Tujuan Belajar
Anda akan belajar melafalkan kata dengan
artikulasi yang tepat. Anda diharapkan mampu mengucapkan kata dengan suara yang
jelas dan tekanan pada suku kata serta artikulasi yang tepat. Anda juga
diharapkan mampu melafalkan bahasa baku, termasuk lafal bahasa daerah yang
dibedakan berdasarkan konsep lafal buku bahasa Indonesia.
A. Melafalkan Kata
dengan Artikulasi yang Tepat
1. Mengucapkan kata
dengan suara yang jelas dan tekanan pada suku kata serta artikulasi yang tepat
atau lazim
Ketersampaian informasi yang disampaikan oleh
penutur ditentukan oleh kejelasan dalam melafalkan kata. Pelafalan berkenaan
dengan kejelasan dalam mengucapkan kata dan kalimat. Salah tafsir terjadi bisa
jadi karena adanya pelafalan kata yang tidak jelas.
Dalam bahasa Indonesia, sepintas banyak
kosakata yang m ir ip, bahkan sama dalam pelafalannya. Oleh karena itu, k
eterampi lan mengartikulasikan kata-kata menjadi sangat penting dikuasai penutur atau pengguna bahasa. Pengucapan kata
hendaknya jelas, khususnya pelafalan fonem-fonem tertentu. Jika pelafalan kata
tidak jelas, akan memberi keraguan sehingga penyimak harus berpikir d alam menafsirkan arti kata yang diucapkan
pembicara.
Sekarang, cermatilah teks percakapan melalui
telepon berikut.
Ruli : Hallo, selamat pagi, Bu.
Ibu Nisa : Selamat, pagi. Dengan siapa saya bicara?
Ruli : Saya, Ruli, Bu.
Ibu Nisa : Oh, Ruli. Apa kabar, Rul?
Ruli : Baek, Bu. Kalo, Diki ada, Bu.
Ibu Nisa
: Diki sekarang tinggal di Sukabumi Ruli : Di
Sukabumi? Jadi apaan, Bu?
Ibu Nisa : Diki bekerja sebagai wartawan di sana. Kalau
nak, Ruli bekerja, di mana?
Ruli : Ah, rahasialah, Bu. Malu saya mengucapkannya.
Ibu Nisa : Ya, jangan malu atuh, Rul. Bekerja itu, di
mana pun baik dan terpuji. Asalkan jalannya benar.
Ruli : Betul juga ya, Bu. Saya bekerja di Jakarta,
Bu. Sebagai penerjemah.
Ibu Nisa : Nah, itu kan sama pekerjaan mulia.
Ruli : He... He... Terima kasih, Bu. Sudah dulu, ya
Bu. Sampaikan salam saya untuk Diki. Selamat pagi, Bu.
Ibu Nisa : Nanti Ibu sampaikan. Selamat pagi.
Dalam teks
percakapan melalui telepon tersebut, terdapat b eberapa pelafalan kata yang
kurang tepat. Pelafalan kata yang tidak jelas atau salah (tidak tepat), d apat
berpengaruh terhadap hal-hal berikut ini.
a. Kata
menjadi berbeda makna
Contohnya, pelafalan kata folio dengan polio, syah de
ngan sah, masa dengan massa.
Cermatilah penerapannya pada kalimat
berikut ini.
1)
Tugasnya ditulis pada
kertas folio. (folio = ukuran kertas)
2)
Anak itu terkena racun
polio. (polio = radang zat kelabu
sumsum tulang belakang)
3)
Tendangan Beckham
telah sah menjadi gol. (sah = b
erlaku atau diakui)
4)
Ia belum berkeinginan
menjadi seorang syah. (syah = raja
atau baginda)
5)
Usia remaja merupakan masa yang paling indah dalam hidup.
(masa = waktu)
6)
Konser musik itu
dihadiri massa yang berjubel. (massa
= orang banyak)
b. Kata tidak berbeda makna, tetapi menjadi
tidak baku
Tanpa disadari, Anda mungkin pernah
melafalkan suatu kata yang kurang tepat, tetapi penyimak dapat memahaminya.
|
|
Pada tataran komunikasi, pelafalan itu telah
sesuai karena respons yang diharapkan sesuai dengan maksud penutur. Akan
tetapi, berdasarkan bahasa baku, pelafalan tersebut belum tentu benar, bahkan salah.
