bahasa Indonesia kelas X
kurikulum 2013
Tahukah kalian, apa yang dimaksud
cerita rakyat? Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dan
dianggap sebagai karya kolektif (milik bersama) masyarakat daerah itu. Pasti
kalian pernah mendengar cerita Malin
Kundang, Si Pahit Lidah, Roro Jonggrang, Jaka
Tarub, semua cerita itu termasuk dalam cerita rakyat.
Banyak manfaat yang akan kalian
dapatkan dengan mendengarkan cerita rakyat. Salah satunya, kalian akan
memperoleh pengalaman berharga dari
cerita tersebut, melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya. Di dalam
cerita rakyat terkandung pesan moral yang berguna bagi pembacanya. Pesan
(amanat) dalam cerita kadang diungkapkan secara langsung, tetapi terkadang
diungkapkan secara tidak langsung melalui tingkah laku tokohtokohnya.
Ketika kalian belajar di jenjang
SMP, kalian telah belajar tentang macam-macam tokoh. Kalian masih ingat,
bukan? Tokoh dalam cerita rakyat
memiliki karakter sendiri-sendiri. Ada tokoh baik (protagonis); ada tokoh jahat
(antagonis), dan ada juga tokoh yang memiliki sebagian sifat baik dan jahat
(tritagonis). Di dalam cerita, watak tokoh-tokoh tersebut ada yang dijelaskan secara langsung, ada juga yang
dijelaskan secara tidak langsung. Secara tidak langsung, watak tokoh dalam
cerita dapat diketahui melalui dialog antartokoh tersebut.
Apakah kalian suka membaca cerita?
Membaca cerita adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Kalian akan memperoleh
pengalaman dari tokoh-tokoh cerita. Ada tokoh yang baik, jujur, ada pula tokoh
jahat, yang malas, sombong, dan serakah.
Mari kita membaca cerita berikut! Perhatikan
watak tokoh-tokoh pada cerita tersebut!
Balingkang
Delapan abad yang lalu, tersebutlah sebuah daerah hutan yang
luas. Wilayahnya membentang dari pantai Utara Bali hingga Pegunungan Kintamani.
Penduduknya yang hidup bertani tinggal berjauhan satu sama lainnya. Mereka
hidup dalam kelompokkelompok kecil. Sering terjadi pertengkaran dan perebutan
lahan di antara mereka. Hal itu terjadi karena mereka tidak mempunyai pemimpin
yang sanggup menegakkan keadilan.
Pada suatu hari, sekelompok orang menghadap Ida Batara di
Jambudwipa. Mereka mohon agar diberikan seorang pemimpin berwibawa. Diangkatlah
Ali Jayapangus, putra Batara Jambudwipa. Bersama rakyatnya, ia membangun sebuah
kerajaan yang diberi nama
Kerajaan Panerajon. Atas petunjuk
Mpu Siwagandu, penasihat raja, Raja Ali
Jayapangus membangun kerajaan sesuai dengan ajaran agama dan undang-undang pemerintahan.
Dalam waktu singkat, rakyat
sudah dapat menikmati kehidupan yang aman sejahtera, rukun, dan penuh
persaudaraan. Tak seorang pun yang berani menentang rajanya yang berwibawa dan
menjadi suri teladan itu.
Pada suatu musim angin
pancaroba, sebuah perahu merapat di pantai. Penumpangnya adalah seorang
saudagar Cina bernama Subandar dan seorang anak perempuannya, Kang Cing We.
Putri yang cantik itu sangat menarik perhatian penduduk. Akhirnya, berita putri
Cina yang cantik itu terdengar pula sampai ke istana.
Raja Jayapangus pun memanggil
Subandar agar datang ke istana bersama putrinya. Rupanya, pertemuan itu telah
membuat hati Raja Jayapangus terpesona.
Raja Jayapangus pun menemui
penasihat kerajaan, Mpu Siwagandu. Raja mengutarakan niatnya untuk menikahi
Putri Kang Cing We.
”Apa?” Mpu Siwagandu terkejut mendengar penuturan Raja
Jayapangus.
