Meledaknya Penduduk Meledak Pula Kekreatifitasan
Meledaknya penduduk di dunia pastinya sangat merepotkan di berbagai segi kehidupan bermasyarakat. Terutama dalam bidang tekhnologi transportasi. Ekonomi yang minim juga menyebabkan keterbatasan dalam bidang transportasi. Keterbatasan ini menyebabkan timbulnya kekreatifitasan masyarakat untuk berupaya apalagi bagi mereka yang punya keluarga inti yang beranggotakan banyak. Untuk mengatasi masalah seperti jika seseorang yang punya anggota keluarga banyak tetapi hanya mempunyai 1 alat transportasi dan itu berupa motor maka akan timbul ide untuk memaksimalkan kegunaan motor tersebut. Seperti dilihat pada gambar diatas bahwa dalam 1 keluarga ada 8 anggota keluarga. Jika dalam keadaan pada umumnya bahwa 1 motor untuk 2 orang maka seharusnya keluarga ini mempunyai 4 motor,tetapi pada kenyataannya keluarga ini hanya mempunyai 1 motor. Untuk mengatasi hal ini maka aka nada ide membuat papan kayu yang ditempel di bagian kanan kiri motor yang menyerupai sayap. Hal ini membuat penggunaan motor menjadi lebih efektif tanpa harus membeli 3 motor lagi.
Masalah kependudukan di dunia baru-baru ini dikarenakan tingginya angka kelahiran sedangkan berbanding terbalik dengan tingkat kematian. Tingginya angka kelahiran disebabkan seperti :
1. Minimnya pendidikan masyarakat
2. Program KB belum terlaksana maksimal
Baby
Bomb, dalam
bahasa indonesia bisa disebut ledakan bayi. Apa itu ledakan bayi? Ledakan bayi
disini bukanlah suatu kejadian dimana bayi-bayi meledak karena bom atau bahan
peledak lainnya, melainkan suatu fenomena dimana bayi yang lahir pada periode
tertentu di suatu daerah mengalami kenaikan yang terlalu signifikan sehingga
terkadang tidak terkontrol jumlahnya.
Bagaikan sesuatu yang meledak begitu saja, karena itulah fenomena ini
disebut ledakan bayi. Bisa dilihat pada gambar ilustrasi diatas, seorang
laki-laki dengan banyak bayi yang begitu menggemaskan di kanan, kiri, atas,
serta bawahnya, terlihat begitu bahagia menimang bayi-bayinya. Sejenak kita
akan berpikir mungkin gambar tersebut tidak nyata, hanya gambaran estetika yang
seharusnya dipajang di jejaring sosial untuk dipertonotonkan, namun pada
kenyataannya, Baby Bomb bukan hanya
sekedar istilah. Tapi, Jika memang ini sebuah realita, pernahkah muncul
pemikiran bahwa Baby Bomb membuat
seluruh lapisan masyarakat tersenyum bahagia karena merasa anak-anak mereka
semuanya terlahir sehat dan berkualitas? Tidak juga, meski gambar diatas mengilustrasikan
demikian.
Jika kita bicara
tentang Baby Bomb, tentu kita juga
akan bertanya-tanya mengapa bisa terjadi sesuatu seperti itu? Yang paling mudah
saya jelaskan disini adalah masalah KB. Di Indonesia misalnya, pemerintah sudah
mencanangkan dan mensosialisasikan program tersebut kepada masyarakat sejak
lama. Namun hingga kini, program KB justru tidak berjalan baik. Penyebab tidak
berjalannya program KB dengan baik adalah karena beberapa faktor. Krisis
ekonomi yang berkepanjangan di masa silam juga disebut-sebut sebagai salah
satunya. Masyarakat terpaksa mendahulukan untuk membeli kebutuhan pokok seperti
beras dan bahan makanan ketimbang harus membeli alat-alat kontrasepsi dan obat
KB yang harganya terus meroket. Selain itu, akibat dari kurangnya pendidikan
bagi masyarakatnya, menikah di usia muda bukanlah sesuatu yang jarang terjadi
akhir-akhir ini. Jika setiap seorang wanita menikah di usia 16 tahun, lalu,
pada usia 26 tahun sudah berapa bayi yang telah ia hasilkan untuk negara kita?
Pertanyaannya adalah, apakah semuanya berkualitas?
Pepatah jawa yang
mengatakan “Banyak anak, banyak rejeki”
belum tentu juga berlaku, khususnya di negara berkembang yang masih terlalu
rumit dan belum tentu bisa menjamin kehidupan para penduduk yang begitu
banyaknya. Jika keadaan terus seperti itu, maka bukan tidak mungkin negara kita
menjadi negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia (bahkan bisa naik
menjadi urutan ke-3 dunia) karena kesadaran masyarakat pada fenomena Baby Bomb masih sangat rendah.
Pemerintah
juga harus memiliki komitmen yang kuat terhadap pelaksanaan program KB. Karena
pada dasarnya, besarnya jumlah penduduk tentu selalu dapat menjadi modal dasar
pembangunan manakala diimbangi dengan kualitas penduduk yang juga memadai.