Pernahkah Anda melafalkan kata aktif, provinsi, februari, silakan, rahasia, ubah, surga, foto, dan negatif? Pelafalan k ata-kata tersebut
mungkin mengalami perubahan menjadi aktip,
propinsi, pebruari, silahkan, rahasiah, rubah, syurga, poto, dan negatip. Karena pengucapan kata-kata tersebut salah, kata-kata
tersebut menjadi tidak baku. Lalu, bagaimana
cara menentukan kata baku atau tidak baku? Apabila Anda mengalami
keraguan dalam melafalkan sebuah kata, periksalah ketepatan kata-kata tersebut
dalam kamus, contohnya Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Perhatikan kata-kata berikut.
Kata
|
Pelafalan
atau Penulisan
|
|
|
|
|
|
Tepat/Benar
|
Tidak Tepat
|
api
|
a-pi
|
ap-i
|
pantai
|
pan-tai
|
pan-ta-i
|
april
|
ap-ril
|
a-pril
|
instrumen
|
in-stru-men
|
ins-tru-men
|
suplemen
|
sup-le-men
|
su-ple-men
|
eksplorasi
|
eks-
plo-ra-si
|
ek-splo-ra-si
|
kualitas
|
ku-a-li-tas
|
kua-li-tas
|
hiasan
|
hi-as-an
|
hi-a-san
|
aula
|
au-la
|
a-u-la
|
saudara
|
sau-da-ra
|
sa-u-da-ra
|
2. Melafalkan bahasa Indonesia baku, termasuk
lafal bahasa daerah yang dibedakan berdasarkan
konsep lafal baku bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sangat kaya kosakatanya.
Kekayaan kosakata tersebut didukung oleh adanya bahasa daerah yang beragam.
Keragaman itu tentu akan berpengaruh terhadap
artikulasi atau pelafalan bahasa Indonesia. Pelafalan yang salah tentu
akan menimbulkan ketidakbakuan kata yang d igunakan untuk berkomunikasi.
Perhatikan contoh kata-kata berikut.
Bahasa
Daerah
|
Pelafalan
|
Bahasa
Indonesia
|
Pelafalan
|
rayat
|
ra-yat
|
rakyat
|
rak-yat
|
husus
|
hu-sus
|
khusus
|
khu-sus
|
rahasiah
|
ra-ha-si-ah
|
rahasia
|
ra-ha-si-a
|
masarakat
|
ma-sa-ra-kat
|
masyarakat
|
ma-sya-ra-kat
|
rubah
|
ru-bah
|
ubah
|
u-bah
|
persiden
|
per-si-den
|
presiden
|
pre-si-den
|
sekertaris
|
se-ker-ta-ris
|
sekretaris
|
se-kre-ta-ris
|
mahluk
|
mah-luk
|
makhluk
|
makh-luk
|
aherat
|
a-he-rat
|
akhirat
|
a-khi-rat
|
fashion
show. Tujuan
dari kegiat an tersebut amatlah bagus, agar anak-anak mengetahui bakat dan
kemampuannya lewat kompetisi, juga menguji keberanian mereka.
Siapa pula
yang tidak bangga jika anaknya memiliki bakat dan prestasi gemilang tidak
hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Karena itu, tak sedikit orang
tua yang mengikutkan kursus sang anak, demi prestasi. Meskipun ada kalanya
anak malas untuk kursus dan terlibat dalam kegiatan tersebut.
Jika si
anak memang mau dengan sendirinya mengikuti kegiatan tersebut, tentu tidak
menjadi persoalan. Namun, yang justru banyak terjadi bahwa orangtua
memaksakan kehendaknya kepada anak untuk ikut ini dan itu.
Belum lagi
kini banyak sekali event yang
digelar hanya untuk 'jualan' piala dan ha diah. Bagi yang memiliki uang
cukup, ia bisa membeli juara.
Setidaknya
hal itu dialami Ny. Evi, warga Sumurbatu, Telukbetung. Ibu muda ini memiliki
anak yang punya bakat menyanyi dan bermain musik. Saat ada lomba fashion show dari salah satu
penyelenggara, sang anak ditawari untuk ikut serta dan ternyata si anak, mau
mengikuti lomba tersebut.
