Periode Bayi Baru Lahir

Tags

Bayi baru lahir terbagi dalam 2 masa, yaitu masa pertunase dan masa berlangsung antara 15 – 30 menit pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya, pada masa nenate, anak telah menjadi individu yang terpisah dan berdiri sendiri dengan penyesuaian terhadap lingkungan baru dari luar rahim ibu. Menurut kriteria kesehatan, penyesuaian tercapai dengan terlepasnya tali pusat, sedangkan menurut criteria psikologis terjadi penyesuaian apabila BB yang kurang setelah lahir kembali dan mulai menampakkan tanda – tanda kemajuan perkembangan tingkah laku. (Suryanah, 2008: 14)
Menurut Hamilton (2005: 209), bayi baru lahir terbagi menjadi 3 periode, yakni rest fullness, periode reaktifitas dan periode stabilisasi.
Periode I adalah periode rest fullness (30 menit pertama setelah lahir). Pada periode ini bayi terjaga dengan mata terbuka memberikan respon terhadap stimulus menghisap dengan penuh semangat dan menangis. Kecepatan pernafasan sampai 82x / meni, denyut jantung sampai 180x / menit, dan bising usus aktif.
Periode II adalah periode reaktifitas yang berlangsung 2 sampai 5 jam. Dalam periode reaktifitas, bayi bangun dari tidur yang nyenyak, denyut jantung dan kecepatan pernafasan meningkat. Bayi mungkin mengeluarkan mekonium dan urine, periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
Periode III adalah periode stabilisasi (12 jam sampai 24 jam setelah lahir). Pada periode ini bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun. Tanda – tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dan hangat.

a. Perubahan sistem respirasi
Pernafasan pertama pada bayi normal yang terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran timbul sebagai akibat aktifitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Rangsangan lain yang membatu pernafasan pertama tersebut adalah kemoreseptor koroid yang sangat peka terhadap kekurangan O2, rangsangan hipoksemia. Sentuhan dan perubahan suhu dari dalam rahim keluar rahim. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan untuk menggerakkan diafragma serta otot – otot pernafasan lainnya. Tekanan pada rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam menyebabkan paru – paru yang mengandung 8 cc – 100 ml cairan, kehilangan 1/9 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir, cairan yang hilang diganti dengan udara. Hal ini mengakibatkan paru – paru berkembang, sehingga rongga dada kembali ke bentuk semula. (wiknjosastro, 2008: 254)

b. Perubahan sistem pembuluh darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru – paru untuk mengambil O2 dan mengadakan sirkulasi tubuh guna mengantarkan O2 ke jaringan untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung luar rahim. Harus terjadi 2 perubahan besar, yakni penutupan foramen ovale dan atrium jantung serta penutupan duktus arteriosus antara arteri peru – paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah pada aliran darah. O2 menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah takaran dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan O2 (asfiksia).
Ada 2 peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah. Yang pertama yaitu pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium menurun. Kejadian ini membantu dengan kadar O2 yang sedikit mengalir ke paru – paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. Peristiwa yag kedua yaitu pernafasan menurunkan resistensi pembuluh darah paru – paru. Penigkatan sirkulasi ke paru – paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. (Pusdiknakes, 2003: 70)

c. Sistem pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stressdengan adanya perubahan – perubahan lingkungan, akan tetapi dapat menciptakan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi energi. (Pusdiknakes, 2003: 9)
Sesaat bayi lahir, ia akan berada pada tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Dan bila ia dibiarkan saja dalam suhu kamar 25ºC maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi dan radiasi sebanyak 200 kal / Kg BB / menit. Sedangkan pembentukan panas yang dapat di produksi hanya 1/10 dari jumlah kehilangan panas di atas dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebesar 2ºC dalam waktu 15 menit. Kehilangan panas dapat di kurangi dengan mengatur suhu lingkungan (mengeringkan, membungkus badan dan kepala, kemudian di letakkan di tempat hangat seperti di pangkuan ibu, di tempat tidur dengan botol – botol hangat sekitar bayi / dalam inkubator dan dapat pula di bawah sorotan lampu). (wiknjosastro, 2008: 243 – 254)


Artikel Terkait