Menulis Hasil Wawancara

bahasa Indonesia kelas X kurikulum 2013
Dalam dunia jurnalistik, dikenal dengan rumus 5W + 1H, yaitu what (apa), who (siapa), where (di mana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Sampai sekarang, rumus ini masih digunakan untuk menulis berita di koran, baik berupa berita yang masih hangat (hot news), berita kriminal (crime news), berita singkat (spotnews), dan karangan khas (feature).
Misalnya, seorang wartawan yang sedang meliput kejadian pencurian di kompleks perumahan. Wartawan bertanya kepada Pak Agam, pemilik rumah yang dibobol pencuri.

Wartawan        :           Pukul berapa, kejadiannya, Pak?
Pak Agam        :           Kira-kira pukul 2 malam.
Wartawan        :           Apa saja yang diambil pencuri, Pak?
Pak Agam        :           Televisi, radio, VCD, dan laptop.
Wartawan        :           Mengapa hanya barang elektronik yang diambil, tidak uang atau perhiasan?
Pak Agam        :           Mungkin kalau pencuri itu masuk kamar, takut saya dan istri saya terbangun! Kan, repot kalau ketahuan!
Wartawan        :           Oya, ini termasuk wilayah kepolisian mana, Pak?
Pak Agam        :           Perumahan Cinta Damai ini termasuk Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Pantang Mundur, wilayah hukum Polres Pantang Mundur.
Wartawan        :           Bapak sudah punya dugaan, siapa kira-kira pencurinya itu?
Pak Agam        :           Lah, gak tahu, ya! Kalau sudah tahu, tentu saja sudah saya tangkap. Tapi melihat jendela yang rusak, seperti sudah tahu bahwa jendela dekat pojok sana engselnya rusak. Saya curiga, jangan-jangan orangnya tahu rumah saya. Itu hanya kecurigaan! Yang jelas saya tidak menuduh siapa-siapa, takut menjadi fitnah! Fitnah, itu kan, dosa. Nanti sama dosanya dengan yang mencuri barang-barang saya ini!
Wartawan        :           Bagaimana setelah kejadian itu? Trauma atau ada harapan untuk segera dituntaskan tindak kriminal ini!
Pak Agam        :           Ya, trauma, sih, tentu saja! Baru pertama kali, kok,