Saat
pengumuman lomba, Bunga tidak mendapatkan juara. Namun, dua hari sete lah
itu, penyelenggara menelepon Ny. Evi dan mengatakan bahwa anaknya mendapat
kan juara dan bisa diambil di sekretariat. Tentu saja Ny. Evi harus me nebus
juara tersebut dengan membayar.
"Jelas
saya tidak mau, waktu pe ng umuman saja disebutkan tidak menang, tiba-tiba setelah lomba selesai, disebutkan dapat juara. Ini
artinya penyelenggara itu mau menjual
hadiah. Untuk apa mendapat piala dan hadiah jika bukan ka rena benarbenar prestasi anak. Kasihan anak
nantinya," ucap Ny. Evi beberapa waktu lalu.
Menurut
psikolog Woro Pramesti, kegiatan ekstrakurikuler termasuk lomba fashion bagi anak adalah salah
satu kegiatan
|
positif,
sepanjang untuk menguji kemampuan anak dalam berkompetisi secara baik.
Kemauan untuk mengikuti lomba pun
harus datang dari diri anak, jangan orangtua yang terlalu berambisi.
"Jika memang anak itu minat, silakan dukung dia. Hal ini
karena ini kesempatan bagi anak untuk mengetahui bagaimana kompetisi itu.
Juga mempersiapkan anak agar siap dengan kehidupan masa depannya, yang akan
ba nyak sekali menemukan persaingan," papar Woro.
Akan tetapi, orangtua pun harus mendidik anak agar siap dengan
konsekuensi dari mengikuti perlombaan, yaitu kekalahan. "Jika kalah,
anak harus belajar menerima kekalahan, jangan menangis. Demikian juga
orangtua, jangan malah memarahi. Jadi, timbul rasa takut anak apabila
mengecewakan orangtua."
Psikolog ini juga mengingatkan
orang tua, yang kemungkinan memaksakan agar anaknya menjadi juara
dengan jalan menyuap atau membeli. Menurut dia, itu tindakan tidak mendidik,
membiasakan anak menganggap semua hanya formalitas. "Kelak ketika
dewasa, anak pun menganggap segalanya jika ada uang bisa diatur. Jelas ini
merusak moral bangsa," terangnya.
Menurut Woro, untuk mengikuti se-
buah kom petisi apa pun, anak jangan
dipaksa, karena berakibat fatal pada
anak. Sebaiknya dalam mendidik anak, usahakan mengalir saja, sesuai dengan
keinginan anak.
"Anak itu mempunyai kepribadian yang berbeda. Ada yang
pendiam dan ada yang terlihat lincah. Tetapi yakinlah, mereka mempunyai
kelebihan dalam suatu bidang. Misalnya, anak pendiam jangan dianggap ia pasif
dan tidak bisa apa-apa. Perlu disadari, ada banyak bakat yang tidak
membutuhkan gerak lincah, siapa tahu anak pendiam itu lebih suka
menulis," urai Woro.
Peran orangtua adalah mengarahkan dan mendorong anak agar bisa
menggali potensinya, sesuai minat dan bakat.
Sumber: www.suarapembaruan.com,
16 April
2008
|
Tujuan Belajar
Anda akan belajar membuat berbagai teks tertulis
dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang
tepat. Anda diharapkan mampu menetapkan topik berdasarkan tema tertentu dan
membuat kerangka karangan. Anda juga diharapkan mampu menentukan kalimat utama
berdasarkan kerangka yang ditetapkan. Selain itu,
Anda diharapkan mampu menyusun karangan sesuai
dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan
pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
Dalam membuat tulisan diperlukan tahap-tahap
tertentu yang menjadikan tulisan Anda enak dibaca.
B. Membuat
Berbagai Teks Tertulis
1. Tahap-tahap dalam
menulis
Dibandingkan dengan tiga keterampilan
berbahasa lainnya, keterampilan menulis sering dipandang sebagai k eterampilan
berbahasa yang paling sulit. Menulis adalah suatu proses me nyusun, mencatat,
dan mengorganisasi makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
dengan dengan menggunakan sistem tanda konvensional yang dapat dibaca. Dari
batasan ini dikemukakan sejumlah unsur yang menyatu dalam kegiatan menulis.
Unsur-unsur itu adalah p enulis, makna atau ide yang disampaikan, bahasa atau
sistem tanda konvensional sebagai medium
penyampai ide, pembaca sasaran (target
reader), tujuan (sesuatu yang diinginkan penulis terhadap gagasan yang
disampaikan kepada pembaca), dan ada nya interaksi antara penulis dan pembaca
melalui tulisan tersebut.
