MENJELASKAN KONSEP PERMINTAAN DAN PENAWARAN
UANG
1.
Definisi Uang
Banyak sekali definisi tentang uang, berikut ini adalah pendapat
para ahli tentang apa yang
dimaksud dengan uang.
a. A. C. Pigou dalam bukunya The Viel of Money menyatakan
bahwa uang adalah segala
sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat penukar (money
are those things that are
widely used as a media for exchange).
b. Robertson dalam bukunya Money menyatakan bahwa
uang adalah segala
sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-barang (money
is something whish is widely accepted in payments for goods).
c. Albert Gailort Hart dalam bukunya Money Debt and Ekonomic
Activity menyatakan, uang adalah kekayaan yang dengannya si empunya dapat
melunaskan utangnya dalam
jumlah yang tertentu pada waktu itu juga (money is property with
which the owner can pay off the debt with certainly without delay).
KONSEP
Penawaran
dan
permintaan
uang
terjadi
sehubungan
dengan
peredaran
uang
dalam
kegiatan/
transaksi
ekonomi
antara
kelompok
kreditor
atau
pihak yang
menawarkan
uang
dan
pihak yang
debitor
atau pihak
yang
mencari /
membutuhkan
dana.
c. Albert Gailort Hart dalam bukunya Money Debt and Ekonomic Activity menyatakan, uang adalah kekayaan yang dengannya si
empunya dapat melunaskan utangnya dalam
jumlah yang tertentu pada waktu
itu juga (money is property with
which the owner can pay off the debt with certainly without delay).
d. R. S. Sayers dalam
bukunya Modern Banking menyatakan bahwa uang adalah segala sesuatu yang umum
diterima sebagai pembayar utang (money is something that is widely
accepted for the
settlement for debts).
e. Rollin G. Thomas dalam bukunya Our Modern Banking and Monetary System menyatakan bahwa uang adalah segala sesuatu yang siap
sedia dan pada umumnya diterima
umum dalam pembayaran pembelian
barang, jasa, dan untuk membayar utang (money is something that is readily and generaly accepted by the
public and payment of debts).
Dari definisi-definisi di atas
dapat kita simpulkan bahwa uang adalah segala
sesuatu (maksudnya benda apa saja)
asal mendapatkan pengakuan secara umum dan
dapat dijadikan alat pembayaran.
Atau dengan kata lain uang adalah alat pembayaran
yang sah.
2. Sejarah dan Asal Mula Uang
Sebelum ada uang, pertukaran
dilakukan dengan cara barter yaitu pertukaran
antara barang satu dengan barang
yang lain. Pertukaran semacam ini ternyata
menimbulkan kesulitan, antara lain
:
a. Dalam proses barter, sulit
mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan,
misalnya Ardi membawa jagung ke
pasar untuk ditukarkan dengan beras. Beti sebagai
pemilik beras tidak menginginkan
jagung tapi menginginkan ayam;
b. Kesulitan menentukan nilai
tukar barang yang akan saling ditukar. Misalnya
apakah kambing yang dimiliki Ardi
mau dihargai dengan ayam yang dimiliki Bety.
Kesulitan tersebut mendorong
manusia untuk mencari cara untuk mengatasinya,
dibutuhkan suatu benda perantara
yang diterima, digemari orang di mana saja, dan
yang setiap waktu dapat ditukarkan
dengan barang apa saja yang diperlukan. Alat
perantara inilah yang disebut
uang. Jadi dapat kita katakan bahwa uang merupakan
hasil yang timbul sendiri dari
perkembangan tukar-menukar, dan bukan merupakan
sesuatu yang ditemukan atau
sesuatu yang diputuskan oleh seseorang. Sejarah
mencatat pertama-tama yang memakai
uang sebagai alat pembayaran adalah orang
Assyria, Phunisia, dan Mesir.
Uang yang pertama kali tidaklah
seperti uang yang kita kenal sekarang, pada waktu
itu uang berupa benda-benda yang
istimewa. Artinya, benda yang digemari dan diingini
oleh semua oranglah yang dijadikan
sebagai alat penukaran dan alat pengukur nilai.
Benda itu yang disebut uang barang,
seperti besi, batu, garam, kapas, dan kulit binatang.
Demikian juga dengan asal nama
uang. Adakalanya jenis benda yang dijadikan uang
merupakan sumber inspirasi untuk
asal nama uang, contoh gulden mata uang Belanda
yang berarti emas. Money sebutan
untuk uang, berasal dari Monate nama Gereja Manter
di Perancis yang pernah dipakai
sebagai tempat menyimpan dan membuat uang.
Uang benda yang disebut uang
barang tidak dapat dipertahankan karena uang ini
tidak mempunyai ukuran, berat,
bentuk, dan identitas yang pasti. Orang akhirnya
menggunakan logam terutama emas
dan perak karena emas dan perak tidak mudah
rusak, memiliki nilai yang tinggi,
mudah dipindah, mudah dipecah tanpa menurunkan
nilainya, dan tetap digemari
orang. Uang yang terbuat dari emas dan perak disebut
uang logam. Uang logam emas dan perak disebut juga full bodied money karena nilai uang
ini dijamin penuh (100%) oleh
body-nya. Artinya, nilai nominal yang tercantum pada
mata uang itu sama dengan nilai
intrinsiknya. Uang logam yang terbuat dari emas dan
perak juga tidak bertahan, sebab
pada umumnya di seluruh negara banyak taken money.
