A. Memahami Informasi
Tertulis
1. Membaca cepat dan mencatat isi pokok informasi dengan
teknik yang benar
Sebelumnya, Anda telah berlatih membuat ringkasan dari hasil
membaca. Sekarang, Anda akan berlatih membuat catatan tanpa pola khusus.
Catatan yang bersifat pribadi tidak mempunyai format khusus sehingga
memungkinkan Anda u ntuk berkreasi. Catatan berfungsi sebagai pengingat hasil
membaca untuk keperluan tertentu.
Apapun jenisnya, catatan perlu disesuaikan dengan keperluan
si pencatat. Catatan diperlukan untuk berbagai
kepentingan, misalnya kepentingan sekolah, tugas, niaga, dokumen, bukti
hukum, bukti sejarah, dan catatan harian atau biografi.
Catatan yang disusun dari hasil membaca, dapat difokuskan
pada informasi penting sesuai dengan keperluan, kata-kata asing atau kata yang
dianggap asing (apabila hal itu penting
untuk diketahui a rtinya), persoalan yang belum dipahami, k alimat-kalimat yang
mengandung petuah, falsafah, dan kalimat yang mengandung katakata mutiara, atau
kalimat lainnya yang dianggap paling penting.
Ketika menceritakan kembali informasi tersebut, ceritakanlah
dengan lafal, tekanan, dan intonasi yang tepat. Selain itu, ceritakanlah dengan
kalimat yang mudah dipahami oleh temanteman Anda. Dalam wacana tersebut, Anda
dapat pula menemukan kalimat yang berisi fakta dan opini. Perhatikan contoh
berikut. Contoh kalimat fakta
1. Pada 13 Februari 2008, Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga melalui Deputi Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga menyelenggarakan
Workshop International Pengembangan Kewirausahaan Pemuda dengan tema
"Membangun dan Mengembangkan Wira Usaha Muda Indonesia yang Berdaya Saing
Tinggi dan Berwawasan Global".
2. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Bidakara Bumikarsa
Jakarta ini diikuti oleh 100 orang peserta yang terdiri atas Organisasi
Kepemudaan (OKP) di Jakarta dan Perwakilan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI)
dari tujuh negara, yaitu Malaysia, Thailand, Singapura, India, Australia,
Jepang, dan Korea Selatan.
Contoh kalimat opini
Dalam memberdayakan pemuda, ada beberapa kategori pemuda
yang perlu diberdayakan. Pertama, pemuda yang sudah mempunyai usaha sederhana
dan memerlukan pengembangan. Kedua adalah pemuda yang mempunyai keahlian,
tetapi tidak memiliki modal. Ketiga adalah pemuda yang mempunyai modal, tetapi
tidak memiliki keahlian. Keempat, pemuda tidak mempunyai modal dan tidak
mempunyai keahlian. Kategori paling banyak di Indonesia saat ini adalah pemuda
kategori keempat.
3. Mengidentifikasi
jenis teks dengan menggunakan teknik membaca cepat
Teks atau wacana
terdiri atas jenis-jenis berikut. a. Karangan deskripsi
Karangan deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang
bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan
perincianperincian dari objek yang dibicarakan. Deskripsi juga karangan
yang melukiskan sesuatu, menyatakan apa yang diindra, melukiskan perasaan, dan
perilaku jiwa dalam wujud kalimat.
b. Karangan eksposisi
Pada dasarnya, karangan eksposisi mengungkapkan metode dan
teknik analisis yang harus dapat menjelaskan, menguraikan, atau me nerangkan suatu gagasan kepada pembaca.
Cara-cara yang b iasa digunakan untuk menyampaikan informasi
melalui penyajian karangan eksposisi adalah sebagai berikut.
1) Metode identifikasi
Metode yang berusaha menyebutkan ciri-ciri atau unsurunsur
pengenal suatu objek sehingga para pembaca lebih mengenal objek tersebut.
2) Metode perbandingan
Metode yang berusaha membandingkan suatu objek yang
digarapnya melalui perbandingan dengan suatu objek lain yang telah dikenal.
3) Metode ilustrasi
Metode yang dilakukan dengan cara menjelaskan suatu kaidah yang abstrak dengan membeberkan
contoh-contoh konkret.
4) Metode klasifikasi
Metode yang dilakukan dengan cara membagi atau
mengelompokkan suatu objek ke dalam kelompok tertentu berdasarkan ciri-ciri
khusus atau tertentu.
5) Metode definisi
Metode yang dilakukan dengan cara membatasi suatu ruang atau hal yang didefinisikan.
