Sejarah Lagu Indonesia Raya

Tags

Sejarah lagu indonesia raya tak akan pernah lekang oleh rakyat Indonesia. Lagu ini mempunyai sejarah yang menarik mari kita simak.


       Wage Rudolf Supratman lahir di Jatinegara, Jakarta, pada tanggal 9 Maret 1903 dan wafat pada tanggal 17 Agustus 1938. Lagu Indonesia Raya yang diciptakannya merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
       Lagu ini diciptakan saat Kongres Pemuda Indonesia Pertama di Gedung Langen Siswa yang saat ini dinamakan Gedung Sumpah Pemuda. Wage Rudolf Supratman tidak bermaksud untuk cepat-cepat mengumumkan lagu ciptaannya. Mungkin karena ia berpendapat bahwa lagu ciptaannya itu belum saatnya untuk diumumkan. Oleh karenanya, naskah lagu Indonesia ciptaannya itu, disimpan saja.


Pada Kongres Pemuda Indonesia Kedua, WR. Supratman berkeinginan untuk memperdengarkan Lagu Indonesia. Keinginannya tersebut memperoleh persetujuan dari Sugondo Joyopuspito selaku Ketua Panitia Kongres Pemuda Indonesia Kedua. Beliau meperdengarkannya hanya dengan memainkan irama biola, beliau tidak menyanyikan liriknya karena saat itu hadir pembesar Belanda yaitu Van der Plas dan Gobee. Dikhawatirkan, kalimat “Untuk Indonesia Raya”, akan menimbulkan kegaduhan yang  mengakibatkan penghentian acara pengumuman hasil  Kongres Pemuda Indonesia Kedua.
Sebelum W.R.Supratman mengumandangkan lagu “Indonesia” dalam  sidang Kongres Pemuda Indonesia Kedua, lagu tersebut sudah dinyanyikan oleh para pandu Indonesia di Jakarta. Para wartawan Indonesia pun menyiarkan naskah lagu Indonesia ke seluruh nusantara dengan memuatnya dalam surat kabar dan majalah.


Dengan penyebaran lagu Indonesia tersebut W.R Supratman menjadi semakin dikenal oleh banyak tokoh kebangsaan, sehingga timbullah gagasan untuk mengubah judul lagu “Indonesia” menjadi “Indonesia Raya”, akan tetapi isi syair lagu tidak dirubahnya.
Pada tahun 1929 suatu pergerakan kebangsaan mengumumkan bahwa “Indonesia Raya” diakui sebagai Lagu Kebangsaan Indonesia. Pengakuan tersebut membuat W.R Supratman terharu, maka ia segera menerbitkan sendiri naskah lagu “Indonesia Raya”, dibawah judul lagu tersebut ditulis Lagu Kebangsaan Indonesia.


Lagu tersebut menimbulkan semangat yang menggelora bagi masyarakat Indonesia, namun Gubernur Jenderal Hindia Belanda melarang masyarakat  menyanyikan maupun mendengarkan lagu tersebut, karena merasa bahwa lagu “Indonesia Raya” memiliki peranan besar dalam menumbuhkan persatuan dan rasa kebangsaan. Larangan tersebut membuat masyarakat Indonesia marah dan membuat Pemerintah Kolonial menjadi khawatir terhadap akibat buruk yang ditimbulkan oleh larangan itu. Maka Gubernur Jenderal Hindia Belanda membuat pengumuman baru, yaitu diumumkan bahwa lagu “Indonesia Raya” boleh diperdengarkan dengan ketentuan yang wajib ditaat. Lagu “Indonesia Raya hanya boleh didengarkan dan dinyanyikan sebagai sebuah lagu biasa, bukan sebagai Lagu Kebangsaan serta hanya boleh dinyanyikan dan didengarkan pada ruang tertutup. Namun larangan tersebut sama sekali tidak diindahkan oleh masyarakat Indonesia.



Pada tahun 1938 W.R Supratman menciptakan lagu yang berjudul “Matahari Terbit”, lagu tersebut dinyanyikan oleh para pandu Indonesia. Pada tanggal 7 Agustus 1938 W.R Supratman ditangkap oleh Polisi Hindia Belanda dengan dakwaan lagu “Matahari Terbit” dimaksudkan untuk menyanjung Jepang karena Jepang dikenal sebagai negeri matahari terbit. Dakwaan polisi itu ditangkis oleh W.R Supratman yang mengatakan bahwa lagu “Matahri Terbit” itu ditujukan untuk menggugah semangat putra-putri Indonesia untuk mencintai negerinya. Tangkisan itu meruntuhkan dakwaan polisi, sehingga W.R Supratman dibebaskan. Namun selang beberapa hari setelah dibebaskan, justru W.R Supratman jatuh sakit. Pada tanggal 17 Agustus 1938 W.R Supratman wafat dengan tenang di Surabaya.




Adapun setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Lagu Kebangsaan Indonesia pada tanggal 26 Juni 1958 yaitu Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1958. Peraturan itu berlaku sampai saat ini, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya harus dinyanyikan dengan sendi suara 4/4.

Artikel Terkait