Taken money adalah mata uang yang nilai nominalnya lebih tinggi
dari nilai intrinsiknya
(bahan) contoh taken money adalah rupiah (Rp) uang yang bahan dasarnya dari kertas
dan dikenal dengan uang kertas.
Uang sebagai alat tukar-menukar
yang sah harus memenuhi persyaratan/kriteria
sebagai berikut.
a. Syarat teknis, yaitu :
1) Tahan lama,
artinya tidak mudah rusak.
2) Nilainya stabil, artinya nilai sekarang sama dengan nilai yang akan
datang.
Dengan demikian orang percaya
bahwa penyimpanan uang tidak akan
merugikan.
3) Mudah dibawa
4) Terdiri dari berbagai nilai nominal, artinya dapat dibagi-bagi sehingga dalam
transaksi sekecil apapun tetap
bisa dilakukan.
5) Jumlahnya mencukupi dan tidak berlebihan.
b. Syarat psikologis, bahwa uang harus bisa memuaskan keinginan orang yang
memilikinya. Orang akan terlihat
lebih tenang dan puas jika membawa uang
daripada membawa barang.
Di Indonesia uang kertas dan uang
logam merupakan uang yang berlaku umum,
yang pencetakan dan pengedarannya
menjadi wewenang Bank Indonesia. Dalam
melaksanakan tugas pokok di bidang
pengedaran uang, Bank Indonesia perlu selalu
berupaya agar uang yang
diterbitkan dan diedarkan memiliki ciri-ciri dan unsur
pengaman yang cukup supaya di satu
pihak mudah dikenali oleh masyarakat, namun
di lain pihak dapat melindungi uang
dari usaha pemalsuan. Ciri-ciri umum pada uang
kertas yang dapat dikenali adalah
sebagai berikut.
a. Bahan kertas uang adalah kapas
100%, kecuali pecahan.
b. Benang pengaman, kecuali untuk
pecahan Rp500,00 dan Rp100,00
bergambar Garuda Pancasila.
d. Serat warna-warni yang
ditempatkan pada bahan secara menyebar atau pada
tempat tertentu.
e. Gambar lambang negara
Indonesia.
f. Tulisan Bank Indonesia dan logo
Bank Indonesia.
g. Gambar utama di bagian muka dan
belakang.
h. Nilai nominal dalam huruf dan
angka.
i. Tahun penerbitan serta tanda
tangan Gubernur dan Direktur/Deputi Gubernur
Bank Indonesia.
j. Nomor seri di kanan atas dan
kiri bawah bagian belakang uang.
k. Teks ketentuan pidana, kecuali
pecahan Rp50.000,00 dan Rp100.000,00.
Coba kamu lihat berita akhir-akhir
ini! Banyak sekali kasus pemalsuan uang bukan?
Oleh sebab itu kita harus bisa
membedakan uang palsu dan uang asli. Cara yang paling
mudah mengenali tanda-tanda uang
kertas rupiah asli adalah sebagai berikut.
a. Tanda air -
pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang dapat dilihat
bila diterawangkan ke arah cahaya.
b. Benang pengaman - ditanam di tengah ketebalan kertas sehingga tampak
sebagai
garis melintang dari atas ke
bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun
memendar di bawah sinar
ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.
c. Cetak intaglo - cetakan timbul yang terasa apabila diraba.
d. Rectoverso -
pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada bagian
muka dan belakang beradu tepat
(saling mengisi).
e. Optical variable ink - hasil cetak mengilap (glittering) yang berubah-ubah
warnanya
bila dilihat dari sudut pandang
yang berbeda.
f. Huruf mikro - pencetakan tulisan dalam ukuran mikro dan hanya dapat
dilihat
dengan kaca pembesar.
g. Invisible ink - hasil cetak tidak kasat mata tetapi tampak jelas
memendar di bawah
sinar ultraviolet.
h. Multi layer latent image/metal layer - teknik cetak di mana dalam satu bidang cetakan
terlihat lebih dari satu objek
gambar bila dilihat dari sudut pandang berbeda.
3. Fungsi Uang
Fungsi uang dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu fungsi asli dan fungsi turunan.
Berikut penjelasannya :
a. Fungsi Asli, disebut
juga fungsi primer uang adalah sebagai berikut.
1) Sebagai Alat Penukar (medium of exchange)
Uang dapat digunakan sebagai alat
untuk mempermudah pertukaran. Fungsi
sebagai alat penukar amat penting,
mengingat pertukaran tanpa uang (barter)
sulit terlaksana, karena terlebih
dahulu harus ada kesamaan keinginan (double
coincidence of want). Semenjak adanya uang, pertukaran dapat dilaksanakan
setiap saat tanpa menunggu adanya
kesamaan kehendak. Barang dapat
langsung ditukar dengan uang dan
uang dapat dibelikan barang. Sebagai alat
tukar, uang memungkinkan seluruh
transaksi dapat dilakukan dengan mudah.
2) Sebagai Alat Satuan Hitung (a unit of account)
Satuan hitung diperlukan untuk
menentukan harga suatu barang. Dengan
uang, nilai suatu barang dapat
diukur dan dibandingkan, misalnya dengan
rupiah orang dapat mengukur nilai
rumah, mobil, dan kemudian membandingkannya.
Orang akan lebih mudah mengerti
apabila dikatakan harga 1 unit
TV Rp 2.000.000,00 daripada harga
1 unit TV dua kali lipat harga tape
recorder.
b. Fungsi Turunan
Di samping memiliki fungsi asli,
uang juga memiliki fungsi turunan, yaitu sebagai
berikut.
