sel elektrokimia dan penerapannya

Tags



A.  Pendahuluan
Kimia adalah salah satu ilmu yang dekat dengan manusia. Namun kedekatan kimia dengan penerapannya pada kehidupan manusia kadang tidak dirasakan oleh manusia karena yang manusia tahu hanyalah bagaimana menggunakan alat, bukan bagaimana cara kerja alat tersebut ditinjau secara ilmiah. Salah satu dari penerapan kimia pada kehidupan sehari-hari adalah sel elektrokimia. Sel elektrokimia sendiri terbagi menjadi dua, yaitu sel volta dan sel elektrolisis.

B. Sel Volta
Sel volta adalah sel elektrokimia dimana terjadi reaksi reduksi oksidasi spontan sehingga menghasilkan listrik.
Sel volta mempunyai susunan :
1.       Batang anoda yang berfungsi sebagai kutub negatif dan  tempat berlangsungnya reaksi oksidasi.
2.       Batang katoda yang berfungsi sebagai kutub positif dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi.
3.       Jembatan garam adalah larutan garam (NaNO3) yang berfungsi untuk menetralkan kelebihan anion dan kelebihan kation dalam.
4.       Voltmeter, bukan hal yang wajib namun amat berguna untuk mengukur jumlah listrik yang dihasilkan dari reaksi redoks.


Prinsip kerja sel volta adalah memindahkan elektron dari anode ke katode  sehingga menghasilkan listrik. Pemindahan elektron ini hanya terjadi bila syarat yang dipenuhi yaitu anode mempunyai potensial standar(E0) yang lebih negative dibandingkan dengan katodenya. Karena mempunyai potensial standar yang berbeda hal ini menyebabkan sel volta mempunyai selisih antara potensial standar katode dengan potensial standar anode. Hal ini disebut dengan potensial sel atau sering juga disebut dengan gaya gerak listrik.
Susunan potensial standar electrode disusun sesuai dengan deret volta :
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
1.               Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
2.                Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami oksidasi)

Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka

1.               Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)
2.                Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami reduksi)






C. Penerapan Sel Volta
Listrik merupakan kebutuhan pokok manusia masa kini dengan perkembangan teknologi yang canggih.  Tentu saja apabila menggunakan langsung dari sumber listrik melalui stopkontak dapat mengganggu portabilitas manusia zaman sekarang. Maka dari itu digunakan sel volta yang dapat dirakit dalam ukuran yang mudah untuk dipindahkan serta tidak perlu langsung dari sumber listrik melalui stopkontak. Beberapa diantaranya adalah :

