tata ruang untuk mengatasi kebisingan di ruang kelas

Tags

Memahami pidato dalam lingkungan yang bising adalah sulit bagi seseorang siswa, tetapi bagi siswa yang memiliki masalah pendengaran proses ini adalah lebih sulit dan menantang. Seseorang siswa membutuhkan akses ke diucapkan bagi perkembangan keterampilan mendengar, bahasa dan pembelajaran mereka.

Faktor-faktor seperti kebisingan lingkungan, jarak antara penutur dan pendengar, reverberasi atau gema adalah antara hambatan yang dapat mengurangi efektivitas siswa menerima informasi lisan dan bahasa yang penting terutama dalam konteks kelas. Oleh itu, untuk menyediakan lingkungan kelas yang optimal dan efektif kepada siswa berkeperluan khusus ini, kita terlebih dahulu harus memahami faktor-faktor seperti kebisingan, jarak dan reverberasi dan dampaknya terhadap penerimaan suara kepada siswa. Ini karena, meskipun dewasa kini ada berbagai alat pendengar (ABP) dan alat amplifikasi yang modern dan canggih di pasar yang dapat meningkatkan kualitas, audibiliti dan kejelasan signal bicara, alat-alat ini juga memiliki limitasi untuk mencegah semua rintangan ini dalam proses pemahaman bicara.

Kebisingan

Kebisingan lingkungan merupakan faktor yang terlibat dalam hampir mayoritas lingkungan mendengar termasuk kelas. Bagi siswa berkeperluan khusus yang memakai alat amplifikasi seperti alat pendengar (ABP), ABP tidak hanya memberikan amplifikasi pada suara pembicara bahkan suara-suara di lingkungan. Perbandingan antara bunyi ucapan dan tingkat kebisingan mengacu pada 'signal to noise ratio (SNR)'. SNR mewakili perbedaan kekuatan antara signal utama (misalnya: suara guru) dan kebisingan lingkungan.

SNR = Signal Utama: Kebisingan Lingkungan

Semua anak membutuhkan lingkungan yang lebih tenang dibandingkan orang dewasa untuk mendengar dan memahami ucapan. Anak bermasalah pendengaran membutuhkan SNR yang lebih tinggi dibandingkan anak normal (Crandell et al., 2005).

Standar yang telah ditetapkan oleh American Speech-Language- Hearing Association (ASHA) untuk tingkat kebisingan lingkungan adalah tidak melebihi 30 dBA sedangkan SNR + 15 dB. American National Standards Institute (ANSI) pula menetapkan tingkat lingkungan adalah tidak melebihi 35dBA dan SNR + 15dB. Semakin jauh jarak antara penutur dan pendengar, semakin lambat kekuatan suara yang sampai. Ini menyulitkan pendengar karena kekuatan kebisingan tetap sama.

Penelitian menunjukkan siswa harus berada dalam jarak 1 sampai 2 meter dari penutur untuk pemahaman pidato yang maksimum.


Reverberasi

Reverberasi atau gema adalah antara hambatan dalam memahami pidato. Reverberasi dapat mengurangi kejelasan suara, mengurangi SNR dan menyulitkan pemahaman bicara. Standar untuk ASHA dan ANSI bagi masa reverberasi masing-masing adalah tidak melebihi 0.4 detik dan 0.6 - 0.4 detik.

Tingkat Masalah Pendengaran dan Masalah yang diderita Pelajar

DARJAH MASALAH DIHADAPI
15 - 25 dBHL (Minimal)
Membedakan bunyi ucapan yang lambat / jauh.
Mudah letih- tunjukkan perilaku tidak matang.
25 - 40 dBHL (Ringan)
Bisa hilang 25-40% signal bicara jika tidak menggunakan alat amplifikasi.
Bisa mendengar bunyi vokal tetapi tertinggal beberapa suara konsonan.
Lebih mudah penat karena fokus yang lebih diperlukan untuk mendengarkan.
40 - 55 dBHL (Sederhana)
Dapat mendengar suara bicara yang kuat hanya dalam 3 - 5 kaki.
50-75% informasi hilang dalam kelas.
Tatabahasa pemahaman (receptive) dan produksi bahasa (expressive) yang terbatas.
Keterampilan komunikasi dan sosial yang lemah.
55 - 70 dBHL (Sederhana parah)
Tidak dapat mendengar suara bicara dalam percakapan biasa, menentukan arah suara, tidak dapat membedakan antara suara lingkungan dan bicara.
Keterlambatan bahasa dan bicara.
Prestasi akademi dan keterampilan sosial yang lemah.
70 - 90 dBHL (Buruk)
Tidak dapat mendengar suara-suara bicara walau dalam keadaan diam.
Jika mendapatkan amplifikasi dapat mendeteksi bunyi ucapan dan lingkungan.
Keterampilan akademik, sosial, bahasa dan bicara sangat lemah.
Membutuhkan intervensi pendengaran dan terapi wicara setelah menggunakan alat pendengar.
90 dBHL dan ke atas (Sangat buruk)
Tidak dapat mendeteksi dan mendengar suara bicara dan lingkungan jika tidak memakai alat amplifikasi.
Perkembangan bicara dan bahasa sangat terbatas atau tidak berkembang.
Masalah pendengaran unilateral (sebelah telinga)
Bermasalah dalam lokalisasi sumber suara dan memproses pidato dalam lingkungan bising.
Berisiko untuk mengalami masalah dalam pembelajaran dan akademik.
Intervensi dini adalah sangat penting bagi anak-anak yang telah diidentifikasi memiliki masalah pendengaran untuk memungkinkan mereka mendapatkan akses ke perkembangan bahasa dan bicara. Periode kritis perkembangan bahasa dan bicara adalah mulai dari lahir sampai 3 tahun dimana dalam periode ini neuroplasticity otak adalah terbaik. (Sharma et al., 2002).