1) Alat Pembayaran yang Sah
Pemenuhan kebutuhan manusia yang
semakin beragam tidak mungkin
dilakukan dengan barter, sehingga
untuk mempermudah dalam mendapatkan
barang dan jasa, manusia perlu
alat pembayaran yang diterima semua orang.
2) Sebagai Penimbun Kekayaan
Seseorang dapat menimbun kekayaan
selain dalam bentuk benda, juga dapat
dalam bentuk uang. Oleh karena itu
uang juga berfungsi sebagai alat penimbun
kekayaan. Dalam keadaan ekonomi
normal, orang justru lebih suka menimbun
kekayaan dalam bentuk uang.
Kekayaan dalam bentuk uang lebih luwes
karena dapat segera digunakan
untuk mencukupi kebutuhan lain daripada
dalam bentuk barang. Oleh John
Maynard Keynes kecenderungan ini disebut
sebagai liquidity preference.
3) Sebagai Alat Pemindah Kekayaan
Jika seseorang ingin pindah dari
satu tempat ke tempat lain, ia tidak harus
memindahkan kekayaannya yang
berupa tanah atau rumah, dia cukup menjualnya
dan dalam bentuk uang ia akan
dapat membeli rumah di tempat baru.
4) Standar Pencicilan Uang
Uang dapat berfungsi sebagai
standar untuk melakukan pembayaran di
kemudian hari, pembayaran
berjangka panjang, atau pencicilan utang.
Misalnya: pencicilan kredit di
sebuah bank dilakukan dengan uang.
5) Alat Pendorong Kegiatan Ekonomi
Sebagai alat pendorong kegiatan
ekonomi, uang berfungsi untuk menambah
investasi yang akan meningkatkan
kegiatan ekonomi.
4. Nilai Uang
Nilai uang dapat dilihat dari 2
sudut pandang, yaitu
a. Dilihat dari sudut
pandang bahan pembuatnya
1) Nilai Intrinsik, adalah nilai uang berdasarkan bahan yang dipakai
untuk
membuat uang tersebut.
170 Ekonomi Kelas 10
Contoh untuk membuat uang logam
Rp500,00 diperlukan logam perak seberat
1 gram, jadi Rp500,00 sama dengan
harga 1 gram perak, dengan demikian
Rp500,00 sama dengan 1 gram perak
disebut nilai instrinsik
2) Nilai Nominal,
adalah nilai uang yang tertera pada setiap mata uang.
Contoh pada uang Rp 100.000,00
tertera angka seratus ribu rupiah. Maka
dapat dikatakan nilai nominal uang
tersebut sebesar seratus ribu rupiah.
Ada 2 istilah dalam nilai uang
secara nominal, yaitu :
a) Fiducer money, yaitu uang yang memiliki nilai nominal lebih besar
daripada
nilai intrinsiknya. Contoh semua
jenis uang kertas.
b) Full Bodied money, yaitu uang yang memiliki nilai nominal sama dengan
nilai
intrinsiknya. Contoh semua jenis
mata uang logam.
b. Dilihat dari sudut
pandang penggunaannya
1) Nilai internal, yaitu kemampuan suatu mata uang apabila ditukarkan
dengan
barang. Contoh uang sebesar Rp.
50.000,00 mampu ditukarkan dengan
1 gram emas. Ini berarti daya beli
uang Rp. 50.000,00 sebesar 1 gram emas.
2) Nilai eksternal, yaitu kemampuan uang dalam negeri dibandingkan dengan
mata uang asing atau lebih dikenal
dengan kurs. Contoh uang Rp50.000,00
jika ditukar dengan Dollar Amerika
Serikat akan diperoleh US$ 5 (US$ 1 =
Rp. 10.000,00). Jadi dapat
dikatakan Rp. 50.000,00 mempunyai nilai eksternal
sama dengan dengan 5 Dollar
Amerika Serikat atau dengan kata lain kurs
Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat US$ 1 = Rp. 10.000,00.
Dalam pengertian kurs terdapat
beberapa istilah antara lain :
a) kurs beli,
yaitu kurs yang digunakan Bank/Money Changer untuk membeli
valuta asing. Misalnya jika
seseorang ingin menukar dollar dengan rupiah, maka
yang digunakan adalah kurs beli
karena bank membeli valas (valuta asing).
b) kurs jual,
yaitu kurs yang digunakan Bank/Money Changer untuk menjual
valuta asing. Misalnya jika
seseorang menginginkan rupiahnya ditukar dengan
dollar, maka yang digunakan adalah
kurs jual karena bank menjual valas
(valuta asing) sehingga kurs jual
selalu lebih tinggi daripada kurs beli, jika
tidak maka bank akan mengalami
kerugian dari penjualan valas tersebut.
c) kurs tengah,
yaitu kurs yang didapat dari penjumlahan antara kurs jual dan
kurs beli kemudian dibagi dua.
Tabel 7.1. adalah contoh nilai
tukar/kurs beli dan kurs jual mata uang asing
terhadap rupiah.
Contoh soal :
1. Ny. Oniek mendapat kiriman uang
dari suaminya yang bekerja sebagai sopir di Amerika
Serikat sebesar US$ 10.000, jika
diketahui bahwa kurs jual US$1=Rp10.000,00
sedangkan kurs beli
US$1=Rp9.800,00 berapa rupiah yang akan diterima Ny. Oniek
dari bank jika uang dollar
tersebut ditukar dengan uang rupiah?
