Menggunakan Kalimat yang Baik, Tepat, dan Santun

Anda sedang bercakap-cakap dengan teman. Kemudian, Anda kurang memahami penjelasan teman Anda itu. Apakah yang akan dilakukan? Tentu Anda akan bertanya kepada t eman Anda itu. Tahukah Anda, bagaimana cara bertanya yang  benar itu? Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar bertanya dengan mengunakan kata tanya yang tepat.
Dalam pelajaran ini, Anda pun akan belajar bagaimana menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun. Setelah mengikuti pelajaran ini, kemampuan berkomunikasi Anda harus semakin baik. Tentu saja, ya.

A. Menggunakan Kalimat yang Baik,  Tepat, dan Santun

1. Mengidentifikasi kalimat yang komunikatif, tetapi tidak cermat
Dalam kegiatan berbahasa, kita sering menemukan adanya salah pengertian atau salah tafsir. Hal itu terjadi akibat adanya kalimat yang tidak komunikatif atau kalimat rancu. Agar tidak terjadi hal demikian, kita sebagai penutur atau penulis harus mengemasnya dengan menggunakan kalimat efektif atau kalimat yang komunikatif.
Sekarang, bacakanlah teks pidato berikut di depan kelas oleh guru atau teman Anda.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak Kepala Sekolah dan Bapak-Ibu Guru yang kami  hormati, serta Kakak-Kakak Kelas III yang sebentar lagi meninggalkan  sekolah ini.
Kami, kelas I dan II ikut bersyukur dan berbangga hati atas keberhasilan Kakak meraih nilai yang baik dalam ujian. Menurut kami, Kakak-Kakak memang pantas memperoleh nilai baik. Kakak memang rajin belajar dan berdisiplin. Mudah-mudahan kami  dapat mencontoh Kakak dalam hal rajin belajar dan disiplin.
Kakak-Kakakku,
Barang kali saja selama bersama-sama belajar di sini kami sering merepotkan Kakak. Barang kali saja kami juga sering mengganggu Kakak. Harapan kami, sudilah Kakak memaafkan kami. Doa Kakak kami harapkan, mudah-mudahan kami dapat berdisiplin dan rajin belajar seperti Kakak sehingga pada waktunya kelak kami bisa lulus dan meraih nilai ujian yang baik seperti Kakak. Syukur bisa lebih baik lagi.
Akhirnya, kami semua mengucapkan selamat jalan. Mudahmudahan cita-cita Kakak semuanya tercapai.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tentu Anda dengan mudah memahami isi pidato t ersebut, bukan? Hal ini sebab kalimat yang digunakan dalam teks  tersebut adalah kalimat efektif dan kalimat komunikatif. Sekarang, cermatilah kalimat berikut.
a.        Berhubung itu mengemukakannya juga minat baca kaum remaja makin menurun.
b.       Pengarang itu menceritakan tentang pengalaman ketika masa kecilnya.
 Lalu, bandingkanlah kedua kalimat tersebut dengan kalimat-kalimat berikut.
c.        Sehubungan dengan itu, ia juga mengemukakan bahwa minat baca kaum remaja makin menurun.
d.       Pengarang itu menceritakan pengalaman masa kecilnya.
Kalimatnya pertama (a) dan kedua (b) termasuk kalimat tidak efektif. Tentu kedua kalimat tersebut akan sulit Anda  pahami.  Namun, berbeda dengan kalimat ketiga (c) dan kalimat keempat (d). Kalimat ketiga dan keempat termasuk kalimat efektif. Kalimat efektif adalah k alimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan  kembali gagasan- gagasan pada pikiran pembicara atau penulis.