a)      Baterai Konvensional
·         Aki
ACCU(mulator) atau sering disebut aki, adalah salah satu komponen utama dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan aki untuk dapat menghidupkan mesin mobil (mencatu arus pada dinamo stater kendaraan). Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Di pasaran saat ini sangat beragam jumlah dan jenis aki yang dapat ditemui.
Aki untuk mobil biasanya mempunyai tegangan sebesar 12 Volt, sedangkan untuk motor ada tiga jenis yaitu, dengan tegangan 12 Volt, 9 volt dan ada juga yang bertegangan 6 Volt. Selain itu juga dapat ditemukan pula aki yang khusus untuk menyalakan tape atau radio dengan tegangan juga yang dapat diatur dengan rentang 3, 6, 9, dan 12 Volt. Tentu saja aki jenis ini dapat dimuati kembali (recharge) apabila muatannya telah berkurang atau habis.
Dikenal dua jenis elemen yang merupakan sumber arus searah (DC) dari proses kimiawi, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer terdiri dan elemen basah dan elemen kering. Reaksi kimia pada elemen primer yang menyebabkan elektron mengalir dari elektroda negatif (katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya. Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan pereaksinya (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer adalah batu baterai (dry cells).
Allesandro Volta, seorang ilmuwan fisika mengetahui, gaya gerak listrik (ggl) dapat dibangkitkan dua logam yang berbeda dan dipisahkan larutan elektrolit. Volta mendapatkan pasangan logam tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat membangkitkan ggl yang lebih besar dibandingkan pasangan logam lainnya (kelak disebut elemen Volta).
Hal ini menjadi prinsip dasar bagi pembuatan dan penggunaan elemen sekunder. Elemen sekunder harus diberi muatan terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik melaluinya (secara umum dikenal dengan istilah 'disetrum'). Akan tetapi, tidak seperti elemen primer, elemen sekunder dapat dimuati kembali berulang kali.
Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan aki. Dalam sebuah aki berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam aki saat dipakai berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia (charging).
Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal. Secara fisik aki ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang yang dimasukkan pada larutan asam sulfat encer (H2S04). Larutan elektrolit itu ditempatkan pada wadah atau bejana aki yang terbuat dari bahan ebonit atau gelas. Kedua belah pelat terbuat dari timbal (Pb), dan ketika pertama kali dimuati maka akan terbentuk lapisan timbal dioksida (Pb02) pada pelat positif.
Letak pelat positif dan negatif sangat berdekatan tetapi dibuat untuk tidak saling menyentuh dengan adanya lapisan pemisah yang berfungsi sebagai isolator (bahan penyekat). Proses kimia yang terjadi pada aki dapat dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu selama digunakan dan dimuati kembali atau 'disetrum'.
Reaksi kimia
Pada saat aki digunakan, tiap molekul asam sulfat (H2SO4) pecah menjadi dua ion hidrogen yang bermuatan positif (2H+) dan ion sulfat yang bermuatan negatif (SO4-). Tiap ion SO4 yang berada dekat lempeng Pb akan bersatu dengan satu atom timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO4) sambil melepaskan dua elektron. Sedang sepasang ion hidrogen tadi akan ditarik lempeng timbal dioksida (PbO2), mengambil dua elektron dan bersatu dengan satu atom oksigen membentuk molekul air (H2O).
Dari proses ini terjadi pengambilan elektron dari timbal dioksida (sehingga menjadi positif) dan memberikan elektron itu pada timbal murni (sehingga menjadi negatif), yang mengakibatkan adanya beda potensial listrik di antara dua kutub tersebut. Proses tersebut terjadi secara simultan, reaksi secara kimia dinyatakan sebagai berikut :
PbO2 + Pb + 2H2SO4 -----> 2PbSO4+ 2H2O
Di atas ditunjukkan terbentuknya timbal sulfat selama penggunaan). Keadaan ini akan mengurangi reaktivitas dari cairan elektrolit karena asamnya menjadi lemah (encer), sehingga tahanan antara kutub sangat lemah untuk pemakaian praktis.
Sementara proses kimia selama pengisian aki (charging) terjadi setelah aki melemah (tidak dapat memasok arus listrik pada saat kendaraan hendak dihidupkan). Kondisi aki dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan memberikan arus listrik yang arahnya berlawanan dengan arus yang terjadi saat discharging. Pada proses ini, tiap molekul air terurai dan tiap pasang ion hidrogen yang dekat dengan lempeng negatif bersatu dengan ion S04 pada lempeng negatif membentuk molekul asam sulfat. Sedangkan ion oksigen yang bebas bersatu dengan tiap atom Pb pada lempeng positif membentuk Pb02. Reaksi kimia yang terjadi adalah :
2PbSO4 + 2H2O ----> PbO2 + Pb + 2H2SO2
Aki kendaraan
Besar ggl yang dihasilkan satu sel aki adalah 2 Volt. Sebuah aki mobil terdiri dari enam buah aki yang disusun secara seri, sehingga ggl totalnya adalah 12 Volt. Accu mencatu arus untuk menyalakan mesin (motor dan mobil dengan menghidupkan dinamo stater) dan komponen listrik lain dalam mobil. Pada saat mobil berjalan aki dimuati (diisi) kembali sebuah dinamo (disebut dinamo jalan) yang dijalankan dari putaran mesin mobil atau motor.

