Kekerasan Remaja di Malaysia

Masalah keberadaan terorisme di kalangan remaja adalah fakta yang tak terbantahkan.

Kecelakaan lalulintas dan kekerasan yang melibatkan senjata merupakan 2 penyebab utama kematian di kalangan remaja.

Kekerasan kelompok atau "geng" semakin signifikan dan melibatkan insiden seperti seseorang remaja ditembak, dipalu, ditikam dan sebagainya.

Statistik Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation) menunjukkan hampir 16 juta remaja terkena kekerasan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Statistik di Malaysia pula menunjukkan sekitar 27,4% remaja di sekolah terlibat dalam terorisme. Hampir 35% dari kekerasan tersebut berakhir dengan cedera yang serius.

Apakah alasan remaja terlibat dalam kekerasan yang melibatkan penggunaan senjata?

Seorang anak yang menjalani kehidupan di lingkungan yang sering terjadi kekerasan lebih cederung melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Korban kekerasan keluarga selama masa kecil lebih cenderung melakukan kekerasan di zaman remaja.

Remaja yang bergaul dengan mereka yang terlibat dalam aktivitas yang ganas juga dapat turut terjebak dalam kekerasan akibat tekanan teman sebaya.

Penggunaan obat berbahaya juga mengundang perilaku kekerasan. Mereka yang minum alkohol (alkohol) juga kerap melakukan kegiatan teror menggunakan senjata.

Remaja yang tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah sering bolos sekolah dan mungkin tercebur dalam terorisme.

Program televisi yang berunsur kekerasan, dapat meransang aktivitas tersebut dalam kalangan remaja

Geng. Budaya "geng" dan kegansan bersenjata sering dianggap "glamor" oleh media, industri musik, industri film dan permainan komputer. Hal ini mungkin mendorong remaja membawa senjata berbahaya.

Bagaimanakah cara-cara remaja dapat menghindari diri dari terjerumus dalam kekerasan bersenjata

Orang tua tentu tidak menyimpan senjata berbahaya di rumah.

Orang tua harus menjadi "role-model" dalam teknik menangani konflik tanpa kekerasan. Orangtua harus menghormati perasaan remaja dan memperlakukan mereka dengan saling memahami.

Orangtua perlu bincang dengan remaja tentang bahaya melibatkan diri dalam perbuatan kekerasan bersenjata. Berikan dorongan kepada remaja untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sukarela dalam komunitas.

Remaja dapat berbicara dengan orang tua, guru, konselor sekolah tentang cara menangani pertengkaran dan kesalahpahaman dengan cara yang baik tanpa menggunakan kekerasan dalam bentuk perkelahian.

Remaja perlu mengidentifikasi keadaan yang dapat mengundang kekerasan dan hindari diri dengan beredar dari situasi tersebut. Mereka juga bisa mendapatkan nasihat dari orang dewasa yang bisa dipercaya.

Orang tua dapat memupuk sikap Resilien yang tinggi dalam kalangan anak remaja mereka. Hindari menonton acara televisi yang berunsur kekerasan. Berdialog dengan orang dewasa tentang rencana yang ganas dan cara alternatif mengatasi insiden-insiden tertentu dalam rencana tersebut.

Perasaan marah adalah sesuatu yang normal. Namun remaja harus belajar mengontrol perasaan marah sehingga tidak berakhir dengan kekerasan saat terjadi konflik. Bilang 1 sampai 10 dan tenangkan diri.

Mencoba kawal perasaan, hanya dengan mengontrol perasaan, remaja dapat mengontrol situasi provokatif.

Belajar teknik mengatasi masalah (problem solving techniques) dari orang dewasa yang bisa dipercaya seperti guru, konselor dan anggota keluarga.

Belajar keterampilan "interpersonal relationship". Dengar pendapat orang lain sebelum mengungkapkan perasaan marah Anda. Hormati pendapat orang lain.

Berani mengaku jika tersilap melakukan sesuatu yang menyinggung perasaan orang lain. Bertanggung jawab memperbaiki kesalahan tersebut.

Atasi konflik dengan pikiran. Bukannya dengan senjata dan kekerasan.

Pikir tentang akibat tindakan kekerasan termasuk risiko dipenjarakan, cedera atau dikeluarkan.

Tingkatkan citra diri Anda dengan meningkatkan keterampilan hidup Anda.

JANGAN sesekali membawa senjata ke sekolah.

Libatkan diri secara aktif dalam kegiatan sekolah supaya fokus selalu dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Libatkan diri dalam tim berseragam seperti Pramuka, Pandu Puteri, badan relawan dan sebagainya.

Jangan bawa senjata untuk teman. Jika teman Anda terlibat dalam aktivitas kekerasan bersenjata, jangan diamkan diri. Beritahu orang dewasa yang bisa dipercaya.

Lapor ke pihak berwenang jika Anda terkena kegiatan teror.

JAUHI dari kekerasan bersenjata.
Ia bisa membinasakan masa depan Anda

Artikel Terkait