Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena
terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama
yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayah yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kenyataan yang tak dapat ditolak bahwa
masyarakat dan bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai
masyarakat yang beragam budaya.
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak
dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk,
selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Dengan
jumlah penduduk lebih dari 237.000.000 (dua ratus tiga puluh juta) jiwa yang
tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia (Badan Pusat Statistik tahun
2010). Dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitas yang tinggi. Tidak saja
keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa tetapi
184
juga keaneka ragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 1.128 (seribu seratus
dua puluh delapan) suku bangsa. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai
kebiasaan hidup yang berbeda-beda. Demi persatuan dan kesatuan, keanekaragaman
ini merupakan suatu kekuatan yang tangguh dan mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan negara lainnya. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, keragaman suku
bangsa dan budaya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan.
Para pendiri negara telah menyadari realitas tersebut
sebagai landasan bagi pembangunan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah mereka
merumuskan bahwa negara Indonesia terdiri dari Zelfbesturende landschappen
(daerah-daerah swapraja) dan Volksgemeenschappen (desa atau yang setingkat
dengan itu) di dalam Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum perubahan). Langkah ini
mempunyai dua implikasi: pertama, dengan menyerap kekhasan tiap kelompok
masyarakat, negara Indonesia yang dibentuk berupaya menciptakan satu bangsa.
Kedua, mengabaikan eksistensi kelompok-kelompok tersebut akan berimplikasi pada
kegagalan cita-cita membangun satu bangsa Indonesia.
Upaya untuk membangun Indonesia yang beragam budaya hanya
mungkin dapat terwujud apabila paham keragaman budaya menyebar luas dan
dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa
Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi
pedoman hidupnya. Kesamaan pemahaman mengenai keragaman budaya serta upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mewujudkan cita-cita
185
pembangunan dengan keberagaman akan menunjang kemajuan
bangsa.
Secara umum kemajemukan Bangsa Indonesia tidak hanya
ditandai oleh perbedaan-perbedaan horizontal, seperti yang lazim kita jumpai
pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun juga terdapat
perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi. Indikasi
perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat
pendidikan, kualitas pekerjaan, dan kondisi permukiman.
Yang mencolok dari ciri kemajemukan masyarakat Indonesia
adalah penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam
komunitas-komunitas suku bangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan
utama bagi jati diri individu.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan “negara
persatuan” dalam arti sebagai negara yang warga negaranya erat bersatu, yang
mengatasi segala paham perseorangan ataupun golongan yang menjamin segala warga
negara bersamaan kedudukannya di hadapan hukum dan pemerintahan dengan tanpa
kecuali. Dalam negara persatuan itu, otonomi individu diakui kepentingannya
secara seimbang dengan kepentingan kolektivitas rakyat. Kehidupan orang
perorang ataupun golongan-golongan dalam masyarakat diakui sebagai individu dan
kolektivitas warga negara, terlepas dari ciri-ciri khusus yang dimiliki
seseorang atau segolongan orang atas dasar kesukuan dan keagamaan dan
lain-lain, yang membuat seseorang atau segolongan orang berbeda dari orang atau
golongan lain dalam masyarakat (Asshiddiqie, Jimly, 2005).
186
Prinsip demokrasi hanya mungkin hidup dan berkembang dalam
sebuah masyarakat sipil yang terbuka, yang warganya mempunyai toleransi
terhadap perbedaan-perbedaan dalam bentuk apa pun, karena adanya kesetaraan
derajat kemanusiaan yang saling menghormati, dan diatur oleh hukum yang adil
dan beradab yang mendorong kemajuan serta menjamin kesejahteraan hidup
warganya.
Masyarakat terbuka harus membuka diri bagi pembaharuan dan
perbaikan, berorientasi ke depan, selalu mempertimbangkan globalisasi yang
membawa serta kemajuan teknologi, dan berpijak pada kenyataan. Dalam menyikapi
pluralitas bangsa, pendekatan sentralistik dan totalitarian harus ditinggalkan.
Negara persatuan mengakui keberadaan masyarakat warga negara
karena kewargaannya. Dengan demikian, negara persatuan itu mempersatukan
seluruh bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena
prinsip kewargaan yang berkesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
Negara Persatuan tidak boleh dipahami sebagai konsepsi atau cita negara yang
bersifat totalitarian ataupun otoritarian yang mengabaikan pluralisme dan
menafikan otonomi individu rakyat yang dijamin hak-hak dan kewajiban asasinya
dalam Undang-Undang Dasar (Asshiddiqie, Jimly, 2005).
Dalam konteks bentuk negara, meskipun bangsa Indonesia
memilih bentuk negara kesatuan, di dalamnya terselenggara suatu mekanisme yang
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya keragaman antardaerah di seluruh tanah
air. Kekayaan alam dan budaya antardaerah tidak boleh diseragamkan dalam
struktur Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan perkataan lain, bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia diselenggarakan
187
dengan jaminan otonomi yang seluas-luasnya kepada
daerah-daerah untuk berkembang sesuai dengan potensi dan kekayaan yang
dimilikinya masing-masing, tentunya dengan dorongan, dukungan, dan bantuan yang
diberikan oleh Pemerintah pusat (Asshiddiqie, Jimly, 2005).
Prinsip persatuan sangat dibutuhkan karena keragaman suku
bangsa, agama, dan budaya yang diwarisi oleh bangsa Indonesia dalam sejarah
mengharuskan bangsa Indonesia bersatu. Keragaman itu merupakan kekayaan yang
harus dipersatukan, tetapi tidak boleh diseragamkan, dengan demikian, prinsip
persatuan Indonesia tidak dipersempit maknanya.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang mengungkapkan
persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun terdiri atas
berbagai suku yang beranekaragam budaya daerah, tetap satu bangsa Indonesia,
memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air
Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas
bangsa dan bersatu padu di bawah falsafah serta dasar negara Pancasila. Bangsa
Indonesia harus bersatu padu agar manjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Untuk dapat bersatu harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan
dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, akan terjadi persamaan langkah dan tingkah
laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila. Membiasakan bersahabat
dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di lingkungan, seperti gotong
royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa
Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan,
188
sebangsa, dan sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan
segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.
Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap keragaman
suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan sikap dalam kehidupan sehari-hari,
di antaranya adalah sebagai berikut:
a. kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya
dalam sebuah keluarga.
b. antara warga masyarakat terdapat semangat tolong
menolong, kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerja sama dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan
dengan melalui musyawarah.
d. terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.