Sekarang bacalah wacana berikut dengan cermat.
Disukai
Banyak Orang, Dibenci Nyamuk
"Cantik-cantik,
ya," ujar seorang ibu kepada
temannya sambil menunjuk bromelia di rak
kayu setinggi 1 m di NurseriWijaya, Sentul, Bogor. Penampilan anggota
famili Bromeliaceae itu memang menarik. Bentuk daun roset seperti bunga
berwarna merah, ungu, merah muda, dan
jingga. Namun, keindahan itu tak membuat
si ibu tertarik untuk membeli lantaran bromelia menampung air. Takut jadi
sarang nyamuk demam berdarah, katanya.
Air yang
tertampung pada bromelia sebenarnya tak perlu dikhawatirkan. Buktinya seorang
hobiis di Bogor belum pernah menemukan jentik nyamuk hidup di air kerabat nanas
itu. Padahal, ia sudah memelihara Neoregelia
tricolor selama 1,5 tahun. Penyiraman dilakukan setiap 2-3 hari.
"Kehadiran nyamuk di bromelia memang bisa dicegah dengan penyiraman rutin,
2-3 hari sekali," kata Hendra Wijaya dari nurseri Elegant Flora.
Itu karena
perkembangan nyamuk Aedes aegypti dari
telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 s.d.12 hari. Jadi, kalaupun ada
nyamuk yang bertelur, kemungkinan menjadi dewasa sangat kecil lantaran air
selalu terganti. Telur nyamuk pembawa virus demam ber darah itu menetas pada
air bersih yang diam.
Hal itu
diamini Ruben C Diaz. "Air di bromelia 'kotor' dengan cendawan"
Sementara nyamuk penyebab demam berdarah menyukai air bersih yang diam seperti
di dalam kaleng, kata mantan presiden Northern Mindanao Ornamental Horticulture
Foundation Inc
Phils di
Filipina itu.
Cara lain
mencegah nyamuk datang de ngan memberikan 1 sendok teh furadan di teng ah
bromelia sebulan sekali. Itu yang dilakukan Etje Anggoro di Pondokcabe, Tangerang.
Buktinya pemilik nurseri Sunda Kelapa itu belum pernah menghadapi masalah
dengan nyamuk sejak memelihara bromelia 10 tahun silam. Selain furadan, juga
bisa digunakan bubuk abate. Jentik nyamuk Aedes
aegypti efektif dibasmi dengan abate 1% yang ditaburkan dalam penampungan
air dengan takaran 1 gram per 10 l air. Pemberian furadan dan abate tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sebenarnya
nyamuk tidak hidup di bromelia karena airnya asam, kata Gunawan Widjaja di
Bogor. Hal itu dibuktikan oleh Moch Choirul Hidayat dan Ludfi Santoso dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, serta Hadi
Suwasono dari Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Departemen Kesehatan RI,
Salatiga. Dalam penelitiannya me nunjukkan nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan pada air dengan pH netral
dibandingkan pada pH asam atau basa. Saat diuji, derajat keasaman air bromelia
5-6.
Dengan
teratasinya masalah nyamuk, bromelia yang berpenampilan cantik dapat segera
dimiliki. Sebut saja neoregelia miami,
neoregelia devro, neoregelia yang, rose wood, dan vriesea venetralis.
Sumber: www.trubus.com, 15 April 2008
Tentu Anda dapat memahami isi tulisan
tersebut dengan mudah. Dapatkah Anda membuat tulisan seperti itu? Agar Anda
dapat membuat tulisan yang baik, ketika menulis harus diperhatikan tahap-tahap
tertentu. Berikut ini tahap-tahap yang harus Anda perhatikan dalam membuat
tulisan.
a) Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis,
seperti halnya pemanasan (warming up) bagi atlet dalam berolahraga. Dalam tahap
ini terjadi fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk
mengem- bangkan isi tulisan dan mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam
menulis. Dengan demikian, apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik.
Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas
memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi
yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka
karangan.
(1) Menentukan topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan
yang menjiwai seluruh karangan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan
untuk mencari topik karangan misalnya: "Saya mau menulis apa? Apa yang
akan saya tulis? Tulisan saya akan berbicara tentang apa?" Nah, jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan itu berisi topik karangan.