Pada aki kendaraan bermotor arus yang terdapat di dalamnya dinamakan dengan kapasitas aki yang disebut Ampere-Hour/AH (Ampere-jam). Contohnya untuk aki dengan kapasitas arus 45 AH, maka aki tersebut dapat mencatu arus 45 Ampere selama 1 jam atau 1 Ampere selama 45 jam.Penulis sempat melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik aki dan hasilnya telah diseminarkan beberapa waktu yang lalu. Penelitian tersebut dilakukan baik saat aki sedang di discharging maupun saat charging. Metodenya adalah dengan mengukur tegangan jepit (Volt) antara kedua kutub dari aki yang dibandingkan per satuan waktu (30 menit). Penelitian tersebut dilakukan untuk aki 12 Volt, 9 Volt dan 6 Volt (meliputi aki mobil dan motor).
Pengamatan ini dilakukan selama kurang lebih lima sampai enam jam untuk tiap jenis aki, dan hasilnya antara tegangan jepit diplot terhadap perubahan waktu. Ternyata aki yang kutubnya terbuat dari timbal dan timbal peroksida dan dicelupkan dalam cairan asam sulfat (yang banyak dipakai) cukup baik hasilnya dalam mempertahankan beda potensial. Karena itu kedua kutub aki timbal dan timbal peroksida mampu mempertahankan perbedaan potensial antara kedua kutub secara stabil, sekalipun arus yang melalui rangkaian cukup besar.
Menghemat aki
Bila mana aki yang setelah kurang lebih satu tahun kita pakai mulai rewel alias 'zwak', ada beberapa tips yang dapat dicoba untuk lebih memperlama umur aki, mengingat harganya cukup mahal.
    Sebelum 'disetrum' ulang, buang seluruh cairan asam sulfat yang tersisa dalam aki. Lalu dibilas dengan air murni sebanyak empat kali, dan isi dengan cairan accu zuur. Setelah itu dapat 'disetrum'. Pada pemakaian normal, aki dapat bertahan selama satu sampai tiga bulan.
    Atau dapat juga setelah mobil atau motor diparkir, lepaskan salah satu kabel pada kutub positif aki, sehingga pada aki tak ada arus yang benar-benar mengalir. Dan sebaiknya jangan menyalakan perlengkapan yang memerlukan arus (radio atau tape) saat mobil sedang tidak dijalankan.
    Dan sebelum terjadi dua hal di atas, perawatan dan pengecekan terhadap tinggi permukaan air aki harus diperhatikan. Dan selain itu juga massa jenis air aki juga harus diukur dengan hidrometer secara berkala.
Bila ternyata ketiga cara di atas tidak maksimal, mungkin sudah saatnya kita perlu membeli aki baru. Kita juga harus ingat, semua barang memiliki umur ekonomis, artinya setelah jangka waktu tertentu digunakan, barang tersebut secara perlahan-lahan akan berkurang kemampuannya dan rusak.
·         Baterai kering (Sel Leclanche)
Proses kimia yang menghasilkan listrik dalam selLeclanché dimulai ketika atom seng pada permukaanmengoksidasi anoda, yaitu mereka melepaskan keduaelektron mereka untuk menjadi ion bermuatan positif.Karena ion seng menjauh dari anoda, meninggalkanelektron mereka pada permukaannya, anoda menjadisemakin bermuatan negatif dari katoda. Ketika selterhubung dalam sebuah sirkuit listrik eksternal, elektronyang berlebih pada anoda seng mengalir melalui sirkuit kebatang karbon. Gerakan elektron tersebut membentuksebuah arus listrik.
Ketika elektron memasuki batang, mereka bergabungdengan mangan dioksida dan air, yang bereaksi satu samalain untuk memproduksi oksida mangan dan ion hidroksidabermuatan negatif. Hal ini disertai dengan reaksi sekunderdi mana ion hidroksida bereaksi negatif dengan ionamonium positif dalam elektrolit amonium klorida untukmenghasilkan molekul amonia dan air.
Susunan sel kering dan reaksi pada elektrode :
Anode : Logam seng (Zn) yang dipakai sebagai wadah.
Katode : Batang karbon (tidak aktif).
Elektrolit : Campuran berupa pasta yang terdiri dari MnO2,NH4Cl, dan sedikit air.
Reaksi:
Anode : Zn(s) --->Zn2+(aq) + 2 e
Katode :2 MnO2(s) + 2 NH4+(aq) + 2 e–--->Mn2O3(s) + 2 NH3(g) + H2O(l)
·         Baterai Alkaline

