalan 10% pada musim kemarau dan 20% pada musim penghujan. Sebagai contoh
untuk panen tahap pertama, misalnya Cabai HIbrida jenis Hero dengan berat 50 g
per buah dikalikan 90 buah pertanaman sehingga menjadi 1,35 kg untuk satu
tanaman. Kemudian dikalikan populasi yaitu 18.000 x 10% prosentasi kegagalan
maka menjadi 16.200 x 1,35 kg menghasilkan 18.870 kg per ha.
Adapun Cabai Hibrida yang sudah bisa dipanen yaitu bobot
maksimal, bentuk padat, serta warna merah menyala dengan sedikit garis hitam
(80-90% masak). Selain itu, dalam pemanenan harus memperhatikan wadah yang
digunakan. Kita harus memisahkan wadah untuk cabai kualitas baik dan cabai
kualitas buruk. Sementara itu, waktu pemanenan yang baik pada pagi hari karena
bobot buah dalam keadaan optimal sebagai hasil penimbunan zat pada malam hari
dan belum banyak mengalami penguapan. Adapun untuk interval pemanenan yaitu 3-4
hari sekali.
B. Pascapanen
Cabai hasil panen dikumpulkan di satu hamparan untuk dilakukan
penyortiran. Penyortiran penting dilakukan untuk memisahkan cabai yang baik dan
yang buruk. Cabai yang sudah disortir kemudian dikemas . Pengemasan untuk pasar
lokal cukup dengan karung. Sedangkan untuk keperluan ekspor cabai dikemas dalam
kardus khusus. Cabai yang telah dikemas dan tidak segera dipasarkan sebaiknya
disimpan di ruangan yang sejuk dan kering.
Selain dikonsomsi dalam bentuk segar, cabai juga
dokonsumsi dalam bentuk awetan. Cabai dapat diolah dalam berbagai produk awetan
seperti saus/sambal cabai, cabai kering, oleorisin cabai, manisan cabai, sert
cabai kalengan.
X. Analisis Usaha Tani
Unrtuk biaya produksi yang mencakup penyiapan lahan,
penyiapan bibit dan penanaman, pemeliharaan tanaman, panen dan pascapanen,
serta lain-lain total biaya Rp 14.366.550,00. Sementara itu, untuk penerimaan
dengan produksi 18 ton per ha dengan harga Rp 1.800 maka total penerimaan Rp
2.400.000,00. Sehingga didapatkan keuntungan bersih Rp 18.033.450,00.