Jawab :
Karena Ny. Oniek sebagai pemilik
valas (valuta asing) dan Bank sebagai pihak
Ekonomi Kelas 10 171
yang membeli maka kurs yang
digunakan adalah kurs beli, maka uang yang akan
diperoleh Ny. Oniek sebesar:
=> US$ 1 = Rp. 9.800,00
US$10.000 = Rp. 98.000.000,00
Jadi uang yang akan diperoleh Ny.
Oniek sebesar Rp. 98.000.000,00
2. Tuan Danar dan keluarga hendak
berlibur ke Jepang. Untuk memudahkan transaksi
di sana, dia bermaksud menukarkan
uang yang dimilikinya sebesar Rp. 90.000.000,00
dengan mata uang Yen. Jika
diketahui kurs jual ¥1=Rp. 90,00 sedangkan kurs beli
¥1=Rp87,00 berapa yen uang yang
akan diterima oleh Tuan Danar?
Jawab :
Karena Tuan Danar sebagai pihak
yang akan membeli valas (valuta asing) dan
Bank sebagai pihak yang menjual
maka kurs yang digunakan adalah kurs jual,
maka uang yang akan diterima Tuan
Danar sebesar :
=> ¥1 = Rp 90,00
Rp. 90.000.000,00 = ¥ ...
= Rp. 90.000.000,00
Rp. 90,00
= ¥ 1.000.000
Jadi uang yang akan diterima Tuan
Danar sebesar ¥1.000.000. Perhatikan Tabel
7.1. yang menunjukkan kurs/nilai
tukar rupiah dengan beberapa mata uang asing
berikut ini.
Tabel 7.1 Kurs/Nilai Tukar Rupiah
dan Beberapa Mata Uang Asing
5. Jenis Uang
Uang sebagai alat pembayaran yang
sah dibedakan atas dua macam, yaitu uang
kartal dan uang giral.
a. Uang Kartal
Uang kartal adalah uang yang
dipakai sehari-hari sebagai alat bayar. Bahan
yang dijadikan uang adalah kertas
dan logam, disebut juga sebagai common money
86,27 87,16
12.073,23 12.197,64
US $ / Dollar Amerika
GBP / Poundsterling Inggris
Aust $ / Dollar Australia
Sin $ / Dollar Singapura
MYR / Ringgit Malaysia
HK $ / Dollar Hongkong
Yen Jepang ¥ 1
Euro
9.945,00 10.045,00
17.734,92 17.926,31
7.520,41 7.601,05
5.894,73 5.955,42
2.634,30 2.661,49
1.282,23 1.295,78
MATA UANG KURS BELI (Rp) KURS JUAL
(Rp)
Sumber : www.
Bisnis.co.id, Senin, 31 maret 2006
172 Ekonomi Kelas 10
karena merupakan alat pembayaran
yang sah secara ekonomi maupun hukum.
Uang kartal berlaku sebagai alat
bayar yang sah sampai dengan tidak terbatas.
Adapun uang kartal itu berupa :
1) Uang logam,
yaitu uang yang terbuat dari bahan logam baik emas maupun
perak. Uang logam adalah salah
satu jenis uang yang sudah sejak berabadabad
digunakan oleh masyarakat. Uang
logam yang beredar di Indonesia saat
ini adalah Rp.100,00 ; Rp.200,00 ;
Rp.500 ; Rp.1.000,00
2) Uang kertas,
yaitu jenis uang yang terbuat dari bahan kertas. Uang ini
biasanya mempunyai nilai nominal
yang lebih besar dari nilai intrinsiknya.
Uang kertas sering disebut juga
uang kepercayaan (fiducer money). Masyarakat
percaya karena uang kertas dijamin
undang-undang sebagai alat pembayaran
yang sah. Pada era modern ini
orang cenderung menyukai uang kertas daripada
uang logam, karena uang kertas
mempunyai beberapa kelebihan dibanding
dengan uang logam, antara lain
sebagai berikut.
a) Biaya pembuatannya lebih murah
sehingga terjadi penghematan.
b) Pengiriman uang dalam jumlah
besar lebih mudah.
c) Persediaan uang menjadi
elastis, yaitu peredaran uang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
Saat ini uang kertas yang beredar,
antara lain uang kertas Rp.1.000,00; Rp.5.000,00 ;
Rp.10.000,00 ; Rp.20.000,00 ;
Rp.50.000,00 dan Rp.100.000,00 sedangkan untuk
uang kertas Rp.100,00 dan
Rp.500,00 sedikit ditarik dari peredaran.
b. Uang Giral
Uang giral disebut juga bank deposit money, merupakan uang yang hanya sah
secara ekonomi, tetapi tidak
secara hukum. Uang giral bukan merupakan alat
pembayaran yang sah, artinya orang
tidak dapat dituntut jika tidak bersedia
menerimanya sebagai alat
pembayaran. Uang giral dapat didefinisikan sebagai
simpanan seseorang atau badan
usaha pada suatu bank yang dapat diambil dengan
cek atau dipindahbukukan dengan
giro bilyet sewaktu-waktu. Uang giral terjadi
jika seseorang menitipkan uang
kartal dan pihak bank membukukan setoran uang
tersebut dalam rekening atas nama
penyimpan, atau jika seseorang mengajukan
pinjaman/kredit tetapi pinjaman
tersebut tidak langsung diambil melainkan
disimpan dalam rekening.
Pembayaran uang dengan giral dapat dilakukan dengan
mengeluarkan cek dan atau giro.