Berikut ini beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memilih atau menentukan topik karangan.
(a)
Pilihlah topik yang
paling sesuai dengan maksud dan tujuan kita menulis. Sebaliknya, banyak topik
pilihan dan semua topik menarik, tetapi pengetahuan tentang topik-topik itu
serba sedikit. Untuk mengatasinya, pilihlah topik yang paling dikuasai, paling
mudah dicari informasi pendukungnya, dan paling sesuai dengan tujuan kita
menulis.
(b)
Ajaklah orang lain
untuk berdiskusi atau meminta saran dari orang lain, membaca referensi (buku,
artikel, atau laporan penelitian), atau melakukan pengamatan.
(c)
Terlalu ambisius
sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas. "Penyakit" ini
kerap menghinggapi penulis pemula. Begitu banyak hal yang ingin dicakup dan d
ikupas dalam tulisannya, sedangkan waktu pengetahuan, dan referensi yang
dimilikinya sangat terbatas. Penulis dituntut untuk pandai mengendalikan diri.
Kalau tidak, tulisan yang dihasilkannya akan cenderung dangkal.
(2)
Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan
Untuk membantu merumuskan tujuan, kita dapat
bertanya pada diri sendiri. “Apakah tujuan saya menulis topik karangan ini?
Mengapa saya menulis karangan dengan topik ini? Dalam rangka apa saya menulis
karangan ini?"
Hal utama yang perlu dipikirkan dalam membuat
t ulisan adalah manfaat yang d apat diperoleh pembaca melalui t ulisan kita.
Contoh, kita menentukan topik karangan dampak negatif sajian televisi dan cara
mengatasinya. Ketika ditanya apa tujuan mengarang dengan topik tersebut, Anda
menjawab bahwa "agar anak-anak terhindar dari dampak negatif program-
program yang ditayangkan televisi."
Jadi, arti tujuan dalam konteks ini adalah
tujuan mengarang, seperti menghibur, memberi tahu, atau menginformasikan s
esuatu kepada pembaca.
(3)
Memerhatikan sasaran karangan (pembaca)
Agar isi tulisan itu sampai kepada pembaca,
Anda harus memerhatikan siapa pembaca karangan dan apa yang diperlukan pembaca.
Dengan kata lain, Anda harus memerhatikan dan menyesuaikan tulisan dengan
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan pembaca. Jangan sebaliknya.
(4)
Mengumpulkan informasi pendukung
Ketika akan menulis, kita tidak selalu
memiliki bahan dan informasi yang benar-benar siap dan lengkap. Itulah s
ebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih
informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya isi
tulisan kita. Sumber bacaan bisa dari bacaan, pengamatan, wawancara,
pengetahuan, dan pengalaman sendiri atau orang lain.
Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai,
tulisan kita akan dangkal dan kurang bermakna. Jangan-jangan yang kita
sampaikan hanya informasi umum, bahkan usang, yang telah diketahui lebih banyak
dari apa yang disajikan.
2. Menyusun
kerangka karangan
Kerangka karangan disusun berdasarkan uraian
secara rinci dari topik yang dibentuk menjadi kalimat-kalimat pokok. Hal yang
perlu diingat dalam membuat kerangka karangan yaitu topik yang telah
ditentukan. Topik merupakan sumber pengembangan kalimat-kalimat topik. Berikut
ini contoh kerangka karangan.
Cermatilah contoh kerangka karangan tersebut.
Topik: Profil Pemuda Perkotaan 1. Cara pergaulan pemuda kota a.
bergaul dengan orangtua
b.
bergaul dengan
anak-anak
c.
bergaul dengan
sesama
2.
Rasa persaudaraan
pemuda kota
a.
gotong royong
b.
menolong sesama
manusia
c.
ikatan emosi sesama
pemuda
3.
Cara belajar pemuda
perkotaan
a.
cara belajar di
sekolah
b.
cara belajar di rumah
Kerangka karangan berfungsi sebagai pemandu
pada saat Anda menulis karangan. Mengarang akan terasa lebih mudah dengan adanya kerangka karangan.
Sekarang, cermatilah
Tahukah Anda?
Kerangka
karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar karangan yang akan
ditulis. Dengan kata lain, kerangka karangan adalah panduan seseorang dalam
menulis ketika mengembangkan suatu karangan. Sebagai panduan, kerangka karangan dapat membantu penulis untuk mengumpulkan
dan memilih bahan tulisan yang sesuai. Di samping itu, kerangka karangan akan
mempermudah pengembangan karangan sehingga dapat terarah, teratur, dan runtut.