Jadi, setelah anak didiagnosis memiliki masalah pendengaran, dengan mempertimbangkan tingkat keparahan dan jenis masalah pendengaran yang dialami, intervensi multidisiplin adalah sangat penting. Intervensi multidisiplin yang melibatkan kaum professional seperti Spesialis Anak, Spesialis Otorinolaringologi, Audiologis, Terapi Ucapan, dan guru dapat menentukan arah dan masa depan anak-anak tersebut. Berikut dibahas beberapa strategi adaptasi dan modifikasi dalam manajemen siswa yang memiliki masalah pendengaran.

Manajemen Audiologi

Setelah anak-anak di diagnosa memiliki masalah pendengaran, pejabat Audiologi bertanggung jawab dalam manajemen amplifikasi dengan memilih apakah anak tersebut harus memakai alat bantu pendengaran konvensional, Bone anchored Hearing Aid (BAHA), atau Implan Koklea tergantung pada masalah pendengaran yang diderita.

Bagi siswa bermasalah pendengaran penggunaan sistem FM sangat membantu dalam kelas. Ini karena, penggunaan sistem FM meningkatkan SNR yang signifikan terutama dalam ruang kelas yang bising. (American Speech-Language Hearing Association, 2005). Sistem FM memungkinkan siswa ini menerima informasi dari guru dalam kelas dengan jelas seolah-olah guru tersebut berada di sebelahnya. Sistem FM ini juga mengatasi masalah jarak dan kebisingan latar belakang seperti yang telah dibahas di atas.

Gambar di bawah merupakan contoh Sistem FM yang digunakan


Personal FM System Soundfield FM System
Modifikasi Lingkungan

Setelah siswa diberikan amplifikasi yang optimal, peran pihak sekolah berikutnya penting dengan melakukan renovasi ruang kelas untuk menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk siswa berkeperluan khusus ini.

Diantaranya adalah dengan mengurangi reverberasi seperti memasang karpet dan melapik dinding dengan bahan serap suara. Melapik kaki kursi dan meja juga dapat membantu dalam mengurangi kebisingan di dalam kelas.

Selain itu, hindari menempatkan meja siswa dekat dengan sumber kebisingan seperti kipas, AC, pintu serta di depan sumber cahaya yang dapat menyebabkan bayangan dan menyulitkan siswa melihat ekspresi wajah dan mulut penutur. Tata letak meja siswa di dalam kelas yang diusulkan adalah berbentuk ladam kuda agar semua murid dapat melihat guru yang mengajar

Modifikasi dan strategi mengajar dan komunikasi

Guru atau tenaga pengajar juga perlu mempelajari teknik dan strategi mengajar dan berkomunikasi dengan siswa berkeperluan khusus pendengaran ini.

Sebelum guru ingin berbicara atau memberikan instruksi kepada siswa, guru tersebut perlulah mendapatkan perhatian siswa bermasalah pendengaran ini terlebih dahulu. Guru juga harus b ercakap secara berhadapan dengan siswa dan jika memiliki kesempatan melakukan komunikasi one to one. Selain itu guru tersebut juga harus b ercakap dengan kecepatan yang lambat dan jelas serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Saat berkomunikasi, guru perlu surat akukan peneguhan (rephrase) dan pengulangan jika perlu. Ini memungkinkan informasi yang ingin disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Penggunaan bahasa non verbal seperti bahasa tubuh dan ekspresi wajah juga turut membantu.

Guru atau tenaga pengajar juga harus kreatif dalam sesi pengajaran mereka untuk memungkinkan siswa menerima informasi dengan cara yang mudah dan menarik. Dengan cara lain, guru harus m emper banyakkan penggunaan bantuan visual, grafis, video dan gambar dalam kelas. Jadwal waktu sesi pembelajaran juga perlu dipersingkat agar siswa tidak mudah lelah.

Kesimpulannya, modifikasi dan adaptasi kelas untuk siswa-siswa dengan masalah pendengaran harus dilakukan untuk memungkinkan mereka mendapatkan masukan atau informasi yang optimal selama sesi pembelajaran. Modifikasi dan adaptasi kelas ini harus memperhitungkan faktor-faktor seperti kebisingan lingkungan, jarak antara penutur dan pendengar dan juga reverberasi.

Dengan memperhitungkan faktor-faktor ini, kerjasama semua kelompok multidisiplin yang terlibat dalam manajemen dan intervensi kebutuhan siswa berkeperluan khusus ini adalah sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang optimal dan kondusif buat mereka, sehingga memungkinkan mereka bersama-sama menempatkan diri di antara teman sebaya yang normal dalam lingkungan kehidupan nyata.

Artikel Terkait