Cek adalah surat perintah tertulis dari orang
yang memiliki tabungan/deposito di
bank. Sedangkan giro adalah simpanan pada
bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek.
c. Permintaan dan
Penawaran Uang
Penawaran dan permintaan uang
terjadi sehubungan dengan peredaran uang
dalam kegiatan/transaksi ekonomi
antara kelompok kreditor atau pihak yang
menawarkan uang dan pihak debitor
atau pihak yang mencari/membutuhkan
dana. Bila diperhatikan ada 3
pelaku yang berperan dalam memengaruhi peredaran
uang dalam masyarakat, yaitu :
Ekonomi Kelas 10 173
1) Otoritas Moneter
Dalam hal ini bank sentral/Bank
Indonesia sebagai sumber penawar (supply)
uang kartal karena kewenangan
penyedia uang ada pada Bank Indonesia, maka
Bank Indonesia merupakan sumber
atau awal perjalanan peredaran uang.
2) Lembaga Keuangan
Lembaga Keuangan, baik bank maupun
bukan bank juga disebut sebagai
penawar karena mereka juga
menggunakan dana yang bersumber dari cadangan
bank untuk menawarkan
produk-produk perbankan, baik dalam bentuk uang
giral, deposito berjangka,
simpanan tabungan, dan lain-lain.
3) Masyarakat (rumah tangga dan
perusahaan)
Masyarakat rumah tangga, baik
perseorangan maupun perusahaan adalah
pihak yang membutuhkan dan
pengguna uang yang ditawarkan oleh Lembaga
Keuangan.
6. Teori Permintaan dan Penawaran Uang
Pada hakekatnya besarnya uang yang
beredar dipengaruhi oleh tarik-menarik
antara permintaan dan penawaran
dari para ke-3 pelaku ekonomi di atas. Dalam
membahas permintaan dan penawaran
uang ada 2 teori :
a. Teori Klasik
Fokus dari teori klasik adalah
hubungan antara penawaran dan permintaan
dan pada umumnya menjelaskan uang
dari sudut pandang kuantitas, maka teori
klasik sering disebut juga teori
kuantitas (Quantity Theory of Money). Ada beberapa
pandangan dalam teori klasik :
1) Teori Kuantitas dari
Ricardo
David Ricardo adalah orang pertama yang mengemukakan bahwa kuat
atau lemahnya nilai uang sangat
tergantung pada jumlah uang yang beredar.
Apabila jumlah uang berubah
menjadi dua kali lipat maka nilai uang akan
menurun menjadi setengah dari
semula. Sebaliknya, apabila jumlah uang
berkurang hingga setengah maka
nilai uang akan naik menjadi dua kali lipat.
Hal ini terjadi karena jika jumlah
uang naik menjadi dua kali lipat, otomatis
nilai uang akan menurun menjadi
setengahnya. Teori ini dituliskan dengan
rumus sebagai berikut.
Untuk lebih jelasnya perhatikan grafik berikut ini.
Grafik hubungan antara tingkat harga dan jumlah uang yang beredar
Penjelasan:
Jumlah uang yang beredar semula sebesar 0M1 dan tingkat harga tertinggi
0P1. Jika jumlah (kuantitas) uang naik dua kali lipat (0M2) maka harga naik
sebesar dua kali (0P2), sehingga nilai uang turun tinggal setengahnya. Teori
kuantitas yang dikemukakan Ricardo tersebut sangat sederhana karena tidak
memerhatikan faktor yang memengaruhi nilai uang seperti :
a) jumlah uang yang beredar,
b) kecepatan peredaran uang yang berhubungan dengan jumlah permintaan
uang,
c) jumlah barang dan jasa yang diperdagangkan.
2) Teori Kuantitas dari Irving Fisher
Teori kuantitas yang dikemukakan oleh Ricardo berusaha disempurnakan
oleh Irving Fisher dengan memasukkan variabel yang memengaruhi nilai
uang, yaitu kecepatan peredaran uang, barang, dan jasa yang diperdagangkan.
Teori dari Irving Fisher ini juga disebut the transaction equation of exchange atau
Persamaan Pertukaran, dengan rumus matematisnya :
Dari rumus tersebut kita juga dapat mencari tingkat harga dan nilai uang,
tingkat harga sama dengan jumlah uang yang beredar dikalikan kecepatan
perputarannya dibagi jumlah barang yang diperdagangkan, atau dirumuskan:
Rumus di atas dapat dipakai untuk menentukan tingkat harga (P)
" Jika M naik, sedangkan V dan T tetap maka P akan naik ;
" Jika V naik, sedangkan M dan T tetap maka P akan naik ;
" Jika T naik, sedang M dan V tetap maka P akan turun.
Kelemahan teori dari Irving Fisher di atas adalah bahwa dalam kenyataannya
harga (P) tidak selalu dalam posisi yang pasif, tetapi terkadang P dapat
memengaruhi kecepatan peredaran uang, misalnya dengan turunnya harga
suatu produk, maka akan terjadi permintaan barang yang berlebih sehingga
akan berpengaruh pada kecepatan peredaran uang.
Contoh soal :
1. Pada suatu kegiatan perekonomian terjadi transaksi sebesar
Rp.50.000.000,00. Jika jumlah uang yang beredar Rp. 5.000.000,00
berapa kecepatan peredaran uang?
Jawab :
MV= PT, maka
V = PT
M
= 50.000.000,00
5.000.000,00
= 10 kali
2. Dalam suatu transaksi perekonomian dengan tingkat harga sebesar
Rp.1.000.000,00 barang yang terjual sebanyak 100 unit, diketahui bahwa
kecepatan peredaran uang sebanyak 10 kali, tentukan uang yang beredar
dalam transaksi tersebut!