Berikut ini merupakan ciri-ciri kalimat efektif.

a.                                   Mengikuti kaidah-kaidah bahasa

Kaidah-kaidah bahasa adalah tata aturan penggunaan b ahasa yang mengacu pada pedoman Tata Bahasa Baku B ahasa Indonesia, termasuk pedoman Ejaan Yang D isempurnakan (EYD).
Perhatikanlah kalimat-kalimat berikut.
1)       Tidak hanya perpustakaan sekolah, ketiga siswa ini punya pengalaman dengan perpustakaan lain.
2)       Ayo, kita jalan agar cepat sampai di tujuan.
3)       Sebagai orang asing, ia cukup pandai bicara bahasa  Indonesia.
Kata-kata yang bercetak miring dalam ketiga kalimat  termasuk kata tutur. Kata tutur ialah kata-kata yang hanya  dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. P enggunaan kata tutur dalam kalimat efektif h endaknya d ihindarkan. Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut.
1)       Tidak hanya perpustakaan sekolah, ketiga murid kelas tiga ini mempunyai pengalaman dengan perpustakaan lain.
2)       Ayo, kita berjalan agar cepat sampai di tujuan.
3)       Sebagai orang asing, ia cukup pandai dalam berbicara  bahasa  Indonesia.

b.  Ketepatan memilih kata (diksi)

Ketepatan dalam memilih kata, artinya kita harus menggunakan kata sesuai dengan proporsi kalimat yang tepat. Ketepatannya dapat dilakukan dengan cara penghematan penggunaan kata dan penggunaan sinonim yang dapat saling menggantikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindari pengulangan kata yang sama. Perhatikan contoh kalimat berikut.
1)       Di Jawa Timur masih banyak desa-desa miskin.
Sejarah daripada perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut memberi dasar dan arah daripada politik kita yang bebas dan aktif.

Kata-kata bercetak miring pada kedua kalimat tersebut  menunjukkan penggunaan bahasa yang tidak hemat. Bandingkanlah kedua kalimat tersebut dengan kalimat  berikut.
1)       Di Jawa Timur masih banyak desa yang miskin.
2)       Sejarah perjuangan dan pertumbuhan bangsa ikut  memberi dasar dan arah dari politik kita yang bebas dan aktif.
Kemudian, perhatikan pula kalimat-kalimat berikut.
1)       Air sungai itu bersih.
2)       Air sungai itu bening.
3)       Air sungai itu jernih.
Kalimat-kalimat tersebut mengandung pilihan kata yang  tepat dan mengandung sinonim yang dapat saling menggantikan. Walaupun demikian, kalimat itu menjadi kurang tepat jika kata bersih, bening, atau jernih diganti dengan kata suci, sekalipun kata suci merupakan sinonim dari kata-kata tersebut. c.  Memiliki penalaran logis
Kalimat efektif harus memiliki penalaran yang logis, yaitu kalimat yang masuk akal dan dapat dipahami dengan mudah, cepat, dan tepat serta tidak menimbulkan salah tafsir atau ambigu.     
Perhatikan contoh kalimat berikut.
1) Waktu dan tempat kami persilakan.
 Kalimat tersebut tidak logis. Siapa yang dipersilakan?
 Sementara waktu dan tempat tidak bisa dipersilakan. 2) Karena akan hujan saya berlarian pulang
 Kata berlarian dinyatakan bahwa tindakan itu  dilakukan oleh banyak pelaku. Kalimat tersebut seharusnya m engg unakan kata berlari.
Bandingkan kedua kalimat tersebut dengan kalimat  berikut ini.
1)       Kepada Bapak kepala sekolah, kami persilakan.
2)       Karena akan hujan, saya berlari pulang. d. Kesatuan gagasan
Kalimat efektif harus memperlihatkan kesatuan gagasan. Unsur-unsur dalam kalimat itu saling mendukung sehingga membentuk kesatuan ide yang padu. Kesatuan gagasan suatu kalimat bisa terganggu karena kedudukan subjek atau predikatnya, penggunaan kata depan yang tidak jelas, penempatan fungsi keterangan yang salah letak, dan kalimatnya yang terlalu panjang atau gagasannya yang bertumpuk-tumpuk.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
Tahun ini spp mahasiswa baru dinaikkan.
Menurut Anda, spp siapakah yang dinaikkan, seluruh mahasiswanya atau mahasiswa baru.