Dalam sel kering alkalin, padatan KOH atau NaOH digunakan sebagai ganti NH4Cl. Umur sel kering mangan (baterai biasa) diperpendek oleh korosi zink akibat keasaman NH4Cl. Sedangkan pada sel kering alkali bebas masalah ini karena penggantian NH4Cl yang bersifat asam dengan KOH/NaOH yang bersifat basa. Jadi umur sel kering alkali lebih panjang.Selain itu juga menyebabkan energi yang lebih kuat dan tahan lama.
Anode : Logam seng (Zn) yang sama seperti baterai biasa digunakan sebagai wadah.
Katode : Oksida mangan (MnO2 ).
Elektrolit : Kalium hidroksida (KOH).
Reaksi:
Anode : Zn(s)---> Zn2+(aq) + 2 e
Katode : 2 MnO2+ H2O + 2 e--->Mn2O3 + 2 OH
Ion Zn2+ bereaksi dengan OH membentuk Zn(OH) .
·         Baterai Nikel-Kadmium
Baterai Nikel - Kadmium digunakan sebagai baterai dalam berbagai peralatan luar angkasa sejak tahun 1970-an. Misalnya pada satelit dan beberapa peralatan luar angkasa. Umumnya peralatan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga dapat menghemat pemakaian ruangan dalam pesawat.
Baterai ini menggunakan nikel oksida sebagai elektode positif (katode), senyawa cadmium sebagai electrode negative (anode), dan larutan KOH sebagai elektrolit. Baterai nikel cadmium ini dapat diisi ulang dan bertahan 10-20 tahun di luar angkasa. Saat sedang digunakan, baterai tersebut mengubah energy kimia menjadi energy listrik dan sebaliknya, mengubah energy listrik menjadi energy kimia saat sedang diisi.
Nickel Cadmium, alias NiCad, merupakan batere isi ulang pertama dan yang paling murah sehingga banyak dipakai di mainan anak-anak dan berbagai gadget. Pengisian ulang dayanya relatif cepat, tetapi memiliki efek memori. Jika dayanya belum habis saat Anda melakukan isi ulang akan terbentuk kristal-kristal besar yang membatasi daya yang disediakan di kali berikutnya. Selain itu kendati tidak dipakai, batere akan kehabisan seluruh dayanya setelah sekitar 90 hari.
Baterai nikel-kadmium merupakan baterai kering yang dapat diisi ulang. Sel ini biasanya disebut nicad atau bateray nickel-cadmium. Reaksi yang terjadi pada baterai nikel-kadmium adalah:
Cd(s) + 2OH-(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e- (anoda)
NiO2(s) + 2H2O + 2e- → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq) (katoda)
Reaksi keseluruhan adalah:
Cd(s) + NiO(aq) + 2H2O(l) → Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)
Baterai nikel-kadmium merupakan zat padat yang melekat pada kedua elektrodenya. Baterai nikel-kadmium memiliki tegangan sekitar 1,4V. Dengan membalik arah aliran elektron, zat-zat tersebut dapat diubah kembali seperti zat semula.
NiCad / NiCd (Nickel Cadium)
Baterai Nickel Cadmium (NiCad) yang diproduksi pertama kali tahun 1946, merupakan baterai yang dibuat dari campuran Nikel dan Cadmium. Keunggulannya adalah ringan, lebih awet, charging efisien, dan hambatan internal yang kecil sehingga tegangannya stabil. Tegangan baterai NiCad adalah 1,2 Volt, dengan kecepatan penurunan energi 10% per bulan. Dalam penggunaan sehari-hari, baterai NiCad ini bisa diadu dengan baterai alkalin. Kekurangan baterai NiCad adalah biaya pembuatannya mahal, kapasitas berkurang jika tidak baterai dikosongkan (memory effect), dan tidak ramah lingkungan (beracun).
·         Baterai Perak Oksida
Bentuk baterai ini kecil seperti kancing baju biasa digunakan untuk baterai arloji,kalkulator, dan alat elektronik lainnya. Anoda yang digunakan adalah seng,katodanya adalah perak oksida dan elektrolitnya adalah KOH. Reaksi yang terjadi:
Anoda Cd (-)        :  Cd + 2OH              → Cd(OH)2 + 2e
Katoda NiO2 (+)  :  NiO2 + 2H2O + 2e  → Ni(OH)2 + 2OH

Reaksi total           :  Cd + NiO2 + 2H2O  → Cd(OH)2 + Ni(OH)2



Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,5 volt.

b)      Baterai Kinerja Tinggi
·         Baterai Nikel-Metal Hidrida (Ni-MH)
Baterai nikel metal hidrida sebenarnya memiliki karakteristik yang sama dengan baterai nikel kadmium. Perbedaannya terletak pada penggunaan material untuk anodanya. Bila pada baterai nikel kadmium, kadmium digunakan sebagai anoda, maka pada baterai jenis ini metal hidrida yang digunakan. Metal hidrida terbuat dari campuran lanthanium yang dapat menyerap dan menghasilkan hidrogen. Baterai jenis ini memiliki kerapatan energi dua kali lebih besar dibandingkan dengan baterai jenis asam timbal dan 40 % lebih tinggi dibandingkan dengan baterai nikel kadmium.
Keuntungan penggunaan baterai jenis nikel metal hidrida diantaranya adalah rendahnya impedansi internal, memiliki siklus hidup sebesar 500 siklus, dan memiliki kedalaman pelepasan energi listrik yang tinggi. Selain itu baterai ini juga cenderung lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung kadmium, raksa maupun timbal. Adapun kekurangan baterai nikel metal hidrida yang paling menonjol yaitu tingginya kecepatan pelepasan muatan sendiri (self-discharge), adanya efek ingatan dan memiliki efisiensi energi yang cukup rendah (65 %). Selain itu baterai ini tidak dapat disimpan karena jika tidak digunakan baterai ini akan kehilangan 5 % energi perhari.
Anoda   :                           Ni(OH)2 + OH-                               NiOOH + H2O +e-
katoda  :                          M + H2O +e-                             MH +OH-