”Pikirkan kembali niatmu itu, Raja!” katanya menasihati.
Akan tetapi, niat Raja Jayapangus sudah bulat.
Mpu Siwagandu menyesalkan
mengapa perkenalan sepasang muda mudi itu cepat benar menjadi jalinan cinta.
Sangat berat akibatnya kalau hubungan itu menjadi pernikahan. Oleh karena itu,
penasihat raja itu berusaha mencegahnya, lalu katanya, ”Ini pertanda buruk,
Tuanku!”
Mpu Siwagandu menahan marah. Ia lalu bersemadi di suatu
tempat yang sepi.
Tak lama berselang, dua sejoli
itu menikah. Sebagai tanda ikatan tali kasih, ayah Kang Cing We membekali
putrinya dua keping pis bolong (uang
kepeng Cina).
Pernikahan yang bersejarah itu
bukan saja membahagiakan kedua mempelai, melainkan juga keluarga istana. Hampir
setiap malam mereka mempersembahkan pertunjukan kesenian di halaman istana.
Di tengah-tengah kemeriahan
pesta pernikahan itu, tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat. Tumpahan air
dari langit itu tak henti-hentinya, ditambah lagi dengan tiupan badai dari
segala penjuru. Raja, permaisuri, dan keluarga istana berhamburan menyelamatkan
diri. Rakyat yang tinggal di sekitar istana pun mengungsi entah ke mana.
Raja Jayapangus tidak mau
membatalkan pernikahannya dengan putri Cina yang dicintainya itu. Kerajaan
Panerajon harus tetap berdiri. Oleh karena itu, Raja
Pelatihan
2
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Jayapangus mengajak rakyatnya yang
masih setia mendirikan pusat kerajaan yang baru. Dipilihnya hutan Jong Les yang
terletak di sebelah Barat Laut Gunung Batur. Pusat kerajaan yang baru itu
diberi nama Balingkang, berasal dari kata bali
dan kang. Nama itu merupakan kenangan
abadi pernikahan antara seorang putra Bali dengan putri Cina, Kang Cing We.
Sumber: Balingkang
dengan penyederhanaan, hlm. 1–6
Kalian telah membaca sebuah
cerita rakyat dari Bali, yang berjudul
Balingkang. Banyak orang yang memercayai bahwa cerita tersebut benar-benar
terjadi. Bagaimana pendapat kalian sendiri? Apakah kalian juga percaya bahwa
peristiwa pada cerita rakyat tersebut benar-benar terjadi?
Untuk mengetahui pendapat teman-teman
kalian, cobalah kalian lakukan diskusi kelas! Dalam diskusi tersebut, cobalah
kalian bahas hal-hal berikut!
1.
Di dalam cerita di atas kalian dapat menemukan
nilai-nilai adat atau tradisi. Untuk mengetahui nilai tradisi atau adat dalam
cerita rakyat tersebut, silakan kalian perhatikan penggalan cerita ini!
Tak
lama berselang, dua sejoli itu menikah. Sebagai tanda ikatan tali kasih, ayah
Kang Cing We membekali putrinya, dua keping pis
bolong (uang kepeng Cina).
Di dalam adat Cina, jika seorang
anak gadis menikah, orang tua akan memberikan uang. Uang itu dianggap sebagai
modal hidup bagi si anak untuk menjalani kehidupan bersama sang suami.
a.
Adakah nilai-nilai lain yang kalian temukan di dalam
cerita rakyat tersebut? Misalnya:
1)
nilai sejarah ....
2)
nilai budaya ....
b. Di
dalam kehidupan sehari-hari saat ini, dapatkah kalian menemukan nilai-nilai di
atas?
Menurutmu, masih
mungkinkah nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan modern?
2. Ada
pesan yang dapat kalian ambil dari cerita ”Balingkang”. Pesan itu adalah
perbedaan budaya atau adat istiadat tidak harus dipertentangkan karena
perbedaan itu merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri.
Apakah kalian dapat menyebutkan pesan
lainnya? Silakan kalian diskusikan bersama teman-temanmu!