6) Metode
analisis
Metode yang dilakukan dengan cara membagi suatu subjek ke
dalam komponen-komponennya.
Fakta yang ada dalam karangan eksposisi dipakai hanya
sebagai alat untuk mengkonkretkan, yaitu membuat rumusan dan kaidah yang
dikemukakan itu lebih konkret.
Bacalah contoh karangan eksposisi berikut dengan cermat.
d. Karangan Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran u tamanya
berupa tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa
yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Dengan kata lain, narasi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca tentang jalannya suatu kejadian.
Berdasarkan tujuannya, karangan narasi terdiri atas narasi e kspositoris (teknis) dan narasi
sugertif. Narasi e kspositoris a dalah karangan narasi yang bertujuan memberi
ketepatan i nformasi mengenai suatu peristiwa yang dideskripsikan. Narasi
sugestif adalah yakni karangan yang mengajak pembaca untuk m enyimpulkan atau
memahami amanat yang terselubung pada suatu o bjek. C ontoh bentuk karangan
narasi sugertif adalah c erpen, dongeng, n ovel (karangan narasi fiksi),
biografi, a utobiografi, anekdot,
sketsa, dan profil (karangan narasi nonfiksi).
Ketika membaca sebuah wacana,
Anda sering menemukan gambar, grafik, atau diagram. Penggunaan gambar, bagan,
grafik, diagram, ataupun matriks dalam
sebuah wacana dimaksudkan untuk lebih mudah dipahami dan mem persingkat penyajian dibandingkan dengan secara verbal. Pada ta taran
praktis, pe nyajian dalam bentuk gambar,
grafik, atau diagram, lebih p raktis. Akan tetapi, berdasarkan tingkat
kekomunikatifannya, penyajian informasi dalam bentuk gambar, grafik, atau
diagram dirasa kurang komunikatif. Kekurangan tersebut terjadi karena dalam
membaca gambar, bagan, grafik, atau diagram, diperlukan kejelian dan penafsiran yang akurat dari pembaca.
Apakah grafik dan tabel itu? Grafik merupakan lukisan atau
gambaran pasang surut suatu keadaan dengan menggunakan grafis atau gambar sebagai penjelas keadaan sesuatu tentang naik
turunnya hasil atau sesuatu yang diterangkan.
Tabel adalah
daftar yang berisi ikhtisar data informasi berupa kata-kata dan angka-angka
(bilangan) yang tersusun secara bersistem urut ke bawah dalam lajur dan deret
sehingga dengan mudah dibaca.
Membaca dan memahami gambar, bagan, grafik, tabel, atau
diagram memerlukan ketelitian yang tinggi. Berikut ini pedoman
dalam membaca grafik dan tabel.
1. Cermati
dan pahamilah judul grafik dan tabel. Judul grafik dan tabel menggambarkan informasi yang ringkas
dan jelas.
2. Cermati
dan pahamilah angka-angka, garis-garis, dan titik-titik, (simbol-simbol) yang
ada dalam grafik dan tabel. Hal ini
sebab angka-angka, garis-garis, dan titik-titik tersebut berisi informasi
penjelasan tentang persoalan yang disajikan.
3. Cermati
dan pahamilah keseluruhan grafik dan tabel
dengan cara membacanya secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar kita
mendapatkan informasi yang disajikan dan mudah menjelaskan isi grafik atau
tabel.
Jika penjelasan tersebut diterangkan dalam bentuk grafik,
a. Berikanlah
ulasan pergerakan rupiah terhadap dolar berdasarkan grafik tersebut.
b. Berapakah
nilai rupiah yang mengalami penurunan pada minggu ke-2, 3, dan 4?
2. Perhatikan
tabel berikut. Lalu, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia dengan
cermat.
1. Carilah
sebuah grafik, bagan, atau tabel dari berbagai sumber bacaan.
2. Buatlah
penjelasan atau uraian mengenai isi grafik, bagan, atau tabel tersebut. Setelah selesai, sampaikan
pekerjaan Anda di hadapan teman-teman Anda.
3. Mintalah
pendapat dari teman-teman Anda mengenai kejelasan uraian grafik, bagan, atau
tabel ter sebut.
B. Memilih Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan yang Tepat
1. Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi dan komunikasi secara tepat
Pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan dalam kegiatan berkomunikasi, baik lisan maupun
tulisan sangatlah penting. Oleh karena
itu, kehati-hatian dalam memilih dan meng gunakan kata-kata perlu dilakukan dengan cermat.