Bandingkan dengan kalimat berikut.
Spp mahasiswa tahun ini baru saja dinaikkan.

e.                                   Kepaduan

Kepaduan adalah hubungan timbal balik antara unsurunsur pembentukan kalimat. Kepaduan suatu kalimat akan terganggu jika penggunaan kata ganti yang salah, kata depan yang tidak tepat, dan kata penghubung yang tidak jelas. Perhatikan contoh kalimat berikut.
1)                                           Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
2)                                           Bandingkan dengan kalimat berikut.
3)                                           Atas perhatian saudara, saya mengucapkan terima               kasih.
2.    Menyampaikan informasi dengan menggunakan  kalimat yang  komunikatif, cermat, dan santun
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam mengemukakan gagasan, baik lisan maupun tulisan yaitu menggunakan kalimat yang santun. Kalimat yang santun  adalah kalimat yang tidak menggunakan kata-kata pada satu bidang keilmuan, kata t utur, kata yang mubazir, dan tidak menggunakan kata-kata tidak baku. Selain itu, kalimat santun dapat dibantu dengan gerakangerakan tubuh.
 Ketidakefektifan komunikasi juga terjadi karena  kalimat yang disampaikan tidak efektif. Kalimat yang tidak efektif d isebabkan oleh beberapa faktor berikut.
1.       Penggunaan kata sambung yang tidak tepat ( kontaminasi). tidak efektif  : Meskipun hari hujan, tetapi ia berangkat juga.
efektif                     : Hari hujan, tetapi ia berangkat juga.
2.       Penggunaan kata sambung yang bertumpuk (pleonasme).
tidak efektif : Membaca adalah merupakan kunci ilmu pengetahuan efektif        : Membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan.
3.       Penggunaan kata ganti yang tidak tepat.
tidak efektif : Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
efektif :  Atas perhatian saudara, saya mengucapkan  terima kasih.
4.       Penggunaan kata yang tidak perlu (tidak logis). tidak efektif : Sepanjang pengetahuan saya, orang itu jujur.
efektif                     :  Setahu saya, orang itu jujur.
5.       Pemakaian akronim tidak dijelaskan kepanjangannya (jargon). tidak efektif  :  Bapak saya ditunjuk sebagai sekpri.
efektif                     : Bapak saya ditunjuk sebagai sekretaris  pribadi.
6.       Pemakaian kata tidak baku.
tidak efektif : Bokap saya pergi ke Bandung. efektif        :  Bapak saya pergi ke Bandung.

B. Menggunakan Kalimat Tanya secara Tertulis Sesuai dengan Situasi

1.    Menyampaikan pertanyaan yang relevan dengan topik pembicaraan
Guru Anda sedang menjelaskan materi pelajaran di  depan kelas. Lalu, Anda tidak memahami penjelasan Guru Anda itu. Apakah yang akan Anda lakukan? Tentu Anda akan bertanya kepada guru. Pertanyaan yang akan Anda ajukan biasanya akan menggunakan kata tanya bagaimana, apa, siapa, di mana, mengapa , dan kapan.

Sekarang, cermatilah teks percakapan berikut.

Anto                               :   Din, siapa nama tetangga barumu itu?
Dindin  :   Oh, yang baru pindah kemarin itu. Namanya Pak Banu.
Anto                               :   Dari mana keluarga Pak Anto itu berasal?
Dindin  :   Katanya sih, dari Surabaya.
Anto                               :   Apakah benar Pak Anto itu bekerja sebagai guru?
Dindin  :   Setahuku sih iya. Pak Banu itu, guru matematika?
Anto                               :   Lalu, mengapa beliau pindah kemari?
Dindin  :   Melanjutkan studi, To.
Anto  :  Oh, begitu. Mudah-mudahan Pak Banu itu tetangga yang baik seperti Pak Rinto dulu.
Dindin  :   Aku juga berharap seperti itu, to.