Sel         :                        Ni(OH)2 + M                              NiOOH +MH
·         Baterai Litium
Dewasa ini, hampir semua peralatan elektronik portabel seperti telpon genggam, kamera, dan pemutar musik menggunakan baterai lithium. Dibandingkan dengan baterai-baterai sebelumnya, baterai lithium lebih ringan dan kapasitas penyimpanan listriknya yang lebih tinggi.
Baterai lithium merupakan baterai yang menggunakan logam lithium atau paduan lithium sebagai elektroda negatif (anoda) dan material lain seperti mangan dioksida (MnO2), tionil klorida (SOCl2), sulfur dioksida (SO2), Li-I2, Li-Ag2CrO4, Li(CFx)n dsb sebagai elektroda positif. Lithium merupakan logam yang paling ringan, rasio elektron/massa paling besar dan potensial elektroda paling negatif sehingga baterai lithium mempunyai densitas energi yang tinggi dan tegangan yang tinggi. Selain itu proses dischargenya berlangsung stabil, suhu operasi yang luas, dan kinerja yang baik pada temperatur rendah serta waktu hidup yang panjang menjadikan baterai Lithium menjadi populer belakangan ini.
·         Baterai Ion Litium
Kelemahan dari baterai lithium adalah sifatnya yang reaktif terhadap air atau uap air. Akibatnya perakitan baterai harus benar-benar bebas air. Elektrolit yang digunakan biasanya adalah garam lithium yang dilarutkan dalam larutan organik polar.
Kelemahan ini diatasi dengan munculnya konsep baterai ion lithium dimana sebagai elektroda positif (katoda) tidak digunakan logam lithium akan tetapi menggunakan oksida logam lithium seperti LixCoO2, LiNiO2, dan LiMnO4. Sebagai elektroda negatif (anoda) digunakan material karbon (LixC6). Polimer ion lithium pada prinsipnya sama dengan baterai ion lithium. Perbedaannya adalah penggunaan polimer padat sebagai elektrolit, sedangkan pada baterai ion lithium menggunakan liquid atau gel elektrolit. Penggunaan elektrolit polimer mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan dalam proses pabrikasi, fleksibel, ringan, elastik dan transparan.

Reaksi pada Baterai Ion Litium :
Sel :     Li1-x Mn2O4 + CnLix                LiMn2O4 + Cn
Untuk tipe kabolt anoda Li1-xCoO2 dan katoda grafit.
Sel :     Li1-xCoO2 + CnLix                                 LiCoO2 + Cn

c)       Sel bahan bakar
Tahun 1752 Benjamin Franklin menemukan konsep arus listrik
Faraday mengembangkan motor elektrik tahun 1821
Dan abad ini elektronlah yang akan mengantar manusia keliling dunia…
Salah satu proyek masa depan dalam dunia transportasi adalah penggunaan mobil listrik menggantikan kendaraan yang berbahan bakar minyak bumi. Mobil listrik menjadi sangat fenomenal karena sumber energi yang lebih terjamin dibanding minyak bumi serta isu lingkungan yang menyebutkan bahwa pembakaran minyak bumi lebih banyak menghasilkan emisi. Sebelum melaju ke konsep mobil listrik maka yang menjadi tantangan adalah darimana sumber energi mobil ini? Ada beberapa konsep yang ditawarkan yaitu melalui penggunaan baterai dan fuel cell. Penggunaan baterai yang dapat diisi ulang adalah salah satu alternatif sumber energi untuk mobil listrik namun kendalanya adalah modus pengisian baterai yaitu diperlukan catu daya dan waktu pengisian ulang baterai. Untuk kebutuhan mobilitas yang cepat maka mengisi ulang baterai harus dilakukan dalam waktu yang singkat sama seperti saat manusia hendak mengisi bahan bakar minyak di SPBU sedangkan pengisian ulang baterai untuk daya yang besar bisa membutuhkan waktu berjam-jam. Tantangan inilah yang bisa dijawab oleh fuel cell.
Apa itu fuel cell? Fuel cell pada dasarnya mirip dengan baterai yaitu sumber daya yang menggunakan reaksi kimia untuk menghasilkan arus listrik. Perbedaannya terletak pada sumber energi yang didapat, jika baterai memanfaatkan reaksi kimia dan membutuhkan pengisian daya untuk mendapatkan arus listrik maka fuel cell tidak membutuhkan pengisian daya melainkan pengisian bahan bakar. Jadi fuel cell memanfaatkan bahan bakar untuk direaksikan secara elektrolisis untuk menghasilkan elektron dan mengalirkan arus listrik. Salah satu bahan bakar yang sering digunakan untuk fuel cell adalah hidrogen.
Bagaimana cara kerja fuel cell? Mari kita lihat diagram berikut:
Cara Kerja Fuel Cell
Keterangan gambar:
1. Anoda
2.Membran Cell
3.Arus listrik
4.Katoda
5. Vent
Dari gambar diatas gas hidrogen masuk dari sisi kiri atau bisa disebut anoda (tempat terjadinya reaksi oksidasi/pelepasan elektron) dan oksigen masuk di sisi kanan atau bisa disebut katoda (tempat terjadinya reaksi reduksi/penangkapan elektron) maka terjadilah reaksi berikut:
Anoda: H2 —-> 2elektron + 2H+
Katoda: 1/2O2 + 2elektron + 2H+ —> H2O
Masing-masing reaksi memiliki jumlah elektron (kutub negatif) dan proton (kutub positif) yang sama, gas hidrogen mengalami reaksi oksidasi atau melepaskan elektron sedangkan gas oksigen mengalami reaksi reduksi atau menerima elektron namun melalui mekanisme yang berbeda. Ion positif atau proton (2H+) masuk melalui membran dalam fuel cell (dalam gambar berwarna biru di tengah atau daerah nomer 2) namun membran ini bersifat selektif yaitu tidak bisa dilewati ion negatif atau elektron sehingga elektron harus melalui jalur lain yang dihubungkan menuju katoda yaitu jalur nomer 3. Pergerakan elektron inilah yang akhirnya menghasilkan arus listrik, jika kita ingat pelajaran dasar fisika bahwa arus listrik adalah arus yang mengandung muatan elektron. Maka gambar diatas menunjukkan arus elektron mampu mengubah energi listrik menjadi energi cahaya dan menyalakan lampu. Sedangkan di katoda elektron akan kembali bertemu proton untuk kemudian membentuk senyawa uap air karena adanya oksigen. Bisa dikatakan emisi untuk fuel cell berbahan bakar hidrogen ini hanyalah uap air bukan karbon dioksida seperti pembakaran pada umumnya.
Tantangan saat ini untuk penggunaan fuel cell adalah ketersediaan bahan bakar dan infrastruktur penyediaan gas hidrogen. Gas hidrogen pada umumnya dihasilkan dari reaksi oksidasi parsial gas alam atau methana, sedangkan methana sendiri banyak dibutuhkan untuk keperluan bahan bakar PLTU,pabrik amonia,dan petrokimia jadi diperlukan sumber bahan baku alternatif untuk menghasilkan gas hidrogen selain dari methana. Infrastruktur pengisian bahan bakar hidrogen dan tangki penyimpanannya juga masih menjadi masalah besar mengingat sifat gas hidrogen sangat mudah terbakar (flammable) dan membutuhkan tekanan tinggi untuk disimpan dalam bentuk gas (minimal 5000 psi). Dalam hal ini isu safety masih terus dipelajari supaya tidak terulang kejadian Hindenburg Disaster yaitu terbakarnya balon udara berbahan bakar hidrogen di New Jersey, Amerika Serikat akibat kebocoran tabung penyimpan gas hidrogen.