Penggunaan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat dalam penyampaian informasi (berkomunikasi)
akan memperlancar proses komunikasi. Dengan pilihan kata yang tepat, pendengar akan dengan mudah menangkap
maksud pembicara.
Dalam berbahasa atau bertutur, penutur atau penulis dipengar
uhi oleh unsur emosi berdasarkan tuntutan situasi atau kondisi tertentu,
seperti tenang, santai, marah, kecewa, dan situasi lainnya. Tempat dan lawan
bicara pun demikian. Di mana dan dengan siapa ia (pembicara) berada
(berhadapan) sangat berpengaruh dalam berkomunikasi. tidak akan mengalami
kesulitan dalam memahami isi teks percakapan tersebut. Namun, bagi Anda yang
tinggal jauh dari Jakarta, tentu agak k esulitan dalam memahami isi percakapan
tersebut. Ragam b ahasa yang digunakan dalam teks percakapan tersebut tentu
menggunakan ragam lisan dan tidak baku.
Dalam bahasa Indonesia dikenal berbagai ragam bahasa.
Berikut ini penjelasan mengenai berbagai ragam bahasa.
1 . Ragam lisan dan
ragam tulis
Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan
bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, melahirkan sejumlah ragam
bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedud
ukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu ragam lisan dan tulis. Kedua ragam ini
berbeda. Perbedaannya adalah sebagai
berikut.
a. Ragam
lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan
pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan pembicara.
b. Di dalam
ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek
tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal
ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak mimik,
pandangan, anggukan, atau intonasi.
c. Ragam
tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi
gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada
di depan pembicara. Kelengkapan ragam
tulis menghendaki agar orang yang
"diajak berbicara" mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam
tulis ialah t ulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
d. Ragam
lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Adapun ragam
tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
e. Ragam
lisan dipengaruhi oleh intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda, sedangkan
ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
2. Ragam baku dan
ragam tidak baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri atas
ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian besar w arga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi
dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku
adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
3. Ragam baku tulis
dan ragam baku lisan
Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan
dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam
baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai
dengan resmi dalam bukubuku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Sementara,
ukuran dan nilai ragam baku lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam
daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang
baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau
dialek daerahnya.
4. Ragam sosial dan
ragam fungsional
Ragam lisan dan ragam tulis bahasa Indonesia ditandai oleh adanya ragam sosial, yaitu
ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang
lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau
persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.
Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya
status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam
baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan
ragam baku daerah atau ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial d engan
nilai kemasyarakatan yang rendah.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga r agam
profesional adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan p rofesi, lembaga,
lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya. Ragam fungsional juga
dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam
fungsional menjelma s ebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian,
seperti b ahasa dalam lingkungan keilmuan atau teknologi.
2. Membedakan
pemakaian kata bersinonim
Selain mempertimbangkan ragam bahasa, pengguna bahasa sering
memanfaatkan kesinoniman kata untuk memilih kata yang tepat.
Sebuah kata dikatakan bersinonim dengan kata lainnya apabila kata tersebut bermakna kurang lebih
sama dengan kata lainnya. Dengan kata lain, sinonim adalah dua kata atau lebih
yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Hal itu
karena antara dua kata makna leksikalnya
mungkin bersinonim, namun makna kontekstual, situasional, struktural, dan
metaforisnya belum tentu bersinonim. Umpama nya, kata muka dan wajah adalah dua
kata yang bersinonim, bisa, dapat, dan mampu adalah tiga buah kata yang bers
inonim, melihat, menonton, menyaksikan, dan memandang adalah empat buah kata
yang bersinonim. Namun, tiap-tiap kata itu memiliki nuansa masing-masing yang
dipengaruhi oleh makna kontekstual, s ituasional, struktural, dan metaforis.
Kata wajah dan muka memiliki makna
kontekstual dan situasional yang berbeda
sehingga pengguna bahasa akan memilih kata tersebut bergantung pada
konteks dan situasinya. Begitu juga melihat, menonton, memandang, dan
menyaksikan, dan memandang. Keempat kata tersebut memiliki makna leksikal yang sama. Namun, kita lebih
tepat menggunakan kata menonton untuk melihat televisi. Di antara keempat kata
tersebut, kita juga dapat melihat bahwa kata menyaksikan lebih memiliki nuansa
emosional yang tinggi daripada ketiga
kata lainnya. Selain itu, kita juga dapat melihat kata mampu, bisa, dan dapat.
Di antara ketiga kata tersebut, kata mampu lebih memiliki makna metaforis yang
tinggi daripada kedua kata yang lainnya.