(essay) (MEMBOSANKAN) bahasa dan sastra Indonesia dalam kurikulum 2013

berikut adalah essay bahasa indonesia
(MEMBOSANKAN)  bahasa dan sastra Indonesia  dalam kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang sudah dijalankan dari tahun kemarin oleh 6.000 sekolah di berbagai daerah  menuai banyak protes dari segala kalangan karena dinilai kurikulum tersebut belum matang. Tetapi ada satu hal yang membuat saya tertarik dalam kurikulum 2013 ini mengenai penerapan bahasa dan sastra Indonesia yang telah disebutkan didalamnya dan pendapat dari beberapa tokoh pemerintah terkemuka di Indonesia untuk saat ini. Apakah benar Kurikulum 2013 ini membosankan? Tidak sedikit dari para pelajar maupun pendidik bahkan para orang tua yang menganggap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013 ini di anggap sangat membosankan. Argumentasi – argumentasi tersebut terlihat mantap.  Dalam kurikulum 2013 , mata pelajaran bahasa Indonesia dan pengembangan tentang pembelajaran sastra mengalami perombakan total dari kurikulum 2006. Hal ini dinilai cenderung dapat memberikan kejenuhan kepada para siswa dalam pembelajarannya. Dalam sebuah artikel yang dibuat oleh Muhammad Nuh dalam menanggapi Kurikulum 2013 ini tertulis “Dengan cara ini pula, maka pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dibuat menjadi kontekstual, sesuatu yang hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia kurang diminati oleh pendidik maupun peserta didik.” Dalam tulisan ini saya mencoba melihat beberapa argumentasi  mengenai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum 2013 ini.

Dalam pembelajaran bahasa dan sastra pada kurikulum 2013, terdapat kompetensi dasar yang tercantum secara tidak tersirat. Contohnya saja pada kompetensi dasar kelas X
KELAS: X KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi. Dari contoh tersebut Kompetensi dasar nomor 1, menghayati dan mengamalkan ajaran agama, kurang jelas maksudnya. Pada 1.1 dan 1.2 juga terdapat hal yang sama dimana kompetensi dasar tersebut menghubungkan tentang kepercayaan. Selain itu dalam Sebuah diskusi terbuka yang digelar oleh majelis guru besar Institut Teknologi Bandung khusus membahas mengenai rencana pemberlakuan kurikulum 2013 oleh pemerintah, Rabu (13/3/2013) guru besar ilmu matematika ITB, Iwan Pranoto mengatakan “Bila dicampur adukkan dengan Tuhan, naskah kurikulum seolah tidak bisa didebat karena nilainya menjadi suci,” ujar Iwan. Bagaimana bisa hal tersebut masuk ke dalam kompetensi dasar bahasa Indonesia. Tentu saja ini menimbulkan kejanggalan dan banyak pertanyaan.

Dari beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa kurikulum 2013 masih sangat membutuhkan pengkajian ulang lagi yang lebih tepat dan logis. Perumusan dalam pembuatan kurikulum seharusnya agar guru bisa memahaminya bukan malah membuat guru semakin bingung dan akhirnya menghasilkan pembelajaran yang tidak efektif. Pembelajaran yang tidak efektif tersebut karena siswa merasa bingung dan pelajaran semakin memosankan

Dari sebuah tulisan di Balipost.co.id, Kurikulum 2013 mengintegrasikan pembelajaran sastra ke dalam pembelajaran bahasa atau pembelajaran bahasa bisa juga dimulai dengan pembelajaran sastra. Hal ini tampak dalam susunan buku khususnya buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk kelas X. Pada pelajaran pertama, kedua, ketiga, keempat ada teks-teks sastra baik berupa puisi, cerpen, maupun monolog.

Kompetensi dasar dalam kurikulum 2013 mengalami banyak kejanggalan yang membuat kejenuhan dalam pembelajaran siswa selain dari kompetensi dasar bahasa Indonesia dan sastra juga terdapat banyak kejanggalan di kompetensi dasar lainnya.

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia masih sangat kurang, banyak hal yang kurang logis dari inti standar kompetensi. Pembelajaran juga sangat menjenuhkan karena pemahaman guru yang kurang terhadap kurikulum 2013.




Artikel Terkait