D. Sel Elektrolisis
Sel elektolisis merupakan jenis sel elektrokimia selain sel volta. Yang membedakan antara sel elektrolisis dengan sel volta adalah jika pada sel volta reaksi kimia menghasilkan listrik maka pada sel elektrolisis untuk terjadi suatu reaksi redoks diperlukan listrik.

Sel elektrolisis mempunyai susunan :
1. Elektrode yang terdiri atas anode sebagai kutub positif dan tempat terjadinya reaksi oksidasi dan katode sebagai kutub negative dan tempat terjadinya reaksi reduksi.
2. Catu daya untuk dialirkan pada elektrode sehingga terjadi reaksi kimia.

Perbedaan lain dari sel elektrode dan sel volta dilihat dari susunannya adalah peranan anode dan katode berbeda. 
Elektrolisis berarti peruraian yang disebabkan oleh arus listrik.  Jika elektrolit merupakan lelehan senyawa ion, maka kation akan direduksi di katode, sedangkan anion dioksidasi di anode. Reaksi pada larutan elektrolit berlangsung lebih kompleks. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor :
1.       Reaksi-reaksi yang berkompetisi pada tiap-tiap elektrode.
-          Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah yang mempunyai potensial reduksi yang lebih positif
-          Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah yang mempunyai potensial reduksi lebih lebih negatif.
2.       Jenis elektrode,ada 2 jenis elektrode, yaitu elektrode inert dan elektrode non inert.  Elektrode inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi. Elektrode inert yang umum digunakan adalah platina dan grafit.
3.       Potensial tambahan yang diperlukan, sehingga suatu reaksi elektrolisis dapat berlangsung (overpotensial).