Jawab :
Diketahui P = 1.000.000 ; T = 100 unit ; V = 10 kali
ditanyakan M = ?
MV= PT, maka
M = PT
V
= 1.000.000 x 100
10
= Rp. 10.000.000,-
Jadi uang yang beredar dalam perekonomian tersebut Rp. 10.000.000,00
3) Teori Kuantitas dari AC. Pigou
A.C. Pigou seorang guru besar Universitas Cambridge mengemukakan teori
yang agak berbeda dengan yang dikemukakan Ricardo maupun Fisher yang
terfokus pada jumlah uang dan harga, A.C. Pigou lebih menitikberatkan pada
hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional yang diwujudkan
dalam uang kas. Ada 2 versi persamaan dalam teori yang dikemukakan A.C.
Pigou yaitu versi saldo kas dan versi pendapatan.
Persamaan Versi Saldo Kas (Cash Balance Version):
di mana : M = k (PT)
M = jumlah uang (quatity of money)
P = tingkat harga (Price)
T = jumlah transaksi
k = konstanta
Contoh soal :
Dalam perekonomian, nilai transaksi keseluruhan berjumlah
Rp.200.000.000,00 sedangkan jumlah uang yang beredar Rp. 4.000.000,00
tentukan konstansta (k) dan kecepatan peredaran uang (V).
Jawab :
M = k(PT), maka
k = M/PT
= 4.000.000/200.000.000
= 0,02
untuk menghitung V digunakan rumus dari Irving Fisher :
V = PT
M
= 200.000.000/4.000.000
= 50
jadi kecepatan peredaran uang (V) adalah 50 kali
Persamaan Versi Pendapatan (Income Version) :
M = k (PY)
di mana :
M = jumlah uang (quatity of money)
P = tingkat harga (Price)
Y = pendapatan nasional
k = konstanta
Contoh soal :
Bila jumlah uang yang beredar Rp. 8.000.000,00 pendapatan riil yang dicapai
perekonomian sebesar Rp. 40.000.000,00 dan k=0,2. Mengapa harga
meningkat menjadi 2 kali lipat jika peredaran uang ditambah menjadi
Rp.16.000.000,00?
Jawab :
M = k (PY)
8.000.000 = 0,2 ( P x 40.000.000)
= 8.000.000 x P
P = 8.000.000/8.000.000
= 1
Jika M ditambah menjadi Rp. 16.000.000 maka
P => Rp. 16.000.000 = 0,2 (P x Rp40.000.000)
= 8.000.000 P
P = 16.000.000/8.000.000
P = 2
Jadi jelas bahwa dengan adanya penambahan uang yang beredar maka harga
akan naik.
Dari beberapa teori kuantitas di atas, mengandung persamaan yang membedakan
teori kuantitas klasik dengan teori lainnya. Thomas Humprey menunjukkan
bahwa ada lima ciri/postulat yang membedakan teori kuantitas dengan
teori lain yaitu :
1) Postulat proporsionalitas antara M (yaitu jumlah uang yang beredar dengan
P (yaitu tingkat harga).
2) Postulat peranan aktif dari M dalam mekanisme transmisi moneter.
3) Postulat kenetralan uang, yaitu terpisahnya sektor riil dengan sektor
moneter.
4) Postulat teori moneter tingkat harga, maksudnya bahwa penyebab utama.
perubahan tingkat harga ialah gejala-gejala yang terjadi dalam sektor
moneter.
5) postulat eksogenitas jumlah uang yang beredar dalam arti M diasumsikan
merupakan variabel yang eksogen.
Dalam sejarah perkembangannya pernah kepopuleran teori kuantitas uang
menurun dengan sangat drastis karena munculnya buku John Maynard
Keynes yang berjudul The General Theory of Employment, Interest dan Money.
b. Teori Keynes
Seseorang dapat menimbun kekayaan selain dalam bentuk benda juga dapat
dalam bentuk uang. Oleh karena itu uang juga berfungsi sebagai alat penimbun
kekayaan. Dalam keadaan ekonomi normal orang justru lebih suka menimbun
kekayaan dalam bentuk uang. Hal ini disebabkan kekayaan dalam bentuk uang
lebih luwes karena dapat segera digunakan untuk mencukupi kebutuhan lain
daripada dalam bentuk barang. Oleh John Maynard Keynes kecenderungan ini
disebut sebagai liquidity preference. Menurut Keynes ada 3 alasan/motif mengapa
tiap rumah tangga dalam sektor perekonomian memegang atau menyimpan uang
tunai.
1) Alasan transaksi
Bahwa kecenderungan untuk menyimpan uang dengan alasan untuk
membiayai transaksi kebutuhan sehari-hari, karena dengan tersedianya uang
tunai segala kebutuhan dan keperluan usaha dapat dipenuhi dengan cepat.
Menurut Keynes semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula
keperluan untuk transaksi. Lebih jelasnya perhatikan grafik berikut ini.
Keterangan :
M = uang tunai
LT = permintaan uang tunai
Misalnya pendapatan suatu rumah tangga dalam semingu Rp1.600.000 yang
diterima setiap Sabtu sore. Bagaimanakah keadaan saldo kas (cash balance) ratarata?