rumah dibobol pencuri. Ya, saya berharap pihak yang berwajib segera bertindak. Paling tidak, keamanan masyarakat terjaga, jangan sampai terulang lagi kejadian seperti ini.
Hasil wawancara di atas, dapat saja ditulis oleh wartawan dengan pola 5W + 1H seperti berikut ini.
Bandung, (PR): Pencurian semakin merajalela. Kali ini menimpa keluarga Agam (60), warga Perumahan Cinta Damai, Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Pantang Mundur. Rumahnya dibobol pencuri pada Sabtu (23/5) pukul 2 dini hari. Rumah pensiunan sebuah BUMN itu dibobol pencuri ketika penghuni rumah terlelap tidur. Pencuri mencukil pintu serambi sebelah kiri, yang memang sudah longgar. Barang-barang yang dicuri, yaitu televisi, radio, VCD, dan laptop. Barang berharga lainnya selamat karena menurut Agam, pencuri ketakutan jika penghuni akan terbangun.
Bacalah teks wawancara berikut, kemudian kerjakan soal-soal di bawahnya!
Hati-Hati Terjebak Aliran Sesat
”Jika ingin tahu bagaimana mencari jalan terang di tengah kegelapan, bertanyalah kepada Nasaruddin Umar,” ujar sastrawan Danarto, ”Pria ini senantiasa berada di tengah jantung masyarakat dan bisa menjadi pencerah.”
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama ini memang tak segan-segan turun di ”daerah konflik” saat terjadi bebagai kegentingan. Pada saat pro-kontra ”aliran sesat”, misalnya, ia memilih berdialog dengan orang-orang yang dianggap sesat ketimbang menghajar mereka dengan pentung dan api marah. Apa komentar dia tentang 2007 yang kerap dianggap orang sebagai ”tahun kegelapan”? Berikut petingan perbicangan dengan dia di Jakarta, belum lama ini.
Perjalanan bangsa Indonesia sepanjang tahun 2007 berada dalam kegelapan. Begitu banyak sendi kehidupan rusak, begitu kerap bencana alam tejadi. Apa yang salah pada bangsa ini?
Ada tiga komponen yang dalam Islam terkait bencana. Ada musibah balak dan azab. Jangan dicampuradukkan ketiganya sehingga terjadi pemahaman yang salah. Azab itu siksaan Tuhan karena kezaliman umat seperti yang terjadi pada umat-umat sebelum Nabi Muhammad, saw. Seperti umat Nabi Nuh yang kapitalistik dan umat Nabi Luth yang melakukan penyimpangan dan kejahatan seksual. Akan tetapi, yang diazab itu orang-orang yang durhaka, bukan orang-orang yang saleh. Orang yang saleh walau ada di sekitarnya, seperti kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib, tidak terkena serangan burung terhadap pasukan Abrahah. Adapun musibah atau ujian itu tidak mengenal agama dan etnik. Begitu datang bisa mengenai semuanya.
Nabi sudah minta kepada Allah agar umatnya tidak diberi azab sebagaimana umat-umat terdahulu. Allah mengabulkan permintaan itu sehingga pasca Muhammad tidak ada lagi azab yang ditimpakan.
Jadi, semuanya berbentuk musibah. Lalu ada balak yang bersifat lebih personal, seperti kita sembrono bawa mobil lalu kecelakaan, ya itu kita terkena balak.
Kondisi yang menimpa bangsa Indonesia saat ini adalah musibah. Ada dua faktor yang memengaruhi. Pertama, karena siklus kealaman itu sendiri. Ada siklus sepuluh tahunan, duapuluh tahunan, dan lima puluh tahunan. Ilmu pengetahuan sudah menjawab dan terbukti ada siklus. Jadi, jangan langsung menghubung-hubungkan atau memistikkan suatu permasalahan pada era SBY–JK, dengan serangkaian musibah yang terjadi saat ini, itu syirik.
Selain sabar dan optimis, apa yang perlu kita sebagai pribadi dan bangsa lakukan dalam menghadapi musibah ini?
Dengan keikhlasan. Tidak semua persoalan diselesaikan dengan uang. Banyak problem itu bisa diselesaikan dengan semangat dan keikhlasan. Kalau ikhlas, kita tidak mengenal lelah. Kalau kita ikhlas, dana itu nomor dua. Ikhlas juga tidak mengejar popularitas karena hakikatnya apa artinya terkenal di bumi tetapi tidak terkenal di akhirat.
Mengenai keterpurukan di berbagai sendi kehidupan saat ini, saya mengibaratkan sebagai lentingan bola. Untuk menaikkan bola ke atas, itu perlu mengantam lantai terlebih dahulu. Yang perlu juga dipahami tidak pernah ada musibah itu tanpa hikmah. Di mana ada musibah di situ pula ada pembelajaran. Jadi, masih ada titik cerah. Coba lihat, bangsa-bangsa lain yang maju, pasti dalam tahapan sejarah mereka, ada sesuatu masalah yang krusial.
Coba kita renungkan, apabila kita ada bencana tsunami, maka kita tidak pernah sedikit pun berpikir bagaimana merencanakan sebuah pembangunan yang berdimensi penanggulangan terhadap tsunami. Saya lama di Amerika dan beberapa negara Eropa. Begitu dapat musibah seperti badai atau listrik mati total, langsung timbul kepanikan dan kekacauan yang luar biasa. Coba lihat, peristiwa 9– 11  di Amerika bagaimana negara besar, negara adidaya yang sangat disegani di dunia merasakan kekalahan yang begitu besar, beitu telak di negeri mereka sendiri. Dengan banyak musibah di negeri ini janganlah membuat kita kecil hati. Harus kita ubah cara pandang kita dengan pola pikir karena musibah kita justru dibuat lebih matang dalam menghadapi tantangan alam dalam kehidupan ini.
Sumber: Suara Merdeka, 30 Desember 2007
1.       Catatlah pokok-pokok informasi dari hasil wawancara tersebut!
2.       Tuliskan hasil wawancara itu dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar!


Artikel Terkait