Reaksi pada sel elektrolisis terjadi di anode dan katode yang dijabarkan berikut :

Reaksi pada Katoda ( Reduksi Kation)
1.Bila kation dari golongan Alkali/ IA (Li+, Na+, K+), Alkali tanah/ IIA (Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+), Al3+ atau Mn2+ maka kation tersebut tidak direduksi namun air (H2O) yang direduksi. hal ini karena E°red H2O lebih besar dari ion-ion teraebut. Reaksi yang terjadi :

2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
2. H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen (H2). Reaksi yang terjadi :
2H+(aq) + 2e- → H2(g)
3. Ion-ion logam lainnya yang tidak termasuk kelompok di atas direduksi lalu mengendap pada katoda.
Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)Cu2+(aq) + 2e- → Cu(aq)
Ag+(aq) + e- → Ag(s)
4. Ion-ion lelehan atau leburan dari golongan alkali dan alkali tanah direduksi lalu mengendap pada katoda (karena lelehan/leburan tidak mengandung air).
Li+(aq) + e- → Li(s)
Ca2+(aq) + 2e- → Ca(s)
Reaksi pada Anoda (Oksidasi Anion)

1.  Bila elektrodanya non inert ( Ni, Cu, Ag dll) maka elektrodanya yang dioksidasi. contoh reaksinya :
Ni(s) → Ni2+(aq) + 2e-  
Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-  
Ag(s) → Ag+(aq) + e-  
2. Bila elektrodanya inert ( C, Pt atau Au) maka elektrodanya tidak bereaksi dan bila anionnya :
a. Ion OH- dari basa maka reaksi yang terjadi :
4OH-(aq) → 2H2O(aq) + O2(g) + 4e-
b. Ion sisa asam yang mengandung oksigen (SO42-, NO3-, PO43- dll) tidak dioksidasi namun air (H2O) yang dioksidasi. karena E°oks H2O lebih besar dari sisa asam yang mengandung oksigen. Reaksi yang terjadi :
2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-

c. ion sisa asam yang tidak mengandung oksigen (Cl- , Br- , I- dll) akan dioksidasi.
2Cl-(s) → Cl2(g) + 2e-
2Br-(s) → Br2(g) + 2e-


Dalam proses penggunaan sel elektrolisis digunakan arus listrik. Untuk itu maka digunakan Hukum Faraday I dan Hukum Faraday II yang dirumuskan oleh Faraday sebagai berikut

Hukum I Faraday: massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan jumlah listrik yang digunakan (Q).
G=Q
Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (i) dengan waktu (t)
Q = i . t (coulomb)
Jadi persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
G = it


Hukum II Faraday : “massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa ekivalen zat itu (ME)”.
G = ME
Massa ekivalen dari unsur-unsur logam sama dengan massa atom relatif (Ar) di bagi dengan perubahan bilangan oksidasinya (pbo)
ME= Ar/pbo