Dalam teks percakapan tersebut, digunakan beberapa kalimat tanya. Jadi, apakah yang dimaksud dengan kalimat tanya itu? Kalimat tanya adalah kalimat yang berupa pertanyaan yang bermaksud  untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui dan memerlukan  penjelasan atau jawaban. Kalimat tanya mempunyai karakteristik sebagai berikut.

a.        Mengubah intonasi normal dari kalimat berita dengan nada naik pada akhir kalimat.
                                      Contoh kalimat berita (intonasi datar atau normal).
1)    
Siswa itu sedang belajar menggambar.
2)     Dian mendapatkan nilai sangat baik.
3)     Shelva sedang bermain.
Contoh kalimat tanya (intonasi naik pada akhir kalimat) 1) Siswa itu sedang belajar menggambar?
2) Dian mendapatkan nilai sangat baik? 3) Shelva sedang bermain?
b.       Menggunakan partikel -kah           Perhatikan contoh kalimat berikut.
1)     Apakah yang kalian inginkan?  
2)     Bagaimanakah keadaan bapak sekarang?
c.        Intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya.


d.       Pada umumnya menggunakan kata tanya.
Kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan maksud pertanyaan.
1)       Siapa, kepada siapa, untuk siapa, oleh siapa, digunakan untuk menanyakan manusia.
2)       Berapa digunakan untuk menanyakan jumlah.
3)       Mana digunakan untuk menyanyakan pilihan.
4)       Di mana, dari mana, ke mana digunakan untuk menanyakan tempat.
5)       Kapan, bilamana, apabila digunakan untuk menanyakan  waktu.
6)       Bagaimana, betapa digunakan untuk menanyakan keadaan atau situasi.
7)       Mengapa, apa sebab digunakan untuk menanyakan sebab.
8)       Apa, dari apa, untuk apa digunakan untuk menanyakan  benda atau hal.
2. Menyampaikan pertanyaan yang memerlukan  jawaban ya atau tidak
Pada umumnya kalimat tanya memerlukan jawaban. N amun, ada pada kalimat tanya yang tidak memerlukan atau tidak m enghendaki jawaban. Pertanyaan seperti itu disebut pertanyaan retoris. Per tanyaan retoris umumnya dipergunakan dalam pidato dan per cakapan yang pendengarnya sudah mengetahui jawabannya.
Kalimat tanya dapat diungkapkan dalam wujud lisan atau  tulisan. Kalimat tanya menurut isinya, dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a.        Pertanyaan yang menanyakan bahwa penanya benar- benar belum tahu tentang sesuatu yang ditanyakan. Contoh: 1)  Siapakah orang tua itu?
2)  Di mana Bapak tinggal?       
b.       Pertanyaan yang diajukan bukan karena penanya tidak tahu, melainkan ingin mengetahui pengetahuan orang lain,  sebagai penegas, dan sebagai kebiasaan. Contoh:
3)     Mencuri itu hukumnya dosa, bukan? (penegas)



c.
5)     Bagaimana keadaan kalian? (kebiasaan )
6)     Bagaimana sehat? (kebiasaan)  
Pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban setuju atau tidak setuju. Pertanyaan ini biasanya untuk keperluan p enelitian (ilmiah) berupa angket dan biasanya berbentuk kalimat tanya tulis.