Jawabnya adalah Rp800.000,00. Jumlah ini berasal dari penjumlahan saldo
yang terbesar (Rp1.600.000,00) dengan saldo terendah (Rp.0) dibagi 2. Jika saldo
tunai Rp1.600.000,00 dibelanjakan habis dalam seminggu, maka Sabtu sore
sebelum menerima pendapatan yang baru, uang lama sudah habis. Dan bila
telah menerima pendapatan lagi, uang kas kembali menjadi Rp1.600.000,00 dan
akan habis lagi seminggu kemudian, dan demikian seterusnya.
Tetapi bagaimana jika dalam rumah tangga tersebut ada kenaikan pendapatan
misalnya menjadi Rp1.620.000,00. Sesuai dengan teori perubahan pendapatan
tersebut akan memengaruhi pola saldo kas tunai untuk transaksi. Hubungan
yang terjadi antara permintaan uang untuk tujuan transaksi dengan besar
kecilnya tingkat pendapatan akan terlihat seperti gambar berikut.
Keterangan :
Pada waktu pendapatan Rp1.600.000,00 per minggu, berarti permintaan uang
tunai untuk transaksi rumah tangga ini dalam setahun sebesar 52 minggu x
Rp1.600.000,00 = Rp83.200.000,00. Bila terjadi peningkatan pendapatan
maka kebutuhan transaksi satu tahun juga akan meningkat. Seperti pada
grafik di atas jika ada kenaikan pendapatan menjadi Rp1.620.000,00 maka
dalam setahun permintaan uang tunai untuk bertransaksi dalam keluarga ini
menjadi 52 minggu x Rp1.620.000,00 = Rp84.240.000,00.
Bila penjumlahan uang rumah tangga dilakukan dalam perekonomian maka
akan diperoleh kurva permintaan agregat untuk tujuan transaksi akan
mempunyai bentuk yang sama yaitu dengan meningkatnya pendapatan
nasional maka jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk maksud
transaksi juga akan meningkat. Perhatikan kurva di bawah ini!
Oleh Keynes hubungan antara permintaan agregat dengan pendapatan
nasional dirumuskan:
LT = KY
Di mana:
LT = permintaan uang untuk transaksi
K = proporsi untuk transaksi dari pendapatan
Y = pendapatan nasional
Contoh soal:
Diketahui bahwa pendapatan nasional dalam suatu perekonomian
Rp100.000.000,00. Jika 25 % dari pendapatan nasional tersebut digunakan
untuk keperluan transaksi, berapa permintaan uang yang dibutuhkan
masyarakat untuk bertransaksi?
Jawab:
LT = KY
= 25% x Rp100.000.000,00
= Rp25.000.000,00
2) Alasan berjaga-jaga
Alasan kedua yang mendorong seseorang menyimpan sebagian dari
kekayaannya dalam bentuk uang tunai adalah motif berjaga-jaga (precautionary
motive). Menurut kenyataan, dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Banyak
pengeluaran yang harus kita lakukan tanpa kita ketahui sebelumnya. Sakit
misalnya, pada umumnya tidak dapat diramalkan, sehingga pengeluaran untuk
berobat tidak dapat direncanakan. Contoh lain misalnya jika kita bepergian
atau rekreasi, hampir senantiasa dengan sengaja jumlah uang yang kita bawa
lebih banyak daripada jumlah pengeluaran yang kita rencanakan dalam
perjalanan. Adapun alasan yang sering kita pakai adalah "untuk berjaga-jaga".
Selanjutnya besar kecilnya uang yang kita bawa untuk berjaga-jaga
tersebut umumnya ditentukan seberapa besar pengeluaran/transaksi yang
mungkin akan kita lakukan. Hal ini berarti pula bahwa besar kecilnya jumlah
uang yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk maksud berjaga-jaga dapat
dihubungkan dengan besar kecilnya pendapatan nasional seperti halnya dengan
kebutuhan masyarakat akan uang untuk keperluan transaksi. Karena itu
permintaan uang untuk alasan berjaga-jaga ini oleh para pemikir ekonomi
sering dijadikan satu dengan kebutuhan uang untuk maksud transaksi.
Gabungan dari permintaan uang untuk transaksi dan untuk alasan berjagajaga
ini disebut permintaan uang L1. Oleh Keynes hubungan keduanya
dirumuskan sebagai berikut.
L1 = LT + LJ
Ekonomi Kelas 10 181
Contoh soal :
Diketahui bahwa pendapatan nasional dalam suatu perekonomian
Rp100.000.000,00 jika 25 % dan 15% dari pendapatan nasional tersebut
masing-masing digunakan untuk keperluan transaksi dan untuk berjaga-jaga,
berapa permintaan uang yang dibutuhkan masyarakat untuk bertransaksi?
Jawab :
Diketahui, Y = Rp100.000.000,00
LT = 25% Y
LJ = 15% Y
Maka L1 = (25% + 15 %) Rp100.000.000,00
= 0,04 x Rp100.000.000,00
= Rp40.000.000,00
Jadi permintaan uang untuk keperluan transaksi dan untuk alasan berjagajaga
Rp40.000.000,00
Untuk lebih jelasnya, Gambar 7.6. disajikan untuk menerangkan hubungan
antara permintaan uang untuk alasan transaksi dan alasan berjaga-jaga.
Keterangan :
Dari gambar di atas dapat diterangkan bahwa besar permintaan uang untuk
berjaga-jaga (L1) sebesar 0,40y yang diperoleh dari jumlah permintaan uang
untuk transaksi (LT) sebesar 0,25y dan jumlah permintaan uang untuk berjagajaga
(LJ) sebesar 0,15y.