Sumber: Keterampilan
Menulis, Universitas Terbuka
karangan berikut. Karangan tersebut merupakan
pengembangan dari karya karangan dengan topik Profil Pemuda Perkotaan.
Pemuda yang tinggal di
kota mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pemuda yang tinggal di kota.
Keadaan sosial ekonomi di kota berpengaruh terhadap pembentukan karakter
pemuda. Demikian pula halnya dalam bergaul. Pergaulan pemuda perkotaan
mempunyai karakteristik tersendiri.
Cara bergaul pemuda
kota dengan orangtuanya pada tataran tertentu tidak jauh berbeda dengan
pemuda-pemuda desa. Mereka memahami bahwa menghormati orangtua merupakan
kewajibannya. Dalam bertutur, pemuda kota pada umumnya menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak menonjolkan penggunaan kata sebagai bentuk tata krama.
Akibatnya, rasa bahasa yang muncul kadang-kadang sama dengan rasa bahasa pada
saat bergaul dengan orang lain. Hal itu akan berbeda apabila menggunakan bahasa
Sunda atau bahasa daerah yang menonjolkan tata krama, terutama dalam diksinya.
Pengembangan suatu kerangka karangan
dipengaruhi oleh peng etahuan tentang
topik, karakteristik kalimat, gaya
penyajian, dan diksi. Oleh karena itu, apabila ada kerangka karangan
yang sama kemudian dikembangkan oleh beberapa orang, karangannya akan berbeda
satu sama lain.
3.
Menentukan kalimat utama
berdasarkan kerangka yang ditetapkan
Ayo, cermatilah kembali karangan bertopik
Profil Pemuda Perkotaan. Kalimat-kalimat
topik karangan tersebut adalah cara pergaulan pemuda kota, rasa persaudaraan
pemuda kota, dan cara belajar pemuda perkotaan.
Penentuan kalimat utama dalam sebuah
paragraf didasarkan pada jumlah kalimat topik. Jadi, kerangka karangan tersebut mengandung tiga g agasan
utama. Gagasan utama yang telah dituangkan ke
dalam kalimat disebut kalimat utama.
Kalimat utama tersebut merupakan sumber pengembangan paragraf.
Pengembangan sebuah paragraf akan mencakup dua
hal pokok, yaitu kemampuan merinci gagasan utama ke dalam g agasan penjelas
secara maksimal dan kemampuan mengurutkan g agasan-gagasan bawahan ke dalam
suatu urutan yang t eratur. Suatu gagasan akan tergambarkan dengan jelas
apabila d isusun ke dalam kalimat. Gagasan tersebut akan mengandung makna yang
kurang jelas apabila tidak ada penjelasan melalui kalimatkalimat lain. Hal ini
berarti gagasan yang ada dalam suatu kalimat masih memerlukan penjelasan
gagasan melalui kalimat-kalimat lain. Kalimat-kalimat lainnya ini kemudian
dikenal dengan istilah kalimat penjelas. Melalui kalimat-k alimat penjelas akan
terbentuk sebuah paragraf. Gagasan yang muncul dalam suatu paragraf akan tampak
lebih utuh, tepat, dan jelas.
4.
Menyusun karangan
sesuai dengan pilihan jenis karangan
tertentu
Seperti yang telah Anda pelajari, karangan
terdiri atas b eberapa jenis, di antara narasi, deskripsi, dan eksposisi. Masih
ingatkah Anda dengan materi pelajaran tersebut. a. Karangan narasi
Karangan narasi adalah karangan yang
menceritakan s esuatu peristiwa, dan bagaimana berlangsungnya p
eristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian kejadian atau peristiwa- peristiwa ter sebut
disusun menurut urutan waktu (kronologis). Isi
karangan narasi bisa berupa fakta
ataupun opini. Tujuan karangan narasi adalah menyatakan kepada pem baca apa-apa
yang terjadi. Oleh karena itu, pokok-pokok masalah d alam narasi adalah
tindakan, perbuatan, atau aksi.