E. Penerapan Sel Elektrolisis
             Dalam keseharian sel elektrolisis digunakan pada hal-hal berikut :
1.       Elektroplatting
Elektroplatting adalah aplikasi elektrolisis pada pelapisan suatu logam atas logam yang lain. Teknik ini bisa dipakai untuk memperbaiki penampakan dan daya tahan suatu logam. Contohnya, suatu lapisan tipis logam chromium pada bemper baja mobil untuk membuatnya menarik dan melindunginya dari karat. Pelapisan emas dan perak dilakukan pada barang-barang perhiasan yang berasal dari bahan-bahan logam yang murah. Berbagai lapisan-lapisan tipis logam tersebut ketebalannya berkisar antara 0,03 s/d 0,05 mm.
2.       Pembuatan Aluminium
Bauksit adalah biji aluminium yang mengandung Al2O3-. Untuk mendapatkan aluminium, bijih tersebut dimurnikan dan Al2O3 nya dilarutkan dan didisosiasikan dalam larutan elektrolit ‚eryolite’. Pada katoda, ion-ion aluminium direduksi menghasilkan logam yang terbentuk sebagai lapisan tipis dibagian bawah wadah elektrolit. Pada anoda yang terbuat dari karbon, ion oksida teroksidasi menghasilkan O2 bebas.
Reaksinya adalah :
Al3+ + 3e- → Al(l) (katoda)
2O2- → O2(g) + 4 e- (anoda)
4Al3+ + 6O2- → 4Al(l) + 3O2(g) (total)
3.       Pembuatan Magnesium
Sumber utama magnesium adalah air laut. Mg2+ mempunyai kelimpahan terbesar ketiga dalam laut, kalahannya oleh ion natrium dan ion klorida. Untuk memperoleh magnesium, Mg(OH)2 diendapkan dari air laut. Pemisahan itu dilakukan dengan cara filtrasi dan lalu dilarutkan dalam asam hidroklorit.
Mg(OH)2 + 2HCl → MgCl2 + 2H2O
Larutan MgCl2 diuapkan dan menghasilkan MgCl2 padat yang lalu dilelehkan dan akhirnya dielektrolisa. Magnesium bebas akan diendapkan pada katoda dan gas klorin dihasilkan pada anoda.
MgCl2(l) → Mg(l) + Cl2(g)
4.       Penyulingan Tembaga
Salah satu elektrolisis yang paling menarik adalah pemurnian atau penyulingan logam tembaga. Tembaga dapat dimbil dari bijinya, dengan cara ini sampai ke tingkat kemurnian 99%. Pengotornya sebagian besar adalah perak, emas, platina, besi dan seng menurunkan konduktivitas listrik tembaga secara drastis sehingga harus disuling ulang sebelum dipakai sebagai kawat atau kabel.
Tembaga tidak murni dipakai sebagai elektroda sebagai anoda pada sel elektrolisis yang mengandung larutan tembaga sulfat dan asam sulfat (sebagai elektrolit). Katoda pada sistem ini adalah tembaga dengan kemurnian tinggi. Jika selnya dijalankan pada tegangan yang diperlukan, hanya tembaga dan pengotornya yang lebih mudah teroksidasi daripada tembaga, seng dan besi yang larut disekitar anoda. Logam-logam yang kurang aktif akan runtuh dan mengendap dibagian dasar wadah. Pada katoda, ion tembaga direduksi tetapi ion seng dan ion besi tertinggal dilarutan karena lebih sukar tereduksi dari pada tembaga. Secara pelan-pelan tembaga anoda terlarut dan tembaga katoda makin tumbuh. Suatu saat tembaga akan mempunyai kemurnian 99,95%!
Kotoran yang terkumpul dibagian bawah biasanya disebut sebgai anoda, dapat dipindahkan secara periodik dan nilai perak, emas dan platina dapat pula dihitung untuk memperoleh total efisiensi pelaksanaan proses penyulingan.
5.       Elektrolisis Brine
Brine (=’air asin’) adalah larutan natrium klorida jenuh. Pada katoda, air lebih mudah direduksi daripada ion natrium dan gas H2 akan terbentuk. Reaksi :
2e- + 2H2O → H2(g) + 2OH-(aq)
Walaupun air lebih mudah teroksidasi daripada ion klorida, namun seperti telah disebut bahwa ada faktor-faktor yang kompleks yang mempengaruhi sehingga yang teroksidasi adalah ion klorida.
6.       Produksi Zat
Elektrolisis berperan penting dalam industri manufaktur danpemurnian zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh dengan proses elektrolisis adalah natrium, kalsium, magnesium, aluminium, tembaga, seng, perak, hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium dikromat, dan kalium permanganat.
Salah satu proses elektrolisis yang penting untuk keperluan komersial adalah elektrolisis larutan natrium klorida. Proses elektrolisis larutan natrium klorida disebut proses klor-alkali. Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium hidroksida di katode dan gas klor di anode. Reaksi secara keseluruhan sebagai berikut.
2 Na+(aq) + 2 Cl(aq)  à  2 Na+(aq) + 2OH(aq) + H2(g) + Cl2(g)

Permasalahan yang muncul pada proses klor-alkali adalah bagaimana menjaga agar gas klor yang terbentuk tidak kontak dengan larutan NaOH. Dalam larutan alkali Cl2 akan terdispro-porsionasi menghasilkan ClO dan Cl. Untuk mencegah hal tersebut, maka ruang katode dan anode dipisahkan menggunakan sekat yang disebut sel diafragma. Sel diafragma juga menjaga bercampurnya gas hydrogen dan gas klor, karena kedua gas tersebut dapat menyebabkan terjadinya ledakan apabila bercampur.
Sel diafragma terbuat dari suatu selaput berpori yang dapat dilalui ion-ion, namun tetap dapat menahan percampuran larutan. Anode pada sel diafragma dibuat khusus dari logam titanium. Diafragma dan katode terdiri atas unit yang terbuat dari polimer asbes ditempatkan pada logam berpori.
Ruang katode yang dipisahkan oleh sel diafragma mengandung campuran NaOH (10-12%) dan NaCl (14-16%). Larutan dari ruang katode tersebut dipekatkan dengan penguapan dan pemurnian dengan pengkristalan natrium klorida. Hasil akhir dalam proses klor-alkali ini adalah 50% NaOH(aq) dengan 1% NaCl sebagai pengotor. Klor yang dihasilkan juga terdapat 1,5% O2(g) sebagai pengotor yang disebabkan proses oksidasi.
Jika sebuah arus 1 A dilewatkan melalui sel diafragma secara kontinu selam 24 jam, jumlah Cl2 yang diperoleh hanya 32 gram. Ini merupakan kecepatan produksi yang tidak berarti untuk tujuan komersial. Jika sebuah sel menghasilkan 1 ton Cl2 per hari, maka diperlukan arus sekitar 31 A. Proses elektrolisis pada industry klor-alkali memerlukan sekitar 0,5% dari seluruh daya listrik yang diproduksi tiap tahun di Amerika Serikat.


























Daftar Pustaka


Purba, Michael.2007.Kimia 3A.Jakarta: Erlangga

Artikel Terkait