3) Alasan spekulasi
Menurut pendapat J.M. Keynes, uang tunai di samping mempunyai
manfaat untuk memperlancar transaksi dan untuk berjaga-jaga dapat juga
untuk maksud spekulasi. Spekulasi artinya mencari keuntungan sesaat, suatu
contoh misalnya seorang pedagang kelontong membeli buku tulis dengan
jumlah yang banyak pada saat harga buku sedang murah karena ia tahu pada
182 Ekonomi Kelas 10
awal tahun pelajaran baru, harga buku akan mengalami kenaikan dan
permintaan akan naik. Sehingga ketika ia menjual pada saat awal tahun
pelajaran ia akan mendapat untung yang berlipat. Untuk menjalankan
spekulasi ini tentu dibutuhkan dana atau uang tunai yang biasanya lebih
banyak karena para spekulan ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat.
Gambar 7.7 di bawah ini menggambarkan jumlah uang yang dibutuhkan untuk
spekulasi yang diukur dengan sumbu horisontal, sedangkan sumbu vertikal
untuk mengukur tingkat suku bunga di pasar, suku bunga di pasar berpengaruh
secara langsung pada permintaan uang.
Hubungan permintaan uang untuk spekulasi dengan tingkat suku bunga
Keterangan:
Pada saat tingkat suku bunga L0 jumlah permintaan uang untuk spekulasi
sebesar L2A, tetapi pada saat suku bunga turun menjadi L1 maka jumlah
permintaan uang untuk keperluan spekulasi akan naik menjadi L2B
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa besarnya permintaan
uang spekulasi berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga, artinya jika
suku bunga turun permintaan uang untuk spekulasi naik, tetapi jika suku
bunga naik maka permintaan uang untuk spekulasi turun.
c. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Uang dalam Masyakarat
Telah diuraikan di atas menurut JM. Keynes ada 3 alasan yang memengaruhi
kebutuhan masyarakat akan uang yaitu :
1) Alasan Transaksi (Transaction Motive)
2) Alasan Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
3) Alasan Spekulasi (Spekulative Motive)
Sementara itu menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus
ada 2 (dua) hal yang memengaruhi kebutuhan uang dalam masyarakat yaitu:
Interest bunga
Ekonomi Kelas 10 183
1) Motif transaksi
Dalam setiap rumah tangga, perekonomian memerlukan uang untuk
kebutuhan transaksi, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar
biaya produksi, dan lain-lain.
2) Permintaan uang untuk aktiva
Saat ini masyarakat cenderung menyimpan kekayaan dalam bentuk uang,
baik dalam bentuk tabungan, deposito, maupun asuransi.
d. Faktor yang Memengaruhi Jumlah Uang yang Beredar dalam Masyarakat
1) Harga Barang
Perubahan harga barang dapat memengaruhi jumlah uang yang beredar. Suatu
contoh : Harga minyak goreng dari Rp8400,00 per liter jika permintaan
10 liter maka uang yang beredar Rp84.000,00, ketika harga minyak goreng
naik menjadi Rp9.500,00 maka uang yang beredar akan lebih banyak yaitu
sebesar Rp95.000,00. Demikian pula jika harga turun maka uang yang beredar
pun akan menjadi lebih sedikit.
2) Permintaan Barang
Permintaan Barang juga dapat memengaruhi jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Contohnya ialah harga beras Rp4.000,00 per kilogram, jika
permintaan 10 kilogram maka uang yang beredar sebesar Rp40.000,00. Akan
tetapi ketika permintaan naik menjadi 20 kilogram maka uang yang beredar
otomatis akan naik menjadi Rp80.000,00. Jadi jelas bahwa dengan naiknya
permintaan, jumlah uang yang beredar juga akan bertambah.
3) Tingkat Suku Bunga
Suku bunga juga dapat memengaruhi uang yang beredar dalam masyarakat.
Karena jika suku bunga turun maka masyarakat akan cenderung mengajukan
kredit pada lembaga keuangan sehingga uang yang beredar dalam masyakarat
akan bertambah, demikian pula jika suku bunga tinggi maka masyarakat akan
berlomba-lomba menabung sehingga uang yang beredar akan berkurang
akibat tingginya animo masyarakat untuk menabung.
4) Struktur Perekonomian Negara
Dalam masyarakat industri, perputaran uang akan lebih cepat karena dalam suatu
proses produksi membutuhkan waktu yang lebih cepat daripada pada masyarakat
agraris. Masyarakat agraris harus menunggu waktu yang lebih lama untuk memanen
hasilnya, sehingga uang yang beredar akan cenderung lebih lama.
5) Lingkungan
Lingkungan juga dapat memengaruhi jumlah uang yang beredar.
Di lingkungan perkotaan jumlah uang yang dibutuhkan akan lebih banyak,
karena dapat dikatakan di lingkungan perkotaan semuanya serba membeli.
Berbeda dengan masyarakat di pedesaan yang umumnya kebutuhan dapat
dicukupi sendiri, misalnya jika membutuhkan sayuran tidak harus membeli,
tetapi tinggal memetik di ladang/sawah. Sehingga tingkat peredaran uang di
desa relatif lebih lambat daripada di perkotaan.
184 Ekonomi Kelas 10
f) Pendapatan.
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dalam waktu
tertentu. Jika pendapatan naik maka uang yang dibelanjakan juga akan semakin
meningkat. Hal ini tentu saja juga akan meningkatkan peredaran uang dalam
masyarakat