Dalam dalam karangan narasi, di samping uraian
biasa, sering terdapat ada dialog pelaku (tokoh-tokoh) cerita. Diharapkan
dengan dialog, cerita akan terasa lebih menarik
sehingga akan menambah semangat untuk dibaca. Gambaran watak, pribadi,
kecerdasan, sikap, dan tingkatan pendidikan tokoh d alam c erita yang
dipaparkan dapat memperjelas cerita apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. b.
Karangan deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang
melukiskan suatu objek sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Dengan demikian, p embaca dapat melihat, mendengar,
merasakan, mencium secara imajinatif, sesuatu yang dialami oleh p engarang
tentang objek yang dimaksud.
Karangan deskripsi berbeda dengan karangan
eksposisi walaupun sama-sama memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca. Karangan eksposisi
bertujuan agar pembaca memahami suatu
pokok pikiran, sedangkan karangan
deskripsi bertujuan agar pembaca dapat m elihat, mendengar, dan m
erasakan secara imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan oleh pengarang
tentang sesuatu objek sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Dalam karangan deskripsi, agar menjadi hidup,
perlu dilukiskan bagian-bagian yang dianggap penting sedetail mungkin. Kalau melukiskan betapa ngerinya
tersesat di hutan, situasi hutan yang dapat menimbulkan kengerian itu harus
dilukiskan selengkap-lengkapnya. Dengan
demikian, pembaca dapat membayangkan bagaimana jika tersesat di hutan.
Tahukah Anda?
Karangan deskripsi bertalian dengan pelukisan
kesan pancaindra terhadap suatu objek. Karangan
deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah
laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain.
Intisari
Pelajaran 5
1. Ketersampaian informasi yang disampaikan oleh
penutur ditentukan oleh kejelasan dalam
melafalkan kata. Pelafalan berkenaan dengan kejelasan dalam mengucapkan kata
dan kalimat. Salah tafsir terjadi bisa
jadi karena adanya pelafalan kata yang tidak jelas.
2. Menulis adalah suatu proses me nyusun, mencatat,
dan mengorganisasi makna dalam tataran
ganda, ber sifat interaktif dan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan dengan menggunakan sistem tanda
konvensional yang dapat dibaca. Dari batasan ini, dikemukakan sejumlah unsur yang menyatu dalam
kegiatan menulis. Unsur-unsur itu adalah
penulis, makna atau ide yang disampaikan, bahasa atau sistem tanda konvensional sebagai medium penyampai ide,
pembaca sasaran (target reader),
tujuan (sesuatu yang diinginkan penulis terhadap gagasan yang disampaikan
kepada pembaca), dan ada nya interaksi antara penulis dan pembaca melalui
tulisan tersebut.
3. Kerangka karangan berfungsi sebagai pemandu pada
saat Anda menulis karangan. Mengarang
akan terasa lebih mudah dengan adanya
kerangka karangan.
4. Pengembangan paragraf akan mencakup dua hal
pokok, yaitu kemampuan merinci gagasan
utama ke dalam gagasan penjelas secara
maksimal dan kemampuan mengurutkan
gagasangagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur. Suatu gagasan akan ter gambarkan
dengan jelas apabila disusun ke dalam
kalimat. Gagasan tersebut akan
mengandung makna yang kurang jelas apabila tidak ada penjelasan melalui
kalimat-kalimat lain. Hal ini berarti gagasan yang ada dalam suatu kalimat
masih memerlukan penjelasan gagasan melalui kalimat-kalimat lain.
Setelah
mengikuti pelajaran ini tentu banyak manfaat yang dapat kamu rasakan. Manfaat
tersebut tentu dapat Anda terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, Anda sekarang tahu apabila ketersampaian
informasi yang disampaikan oleh penutur ditentukan oleh kejelasan dalam
mengucapkan kata dan kalimat. Anda pun sekarang telah mengetahui jika pelafalan
kata yang tidak jelas atau salah dapat menjadikan kata menjadi berbeda makna
dan menjadi tidak baku.
Anda pun
sekarang semakin mahir dalam menulis karangan. Jika diminta menulis karangan
deskripsi, narasi, ataupun eksposisi, Anda tidak akan mengalami kesulitan. Anda
dapat percaya diri dalam menulis
karangan jenis-jenis tersebut. Satu hal lagi, cobalah kirimkan karangan Anda
itu ke redaksi majalah atau surat kabar di kota Anda. Jika karangan Anda
dimuat, cita-cita Anda untuk menjadi penulis terkenal semakin
terbuka lebar.