Contoh:
1)        Undang-Undang Dasar 1945 tidak perlu  diamandemen ( ada perubahan ).
a)       setuju
b)       tidak setuju
2)        Pemilihan Presiden sebaiknya dipilih oleh rakyat.                    a)  setuju
                                      b)    tidak setuju

d.
Pertanyaan berupa isian atau blangko
4)     Mau ikut atau tidak? (penegas)   

















Pertanyaan jenis ini  biasa digunakan untuk mendapatkan data dan untuk kepentingan tertentu. Pertanyaan-pertanyaan  untuk keperluan hal tersebut biasanya dalam bentuk formulir atau daftar isian untuk diisi oleh seseorang yang berkepen ti ngan  terhadap urusan itu.
e.          Pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak.
Kalimat pertanyaan semacam ini adalah kalimat tanya yang tidak memper gunakan kata tanya.
Contoh:
1)     Kalian sekolah di sini?
2)     Ini uang kalian?         
3)     Kalian mau buku ini?                       
Pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak, juga biasanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian dalam mengumpulkan data tertentu. Kalimat tanya ini biasanya dalam wujud tertulis. Pertanyaan dan jawabannya sudah tertulis. Kita hanya tinggal memberi tanda pada jawaban ya atau tidak. Contoh:
Kalian melakukan kegiatan membaca setiap hari?
a.     ya
b.     tidak
3. Menyampaikan pertanyaan secara tersamar
Pertanyaan tidak hanya diperuntukkan untuk meminta jawaba n. Pertanyaan dapat juga digunakan untuk memohon (permohonan), meminta (permintaan), menyuruh, mengajak, merayu, menyindir, dan meyakinkan. Pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan tersebut, biasanya cara mengungkapkannya  secara tersamar. Kalimat tanya samar pada umumnya  memakai partikel -lah atau -kah.
Berikut ini beberapa contoh kalimat tanya, tetapi bukan untuk bertanya.
a.        Untuk tujuan memohon (permohonan) Contoh:
1)        Sudilah kiranya Bapak mengabulkan permohonan saya ini?
2)        Bisakah Bapak meluangkan waktu untuk menjelaskan masalah ini.
b.       Untuk tujuan meminta (permintaan) Contoh:
1)        Jika Anda ikhlas, bolehkah makanan ini saya bawa?
2)        Anda sangat baik hati. Bolehkah saya ikut berteduh di halam rumah?
c.        Untuk tujuan menyuruh Contoh:
1)        Mengapa Anda masih di luar? Ayo, silakan masuk. 2)           Pergilah Anda sekarang agar tidak terlambat.
d.       Untuk tujuan mengajak Contoh:
1)        Siapakah yang akan menemani saya pergi ke u ndangan. Jika Anda ada waktu, ikutlah bersama saya.
2)        Apakah yang menyebabkan Anda tidak pergi, ayo pergi bersama saya.
e.        Untuk tujuan merayu Contoh:
1)        Mengapa tidak Anda berikan barang itu kepada Siti? Ia sangat mengharapkannya. Bukankah kalian  dermawan? Saya yakin barang itu akan diberikan  kepadanya.
2)        Kamu jangan marah terus. Apakah kamu menyukai saya?
f.        Untuk tujuan menyindir Contoh:
1)        Jika saya orang kaya, apa yang kamu mau akan saya berikan? (sindiran kepada seseorang yang kikir).
2)        Mengapa sumbangan ibu besar sekali? Nanti ibu jadi orang miskin. (sindiran bagi orang kaya apabila  me nyumbang selalu sedikit)
g.        Untuk tujuan meyakinkan Contoh:
1)        Apakah ibu tidak percaya pada saya? Percayalah saya pasti membantu Anda.
2)        Mengapa Bapak ragu terhadap saya? Saya akan buktikan, tunggu saja nanti.
h.       Untuk tujuan menyanggah Contoh:
- Bagaimana pun usaha yang dilakukan oleh saya tidak akan menyelesaikan masalah, kecuali mempertemukan kedua belah pihak dalam keadaan sama-sama sadar.
Carilah kata tanya yang tepat untuk menyempurnakan kalimat pertanyaan berikut. Anda dapat mencarinya di jalur kanan.
No.
Kalimat Tanya
Kata Tanya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10.
... yang akan kamu pilih mobil atau motor?
... yang Ibu di kota?
... yang ada di dalam tas pinggangmu?
... yang akan kalian lakukan?
... lusin gelas yang akan dipinjam?
... kalian akan mengadukan masalah ini?         
... tempat kami melakukan praktek lapangan? 
Sejak ... kalian tinggal di daerah ini?                
... kalian akan pergi siang ini?
... kalian tidak berobat ke dokter saja?          
apa apakah berapa kapan mengapa mana bagaimana ke mana di mana kepada siapa
1.       Simaklah sebuah penjelasan lisan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran selain  pelajaran bahasa Indonesia di sekolah Anda.
2.       Tulislah beberapa kalimat pertanyaan yang Anda anggap kurang bisa dipahami dari  penjelasan tersebut. Gunakanlah kata tanya yang tepat dalam kalimat tanya Anda itu.
3.       Setelah selesai, tukarkan pekerjaan Anda dengan pekerjaan teman sebangku Anda  untuk saling memeriksa.
4.       Perbaiki pekerjaan Anda jika masih terdapat kesalahan.
1.        Bacalah wacana berikut dengan cermat. Lalu, susunlah kalimat pertanyaan berdasarkan isi wacana berikut. Gunakanlah kata tanya apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana dalam kalimat pertanyaan Anda.
Rumah
Mendengar kata rumah langsung terbayang sebuah bentuk bangunan dengan atap, pintu, dan lantainya. Itu sudah tertanam dalam setiap benak kita. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal rumah adalah bangunan pada umumnya.
Adapun budaya, ia adalah pikiran, akal budi, hasil atau juga dapat didefinisikan adat-istiadat. Budaya dan kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola dapat dilihat dalam tiga wujud. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ia merupakan suatu kompleks dari ide-ide,  gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan, dan sebagainya.  Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto.  Loka sinya ada di dalam kepala-kepala "individu masyarakat" tempat budaya ter sebut hidup.
Wujud kedua adalah kebudayaan  sebagai suatu kompleks aktivitas dan  tindakan  berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kedua ini juga disebut sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini berhubungan dalam kurun waktu tertentu dan membentuk pola yang berdasarkan adat
Wujud ketiga, kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya manusia. Wujud sebagai kebudayaan fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu, wujud yang ketiga ini sifatnya paling nyata, berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.
Jelas, budaya dengan kebudayaan dan sistem sosial yang membentuknya,  terjadi  melalui proses yang berkesinambungn  se hingga budaya merupakan hal yang  menyeluruh dan ber-
hubungan satu  dengan lainnya. Sebuah  holistik integral dalam  kehidupan individu perseorangan juga  individu masyarakat.
Lalu, apakah rumah budaya adalah  bangunan tempat pikiran, akal budi; hasil atau adat istiadat tinggal? Apakah rumah budaya adalah rumah dari sebuah bentuk kreativitas dengan hasil atau wujud- wujudnya? Apakah  rumah budaya adalah sebuah rumah bagi  mereka yang ber kecimpung  dalam  kebudayaan, apa pun bentuknya?
Sumber: www.rumahbudaya.com
tata kelakukan.
2.        Temukanlah penggunaan kalimat tidak efektif dari wacana tersebut.


Intisari Pelajaran 6

1.      Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam mengemukakan gagasan, baik lisan maupun tulisan yaitu menggunakan kalimat yang santun. Kalimat yang santun adalah kalimat yang tidak menggunakan kata-kata pada satu bidang keilmuan, kata  tutur, kata yang mubazir, dan tidak menggunakan kata-kata tidak baku. Selain itu, kalimat santun dapat dibantu dengan gerakan-gerakan tubuh.
2.      Pada umumnya kalimat tanya memerlukan jawaban. Namun,  ada pada kalimat tanya yang tidak memerlukan atau tidak  menghendaki jawaban. Pertanyaan seperti itu disebut pertanyaan retoris. Per tanyaan retoris umumnya dipergunakan dalam pidato dan percakapan yang pendengarnya sudah mengetahui jawabannya.



Artikel Terkait